Liputan6.com, Jakarta - Ansambel musik asal Belanda, Odelion Orchestra, tampil di beberapa kota di Indonesia dengan pemberhentian terakhir yaitu di Jakarta. Paduan unik dan eklektik dari dark pop, folk, musik klasik, dan jazz yang dibawakan mereka dari panggung ke panggung telah memikat para penonton di Indonesia.
Sebelum mengakhiri tur Indonesia mereka, grup musik ini telah berkunjung ke Salatiga dan Bandung. Dengan kata lain, grup orkestra itu menggelar rangkaian konser di Salatiga, Bandung, dan Jakarta.
Mereka memberikan pengalaman musik yang memukau para penonton Indonesia.
Advertisement
Ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap hal-hal baru yang datang dari negara asing sangat terlihat.
Margriet Sjoerdsma, pemimpin sekaligus vokalis kelompok musik tersebut mengaku sangat senang melihat antusiasme tinggi yang mereka dapatkan dari masyarakat Indonesia.
"Kami sangat menikmatinya," ucap Margriet menjawab pertanyaan Liputan6.com terkait pendapatnya tentang konser di Indonesia, di Erasmus Huis pada Rabu 30 Juni 2023.
"Mereka sangat memperhatikan dan mendengarkan dengan baik, sangat penasaran dengan jenis musik baru,” tambah sang vokalis.
Odelion Orchestra menciptakan lagu-lagu baru yang bertemakan pribadi, tetapi dapat diterima secara universal.
Album Odelion berjudul “Northern Lights” yang dirilis pada 2012 mendapat penghargaan Edison yang bergengsi, sebuah penghargaan jazz terkemuka di Belanda.
Tur kali ini adalah tur pertama mereka di Indonesia.
Margriet sebelumnya juga mengungkapkan kegembiraannya bisa tampil menghibur para pecinta jazz di Indonesia.
"Kami sangat menantikan untuk datang ke Indonesia, semoga bertemu orang dan musisi baru," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima 21 Juni 2023. “Memainkan musik kami dan menyelami budaya Indonesia!”
Grup musik itu berkomitmen untuk memberikan penampilan tak terlupakan dan menjanjikan pengalaman musik baru yang luar biasa untuk para penonton.
Pererat Ikatan Budaya Indonesia dan Belanda
Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert mengaku senang dan bangga bisa mempersembahkan Odelion Orchestra di atas panggung di tiga kota di Indonesia.
Kehadiran Odelion Orchestra ke Indonesia, menurut Yolande Melsert, juga bertujuan untuk mempererat ikatan budaya antara Belanda dan Indonesia.
"Odelion Orchestra seharusnya sudah tampil di Erasmus Huis 2 tahun lalu," ucap Yolande, sayangnya pandemi COVID-19 menghambat rencana tersebut.
"Kami sangat senang bahwa orkestra ini akhirnya dapat disaksikan langsung di Indonesia," Kata Yolande.
"Delapan musisi dapat bertemu dengan penonton dan terhubung dengan rekan-rekan Indonesia!" tambahnya.
Margriet mengaku bahwa pengalaman yang didapatnya di Indonesia adalah sangat luar biasa dan tak terlupakan jika dibandingkan dengan konser lainnya yang pernah diselenggarakan di negara-negara Asia lain.
Para anggota grup orkestra tersebut menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap budaya dan tempat-tempat wisata di Indonesia.
Tur kali ini tak hanya untuk memperkenalkan musik unik mereka, tetapi juga menjadi waktu bagi mereka untuk menikmati dan mengunjungi berbagai hal menarik di Indonesia.
Advertisement
Konser Asia Pertama di Indonesia, Shuluq Ensemble Bawa Keindahan Mediterania
Selain Odelion Orchestra, grup musik lainnya yang dapat pengalaman menakjubkan setelah menggelar konser di Indonesia adalah Shuluq Ensemble.
Shuluq Ensemble sukses menggelar konser Asia pertamanya di Indonesia, Rabu (1/3/2023), di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pertunjukan tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Italia dan Institut Kebudayaan Italia Jakarta (Instituto Italiano di Cultura Jakarta).
"Untuk memperkenalkan budaya Mediterania kepada masyarakat Indonesia," Maria Battaglia, Direktur dari Istituto Italiano di Cultura Jakarta, menyampaikan tujuannya mengundang Shuluq Ensemble ke Indonesia, khususnya Jakarta.
“Terutama (untuk memperkenalkan) puisi Ibnu Hamdis, puisi arab muslim, yang lahir di Sisilia,” tambahnya.
Dalam penampilannya, grup musik beranggotakan tiga orang itu, membawakan album “The Dream of Ibn Hamdis” yang bercerita tentang Laut Mediterania yang merupakan lambang sejarah, budaya, dan keberagaman.
Shuluq Ensemble yang terdiri dari Salim Dada, Andrea Piccioni, dan Calogero Giallanza, tampil membawakan 11 lagu dalam album “The Dream of Ibn Hamdis”.
Serunya 'Ngariung' Bareng di Belanda, Diplomasi RI Lewat Budaya Sunda
Pertukaran budaya tak hanya bisa dilakukan melalui pertunjukan musik. Di tahun 2019 lalu, KBRI Den Haag di Belanda gelar acara tradisional khas Sunda di halaman utama gedung tersebut.
Sebagian besar warga negara Indonesia mengetahui suku Sunda, yang berasal dari Jawa Barat, dari budayanya yang menjunjung tinggi sopan santun dan sangat menghormati orang tua. Juga bahasa daerah yang diucapkan mereka.
Nilai tersebut dicerminkan dengan karakter masyarakatnya yang ramah, murah senyum dan lembut. Tidak hanya itu, Sunda juga kaya akan kuliner dan kesenian yang khas.
Dalam rangka melestarikan kebudayaan Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, Belanda, menyelenggarakan sebuah pameran kebudayan Sunda melalui prosesi adat pernikahan.
KBRI menjadikan pasangan suami istri, seorang pengusaha wanita Indonesia dan suaminya yang WN Belanda, sebagai model dalam kegiatan tersebut.
Promosi kebudayaan yang dibalut dalam pernikahan adat tersebut merupakan kegiatan promosi kebudayaan pertama yang dilaksanakan selama KBRI Den Haag berdiri.
Advertisement