Liputan6.com, Boksburg - Sejumlah orang dilaporkan meninggal dunia akibat kebocoran gas beracun misterius di Afrika Selatan.
"Kebocoran gas oksida nitrat yang dicurigai di Afrika Selatan telah menyebabkan kematian 16 orang," kata pejabat setempat seperti dikutip dari BBC, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga
Para korban - termasuk wanita dan anak-anak - meninggal karena menghirup gas misterius yang belum dapat ditentukan di pemukiman informal di Boksburg, sebelah timur Johannesburg.
Advertisement
Kebocoran gas pada Rabu 5 Juli telah dikaitkan dengan penambangan emas ilegal di daerah tersebut.
Gas oksida nitrat sering digunakan oleh penambang emas ilegal - dikenal secara lokal sebagai zama zamas - untuk mengekstraksi emas dari tanah yang dicuri dari lubang tambang yang ditinggalkan.
Salah satu tabung gas ditemukan bocor di kota kumuh Angelo yang padat penduduk di Boksburg, Afrika Selatan.
Para korban ditemukan dalam radius 100 meter (328 kaki) dari tempat kejadian.
"Tidak ada yang dibawa ke rumah sakit," kata petugas layanan darurat kepada BBC.
Mereka, petugas layanan darurat, khawatir lebih banyak jasad dapat ditemukan dalam semalam karena tim SAR tengah melanjutkan pekerjaan mereka.
Tragedi ini terjadi berselang enam bulan setelah ledakan kapal tanker gas pada malam Natal yang merenggut 41 nyawa di kota yang sama.
Gas Beracun hingga Jasad Berserakan di Tanah, Biang Keroknya Tambang Emas Ilegal?
William Ntladi, juru bicara layanan darurat untuk kota terdekat Ekurhuleni, mengatakan kebocoran gas berasal dari sebuah silinder di kamp Angelo, sebuah pemukiman informal dengan layanan publik terbatas.
Layanan darurat dipanggil sekitar pukul 20.00 malam waktu setempat (18:00 GMT) untuk menangani apa yang dianggap sebagai ledakan gas. Namun, responden pertama menyadari bahwa kematian tersebut bukan disebabkan oleh ledakan tetapi oleh "gas beracun" yang bocor ke daerah tersebut.
Sementara Ntladi awalnya memperkirakan 24 orang tewas akibat menghirup gas nitrat, Perdana Menteri Provinsi Gauteng Afrika Selatan Panyaza Lesufi kemudian mengatakan kepada media bahwa jumlah korban tewas telah diverifikasi pada 16 orang.
"Itu bukan pemandangan yang bagus. Ini menyakitkan, menguras emosi, dan tragis," kata Lesufi, menggambarkan jasad yang berserakan di tanah, termasuk yang masih berusia satu tahun.
Ntladi juga menyebut kemungkinan alasan kebocoran tersebut dalam sebuah wawancara dengan South African Broadcasting Corporation (SABC): "Kami menduga ini dapat dikaitkan dengan penambangan ilegal di daerah tersebut."
Advertisement
Gas Nitrat Penyebab Keracunan?
Tidak ada korban rawat inap yang dilaporkan sejauh ini. Tetapi William Ntladi selaku juru bicara layanan darurat untuk kota terdekat Ekurhuleni, mengindikasikan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung, karena para penyelidik bekerja sepanjang malam untuk mengidentifikasi para korban.
Ntladi juga mengatakan kepada Newzroom Afrika bahwa temuan tabung gas "pada dasarnya kosong" saat layanan darurat tiba di lokasi: "Jadi kami tidak tahu sejak kapan kegiatan ini (penambangan ilegal) dilakukan."
Dia berspekulasi bahwa nitrat telah digunakan untuk mengekstrapolasi emas dari tanah.
Penambangan emas ilegal telah menjadi ancaman berkelanjutan di Afrika Selatan, dengan kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan yang mendorong industri bawah tanah.
Penambang informal dijuluki "zama zamas" - istilah Zulu untuk orang yang mencoba peruntungan - karena mereka mempertaruhkan hidup mereka di tambang bekas dan terowongan yang belum sempurna, digali ke dalam Bumi tanpa tindakan pengamanan.
Ledakan gas pada bulan Mei menewaskan sekitar 31 penambang yang bekerja secara ilegal di Kota Welkom, menjebak tubuh mereka di bawah tanah. Namun upaya pemulihan terhalang oleh tingkat metana yang tinggi di tambang — dan ancaman ledakan lebih lanjut.
Menurut perkiraan, jumlah tambang emas yang ditinggalkan di negara itu sekitar 6.000. Para pecinta lingkungan telah memperingatkan bahwa pertambangan industri telah meninggalkan warisan kemiskinan dan masalah kesehatan di daerah terdekat.
Penambangan informal yang muncul di wilayah itu juga disalahkan atas meningkatnya kekerasan geng dan perang wilayah, karena calon penambang memperebutkan lokasi penggalian terbaik.