Sukses

Mantan Bos Pertahanan Jepang: China Tak Mungkin Invasi Taiwan, Butuh 1,6 Juta Tentara

Mantan pejabat pertahanan di Jepang ragu bahwa China bisa invasi Taiwan.

Liputan6.com, Taipei - Isu invasi China ke Taiwan menjadi diskusi yang membayangi perang antara Rusia dan Ukraina. Namun, mantan pejabat pertahanan Jepang yakin China tak akan bisa menginvasi Taiwan.

Alasannya cukup sederhana: China butuh lebih dari 1 juta tentara untuk menginvasi Taiwan, tetapi China tak dapat mengangkut semuanya ke Taiwan.

Berdasarkan Taipei Times, Selasa (4/7/2023), pandangan itu berasal dari Tokuichiro Tamazawa yang merupakan mantan direktur jenderal di Badan Pertahanan Jepang.

Badan Pertahanan Jepang merupakan pendahulu Kementerian Pertahanan Jepang dan dipimpin oleh seorang dirjen. Tamazawa menjabat pada tahun 1990-an.

Tokuichiro Tamazawa memberi contoh dari gagalnya serangan Amerika Serikat ke Pulau Kyushu pada Perang Dunia II.

"Militer AS memiliki hampir 700 ribu pasukan, 30 pesawat, dan 300 kapal perang ketika awalnya mencoba merebut Kyushu yang memiliki 200 ribu pasukan," ucap Tamazawa di acara Japan-Taiwan Exchange Association di Taipei.

"Meski punya jumlah besar, AS tidak bisa merebut Kyushu saat itu," ucapnya. Sebagai informasi, luas Pulau Kyushu dan Taiwan kurang-lebih sama.

Berikut ini sejumlah hal yang disorot mantan direktur jenderal di Badan Pertahanan Jepang Tokuichiro Tamazawa soal peluang invasi China ke Taiwan:

1. Risiko Besar ke Partai Komunis China

Tamazawa berkata China akan butuh antara 1,3 juta hingga 1,6 juta tentara untuk menginvasi Taiwan, namun bakal kesulitan mentransportasikan jumlah pasukan tersebut sesuai waktu yang dibutuhkan.

Selain itu, apabila China kalah di Taiwan, maka itu bisa berbahaya bagi rezim Partai Komunis China (PKC). Tamazawa bahkan berkata China sadar bahwa invasi ke Taiwan akan gagal, sehingga lebih memilih memakai taktik kongitif agresif.

2. Bantuan Negara Demokrasi

Tamazawa berkata isu lain yang menghadang Republik Rakyat China adalah kemungkinan adanya bantuan dari negara-negara demokrasi lain.

Sebagai informasi, Ukraina hingga kini bisa bertahan dari gempuran Rusia berkat bantuan ekonomi dan pertahanan dari mitra negara-negara Barat.

3. Krisis Pangan

Lebih lanjut, Tamazawa menyorot masalah pangan yang dihadapi China apabila nekat menyerang. Kondisi pangan China saat ini disebut terimbas perang Rusia-Ukraina yang notabene sumber impor gandum bagi China.

"Melancarkan perang membutuhkan persediaan makanan yang melimpah. Jika China memulai perang sekarang, ia akan segera menghadapi kekurangan pangan," ucap Tamazawa. "Kamu tidak bisa bertempur dalam perang saat perut kosong."

2 dari 2 halaman

Menlu Qin Gang: China-ASEAN Secara Efektif Promosikan Perdamaian dan Stabilitas

Sebelumnya dilaporkan, China terus memperkuat kerja samanya dengan negara-negara ASEAN. Menteri Luar Negeri Tiongkok Qin Gang menyebut bahwa China-ASEAN secara efektif telah mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.

"Kerja sama kami telah menjadi contoh kerja sama yang paling bersemangat dan produktif di Asia-Pasifik, yang secara efektif mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan ini," demikian pesan dari China Qin Gang yang disampaikan oleh Asisten Menlu China, Nong Rong dalam peringatan 20 tahun Aksesi Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) ASEAN-China yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia dan China Mission for ASEAN, di Jakarta Kamis (22/6). 

"ASEAN adalah salah satu organisasi kerja sama regional yang paling sukses di dunia. Sebagai dokumen fundamental politik ASEAN, TAC memiliki tujuan dan prinsip yang sangat selaras dengan Piagam PBB, yaitu Lima Prinsip Koeksistensi Damai dan Bandung Spirit."

Menlu Qin Gang juga menekankan bahwa Tiongkok dengan tegas mendukung persatuan ASEAN dan pembangunan Komunitas ASEAN, serta mendukung sentralitas ASEAN dalam arsitektur kawasan.

"Tiongkok akan bekerja dengan ASEAN untuk menjunjung tinggi tujuan dan prinsip TAC, bertindak berdasarkan multilateralisme sejati, dan menjaga peraturan serta ketertiban kawasan untuk menjaga perdamaian dan pembangunan yang telah dicapai dengan susah payah di kawasan," kata Menlu Qin Gang.