Liputan6.com, Bocaue - Sebuah prosesi keagamaan yang seharusnya meriah berakhir tragis ketika sebuah kuil terapung tenggelam bersama ratusan penumpang di atasnya di Filipina, Jumat, 2 Juli 1993.
Melansir The Washington Post, Rabu (28/6/2023), sedikitnya ada 226 orang yang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Walikota Serafin dela Cruz mengatakan bahwa ada sekitar 300 orang berada di atas perahu kuil yang terbuat dari tiga tongkang yang membawa altar dan salib. Ada sekitar 30 orang yang sempat menghilang.
Advertisement
Festival keagamaan itu berlangsung selama sembilan hari dan diikuti oleh penduduk kota, dilaksanakan Bocaue yang terletak sekitar 20 mil (32 km) utara dari Manila. Ritual ini bertujuan untuk menghormati santo pelindung provinsi tersebut.
Para penyintas bercerita bahwa kapal suci yang kelebihan beban itu mulai tenggelam ketika seorang pendeta sedang memimpin umatnya berdoa.
Sang pendeta berusaha untuk menenangkan orang-orang di atas kapal agar tidak panik, hingga kuil itu semakin miring dan kemudian terbalik.
Herry Santiago, seorang penduduk yang menyaksikan kecelakaan itu dari pinggir pantai, mengatakan bahwa ia melihat kuil terapung itu sudah miring sejak meninggalkan dermaga.
Ia menambahkan bahwa kecelakaan terjadi setelah seseorang di atas kapal menyalakan kembang api.
Kembang api itu membuat penumpang lainnya bergerak ke satu sisi kapal yang sama untuk menghindar. Saat itulah kapal semakin miring dan terbalik, ungkap Santiago.
Mulai dari anak-anak hingga seorang ibu hamil ada di atas kapal tersebut, yang menjadi salah satu dari korban tewas.
Cari Korban Saat Pemadaman Listrik, Pakai Cahaya Obor
Ricardo Santos (20) seorang pelukis rumah adalah salah satu penumpang yang selamat. Namun, istrinya yang sedang hamil dan tujuh keponakannya meninggal.
"Saya bisa mendengar suara di mana-mana berteriak minta tolong," katanya. "Kami berkerumun seperti ikan sarden. Tidak ada ruang untuk bergerak."
Penyelam angkatan laut datang membantu proses pencarian para korban yang hilang. Para kerabat yang cemas berkumpul sepanjang malam mengharapkan kabar baik dari para penyelam tersebut.
Kecelakaan itu disebut terjadi pada puncak pemadaman listrik harian yang sudah dilakukan selama hampir setahun ke belakang di Filipina.
Jam pertama upaya penyelamatan, yang merupakan masa-masa kritis, dilakukan di bawah cahaya obor dan lampu gas. Tak ada penerangan bersumber listrik.
Penduduk setempat yang berbaris di tepian akhirnya terjun membantu, menggunakan perahu yang ada untuk mencari korban selamat.
Sementara yang lainnya melemparkan tali dan potongan kayu ke sungai, harap-harap para korban yang berhasil mencapai permukaan sungai dapat bertahan dengan berpegangan pada benda-benda yang dilempar itu.
Advertisement
Kecelakaan Perahu di Pakistan Tewaskan 51 Orang
Pada kabar lain, kecelakaan perahu lainnya baru-baru ini terjadi di Pakistan, ada sekitar 50 lebih penumpang yang tewas.
Jumlah korban tewas akibat kecelakaan perahu di Danau Tanda, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, pada Minggu (29/1/2023), bertambah menjadi 51 orang. Perahu nahas tersebut membawa anak-anak dan guru dari sebuah seminari untuk piknik.
Pada hari kejadian, polisi mengatakan sedikitnya 10 siswa tenggelam setelah perahu kayu besar yang mereka tumpangi terbalik. Menurut polisi, saat itu perahu mengangkut 25 orang. Demikian seperti dikutip AP, Rabu (1/2).
 Namun, belakangan pejabat berwenang mengatakan bahwa perahu penuh sesak dan sebenarnya membawa 57 orang, kebanyakan adalah anak-anak. Kepala Polisi Distrik Kohat Qismat Khan mengungkapkan, pihak berwenang telah menyerahkan jenazah para korban untuk dimakamkan tetapi polisi masih menyelidiki.
Khan menambahkan, korban jiwa seharusnya bisa dihindari jika pemilik perahu, yang juga tewas dalam insiden itu, memberikan jaket pelampung.
100 Orang Tenggelam Akibat Kecelakaan Kapal di Nigeria, Penumpang Baru Balik Kondangan
Sementara itu, bulan lalu, ada lebih dari 100 orang yang tenggelam dan lebih banyak lagi hilang setelah sebuah kapal yang membawa mereka menyusuri Sungai Niger di barat daya Nigeria terbalik dan tenggelam.
Kapal tersebut dilaporkan membawa lebih dari 300 penumpang yang melakukan perjalanan dari Negara Bagian Kwara ke Negara Bagian Niger setelah upacara pernikahan.
Otoritas terkait mengatakan bahwa upaya pencarian dan penyelamatan berusaha menemukan lebih banyak korban kapal tenggelam.
Seorang penguasa adat setempat mengungkapkan bahwa kapal tenggelam setelah terbalik akibat menabrak pohon.
"Puluhan orang dikhawatirkan tewas dan banyak lainnya (masih) hilang," demikian pernyataan dari Gubernur Negara Bagian Kwara AbdulRahman AbdulRazaq seperti dilansir BBC, Rabu (14/6/2023).
AbdulRazaq menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas dan memastikan bahwa tim penyelamat terus mencari korban selamat.
Seorang juru bicara polisi negara bagian Kwara mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah karena upaya pencarian dan penyelamatan terus berlanjut.
Advertisement