Liputan6.com, Marseille - Polisi dan orang-orang bentrok di kota Marseille, Prancis, ketika kerusuhan memasuki malam kelima di negara itu yang dipicu oleh kematian seorang remaja yang ditembak oleh polisi dari jarak dekat.
Video yang merekam bentrokan di Marseille menunjukkan polisi menggunakan gas air mata. Rekaman menunjukkan bentrokan terjadi di La Canebière, jalan utama di jantung kota Marseille, demikian seperti dikutip dari BBC (2/7/2023).
Baca Juga
Aparat mengatakan setidaknya 56 penangkapan telah dilakukan di kota selatan Prancis itu.
Advertisement
Tetapi kehadiran polisi yang besar di pusat kota Paris tampaknya telah menghalangi protes.
Kerusuhan Prancis dipicu oleh kematian Nahel Merzouk, 17, yang terbunuh saat pemeriksaan polisi.
Banyak kota di Prancis telah jatuh ke dalam kekacauan sejak Selasa 27 Juli setelah pembunuhan itu terjadi di pinggiran Paris, Nanterre.
Setidaknya 322 orang telah ditangkap secara nasional pada pukul 01:30 waktu setempat pada Minggu 2 Juli 2023, kata kementerian dalam negeri.
Sekitar 45.000 polisi dikerahkan di seluruh negeri untuk malam kedua pada hari Sabtu, setelah lebih dari 2.300 orang ditangkap selama empat malam kerusuhan.
Di Paris, sejumlah besar polisi terlihat di sepanjang Champs-Élysées yang ikonik.
Ada seruan di media sosial agar para pengunjuk rasa berkumpul di sana tetapi kehadiran polisi tampaknya telah membuat sebagian besar dari mereka menjauh.
Polisi ibukota mengatakan mereka melakukan 126 penangkapan. Wilayah Paris menghentikan semua bus dan trem setelah pukul 21:00 waktu setempat (19:00 GMT) untuk malam kedua.
PM Prancis Elisabeth Borne dilaporkan menghadiri ruang komando kepolisian nasional di Paris untuk mengamati upaya menjaga ketertiban.
Kematian Nahel Merzouk
Nahel ditembak setelah menolak berhenti untuk pemeriksaan lalu lintas dan meninggal setelah layanan darurat mendatangi tempat kejadian. Sebuah video, yang dibagikan secara online beberapa jam setelah kematian Nahel, menunjukkan dua petugas polisi mencoba menghentikan kendaraan dan satu mengarahkan senjatanya ke pengemudi.
Pemakaman untuk Nahel yang berusia 17 tahun diadakan di Nanterre sebelumnya pada hari Sabtu. Setelah prosesi di masjid di pinggiran kota Paris, tubuhnya dibawa ke pemakaman setempat.
Petugas yang melepaskan tembakan fatal sejak itu telah didakwa dengan pembunuhan tak berencana dan meminta maaf kepada keluarga. Pengacaranya mengatakan pelaku sangat menyesal.
Kematian Nahel telah menghidupkan kembali perdebatan seputar keadaan kepolisian Prancis, termasuk undang-undang senjata api 2017 yang kontroversial yang memungkinkan petugas menembak ketika seorang pengemudi mengabaikan perintah untuk berhenti.
Lebih luas lagi, hal itu telah menimbulkan pertanyaan tentang rasisme di kepolisian. Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan kerusuhan itu adalah kesempatan bagi Prancis "untuk mengatasi masalah rasisme yang mendalam dalam penegakan hukum".
Emmanuel Macron menuduh pengunjuk rasa mengeksploitasi kematian Nahel.
Macron mengutuk kekerasan pada hari Jumat "dengan ketegasan terbesar" dan mengatakan kematian Nahel telah digunakan untuk membenarkan tindakan kekerasan – menyebutnya sebagai "eksploitasi yang tidak dapat diterima atas kematian seorang remaja".
Advertisement