Sukses

Gegara Salah Buang Pembalut Bekas, Karyawan Perempuan Pabrik Keju di Kenya Dipaksa Lepas Pakaian

Setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh, tiga orang menghadapi tuduhan penyerangan tidak senonoh atas insiden itu.

Liputan6.com, Nairobi - Tiga orang ditangkap setelah karyawan perempuan di sebuah pabrik keju di Kenya diduga dipaksa menanggalkan pakaian untuk memeriksa siapa yang sedang menstruasi.

Kejadian bermula setelah seseorang membuang pembalut bekas di tempat sampah yang salah. Manajer di Brown's Food Company kemudian mengumpulkan para pekerja wanita untuk mencari tahu pelakunya, namun tidak seorangpun mengaku.

Tidak berhenti sampai di situ, dia kemudian memaksa mereka melepas pakaian. Pihak perusahaan mengatakan bahwa mereka telah menangguhkan manajer tersebut sembari menunggu penyelidikan.

Polisi di Limuru mengatakan kepada media setempat bahwa tiga orang menghadapi tuduhan penyerangan tidak senonoh atas insiden itu setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh. Mereka juga mengatakan, insiden serupa terjadi di perusahaan lain di daerah tersebut.

"Kami telah menyimpulkan bahwa tindakan merendahkan dan mempermalukan telah berlangsung lama. Saya ingin memperingatkan manajemen perusahaan di manapun bahwa keadilan akan segera diberikan kepada semua korban mereka," kata kepala polisi setempat Philip Mwania seperti dilansir BBC, Jumat (7/7/2023).

Dalam sebuah video yang diunggah ke Facebook, Senator Gloria Orwoba mengatakan bahwa dia telah menerima "panggilan darurat" tentang apa yang terjadi pada Senin (3/7) malam.

"Seorang manajer menemukan pembalut bekas di salah satu tempat sampah dan dari apa yang saya kumpulkan, tempat sampah itu tidak dimaksudkan untuk pembuangan pembalut," katanya.

"Manajer awalnya mengumpulkan para wanita untuk menanyakan siapa yang bertanggung jawab dan ketika dia tidak mendapat jawaban, dia merasa perlu mencari tahu siapa yang sedang menstruasi, sehingga dia dapat menghukum orang yang membuang pembalut sembarangan," tambah Senator Orwoba, yang berkampanye menentang menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan.

Menurut Orwoba, perusahaan tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan karyawan mereka.

 

2 dari 2 halaman

Tidak Mencerminkan Prosedur Perusahaan

Dalam pernyataan di situs web-nya, Brown's Food Company mengatakan sedih dan persoalan tersebut tidak mencerminkan prosedur perusahaan secara keseluruhan.

"Kami akan lebih lanjut melibatkan pakar kesehatan wanita untuk membantu menyadarkan staf, meningkatkan komunikasi, dan memperkuat kebijakan dan prosedur kami yang ada," demikian bunyi pernyataan perusahaan.

Brown's Food Company menambahkan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan independen.