Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Kanada Justin Trudeau turut mengucapkan ucapan Idul Adha kepada umat muslim, dan juga menyampaikan pesan guna meningkatkan upaya memerangi Islamofobia.Â
Mengingat pentingnya momen Idul Adha sebagai hari raya besar bagi umat beragama Islam, Biden menyampaikan harapan terbaik darinya beserta sang istri Jill Biden, kepada umat beragama Islam di dunia yang merayakannya, khususnya di AS.
Dilansir Morocco World News, Kamis (29/6/2023), Biden juga mengumumkan bahwa Gedung Putih akan menjadi tuan rumah dalam perayaan Idul Adha untuk pertama kalinya.
Advertisement
Bersama dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris dan suaminya, Douglas Emhoff, Washington akan menyelenggarakan upacara yang mengumpulkan para pemimpin komunitas muslim dari seluruh AS.
"Di Amerika Serikat, kami bangga menjadi rumah bagi jutaan muslim yang memperkaya jalinan budaya bangsa kami dan berkontribusi pada kemakmuran bersama," kata Biden.
"Kami menghargai kontribusi muslim Amerika yang tak terhitung jumlahnya kepada masyarakat kami, mulai dari pendidikan dan perawatan kesehatan hingga bisnis dan layanan publik," imbuhnya.
Kehadiran komunitas muslim, kata dia, memperkuat komitmen AS terhadap keragaman budaya dan kebebasan beragama.
Selain Biden, Presiden Kanada Justin Trudeau pun turut mengungkapkan ucapan Idul Adha dengan semangat yang sama.Â
Dia menekankan bahwa hari raya menjadi sumber inspirasi karena menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan termasuk berbagi, kasih sayang, dan amal yang ditunjukkan oleh umat Islam di Kanada setiap hari.
"Kami menegaskan kembali bahwa setiap orang di Kanada dan di seluruh dunia harus bebas menjalankan keyakinan mereka tanpa rasa takut," kata Trudeau, mencatat bahwa pemerintahnya akan terus memerangi Islamofobia dan kebencian dalam segala bentuk.
Komitmen Perangi Islamofobia
Hal ini sejalan dengan komitmen kedua negara, Kanada dan AS, dalam melawan Islamofobia yang telah meningkat secara mengkhawatirkan di seluruh negara Barat.
Menurut laporan Gallup baru-baru ini, "agama dan budaya melampaui politik di semua wilayah yang disurvei sebagai akar penyebab ketegangan antara dunia Muslim dan Barat."
"Ini penting dalam diskusi tentang Islamofobia, mengingat kepentingan politik dapat bervariasi dan berubah sementara perbedaan budaya dan agama lebih mendarah daging dalam populasi," ungkap laporan tersebut.
Advertisement