Liputan6.com, Wellington - Bila Amerika Serikat punya Air Force One, yang canggih, sebagai pesawat kepresidenan maka Selandia Baru memiliki Betty, Boeing 757 tua yang pada Senin (26/6/2023), diakui para pejabatnya sangat rentan terhadap kerusakan.
Oleh karena itu, pemerintah Selandia Baru mengirimkan pesawat cadangan demi memastikan Perdana Menteri Chris Hipkins tidak terlantar di China, di mana dia memimpin kunjungan delegasi perdagangan pada 25-30 Juni.
Baca Juga
Para pejabat Selandia Baru mengungkapkan bahwa pesawat cadangan dikirimkan hanya sejauh ke Manila, Filipina, sekitar 80 persen jarak dari Wellington ke Beijing.
Advertisement
Penjabat Perdana Menteri Carmel Sepuloni pun menjelaskan kebijakan pengiriman pesawat cadangan tersebut.
"Jika kami tidak punya rencana cadangan dan sesuatu terjadi, tentu saja kami berharap itu tidak terjadi, maka mereka (rombongan PM Hipkins) tidak hanya akan terlantar di China, namun biaya yang dikeluarkan terkait akomodasi dan upaya untuk membawa mereka kembali akan lebih berat dibanding menempatkan pesawat cadangan yang menunggu di suatu lokasi untuk berjaga-jaga," tutur Sepuloni seperti dilansir AP, Selasa (27/6).
Pesawat Angkatan Udara Selandia Baru yang mengangkut PM Hipkins berusia sekitar 30 tahun dan baru akan diganti pada tahun 2030. Selama bertahun-tahun, pesawat itu dilaporkan sering rusak.
Pada tahun 2016, John Key yang menjabat sebagai PM Selandia Baru saat itu terpaksa membatalkan kunjungannya ke India gegara pesawat rusak. Dia bahkan sempat terjebak di Australia, sebelum akhirnya pesawat cadangan dikirimkan.
Key menggambarkan situasi tersebut "kurang optimal".
Bagaimanapun, Sepuloni menegaskan bahwa dia tidak merasa Betty menimbulkan bahaya fisik bagi PM Hipkins dan 80 delegasi yang bepergian bersamanya.
"Sepemahaman saya adalah belum ada peristiwa apapun saat mengudara atau saat transit yang mengkhawatirkan," ungkap Sepuloni.
Jadi Umpan Lawan Politik
Kabar mengenai kerentanan pesawat resmi kenegaraan dengan cepat direspons oleh kubu oposisi.
"Pemerintah sekarang mengumumkan darurat iklim dan mengatakan perlunya kita menangani China dengan serius," ujar pemimpin partai oposisi ACT David Seymour.
"Peristiwa satu ini merupakan lelucon soal keduanya, kondisi darurat iklim dan keinginan untuk dianggap serius oleh negara yang memiliki angkatan laut yang berkembang di halaman belakang kita."
Sepuloni sendiri tidak menampik bahwa situasinya tidak menguntungkan.
"Kami menyadarinya, ya, peralatan kamu perlu diperbarui," ungkap Sepuloni. "Jadi, memang ada rencana untuk melakukan itu. Kami hanya belum sampai pada titik di mana harus melakukannya sekarang juga."
Advertisement