Liputan6.com, Jakarta - Wakil Perdana Menteri Inggris Oliver Dowden sedang berkunjung ke Jakarta, Senin (26/6/2023). Dowden membawa sejumlah agenda penting terkait akses investasi, transisi energi, mineral, serta pertahanan siber.Â
Pada Senin siang, Oliver Dowden bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.Â
Baca Juga
"Wakil Perdana Menteri mengucapkan selamat kepada Pemerintah Indonesia atas keberhasilan Presidensi G20 tahun lalu, dan keketuaan Indonesia di ASEAN. Keduanya juga membahas kemajuan yang telah tercapai dalam memperkuat hubungan ekonomi di bawah Nota Kesepahaman Kerjasama Investasi Inggris-Indonesia. Mereka juga membahas keinginan Inggris untuk bekerja sama lebih erat dengan Otoritas Investasi Indonesia untuk mendukung ambisi energi bersih Indonesia di bawah Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP)," tulis keterangan pihak Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.Â
Advertisement
Sektor AI di Indonesia
Kunjungan Dowden juga bertujuan memperkuat kerja sama di bidang siber. Dowden lantas berdialog dengan sejumlah tokoh di sektor Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan di Indonesia.Â
Menurut informasi dari Kedubes Inggris, peserta termasuk CEO Eureka AI, Nodeflux, Verihubs, Kata.ai dan para pemimpin teknologi senior dari Institut Teknologi Bandung, Pinhome, Jakarta Smart City, Kementerian Kesehatan, GoTo dan KORIKA.
"Wakil Perdana Menteri memuji inovasi teknologi Indonesia dan kepemimpinannya dalam pengembangan AI di Asia Tenggara," ujar pihak Kedubes Inggris.
Dowden turut menyorot kepemimpinan global Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tentang AI. Inggris diketahui menjadi tuan rumah KTT global pertama tentang AI pada akhir tahun ini.
Rencana AI global summit itu rencananya digelar Inggris pada musim gugur mendatang. Pada 28-29 Juni 2023, AI Conference juga digelar di London.
Penyalahgunaan AI untuk Menyebarkan Hoaks dapat Dijerat Hukum
Sebelumnya dilaporkan, hadirnya teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memiliki dampak positif dan negatif. Secara positif, teknologi AI kerap membantu aktivitas manusia seperti mesin pencarian (search engine), chat GPT, Jasper, dan lainnya.Â
Sebaliknya, terdapat dampak negatif dari AI karena disalahgunakan oleh oknum untuk menyebarkan hoaks dengan deep fake, video editan yang terlihat seperti nyata, dan lain sejenisnya.
Melihat fenomena ini, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tegus Arifiadi menimbang bahwa regulasi saat ini cukup untuk menangani oknum penyalahgunaan teknologi AI.
"Saya yakin bahwa instrumen regulasi yang sudah ada saat ini cukup mampu untuk menindak para pelaku penyalahgunaan AI," ujar Teguh melansir dari antaranews.com.
Lebih lanjut, Teguh menerangkan bahwa oknum yang menyalahgunakan AI untuk menyebarkan hoaks dapat dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 35 tentang Manipulasi. Kemudian, terdapat regulasi lain yang mengatur tentang ujaran kebencian, pemalsuan, serta berita bohong (hoaks, misinformasi, dan disinformasi).
Advertisement