Liputan6.com, Washington D.C. - Amerika Serikat mengklaim telah menghancurkan persediaan senjata kimia terakhirnya, kata Presiden Joe Biden.
Klaim ini mengakhiri upaya selama beberapa dekade untuk menghilangkan senjata mematikan yang pertama kali digunakan dalam skala besar dalam Perang Dunia I.
Baca Juga
Sebagai bagian dari Konvensi Senjata Kimia, yang diratifikasi oleh Senat AS pada tahun 1997, AS dan penandatangan lainnya diharuskan untuk menghancurkan stok senjata kimia mereka pada 30 September 2023.
Advertisement
"Hari ini, saya bangga mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah dengan aman menghancurkan amunisi terakhir persediaan (senjata kimia) itu – membawa kita selangkah lebih dekat ke dunia yang bebas dari kengerian senjata kimia," kata Biden dalam pernyataan tertulis yang dirilis oleh Gedung Putih, dikutip dari AAP (8/7/2023).
AS telah menghancurkan stok yang tersisa di US Army Pueblo Chemical Depot di Pueblo, Colorado, dan Blue Grass Army Depot (BGAD) di Richmond, Kentucky.
Pada tahun 2022, roket M55 terakhir dengan agen saraf VX dihancurkan di pabrik di Kentucky.
Â
Noda Sejarah
Stok senjata kimia AS mencapai hampir 40.000 ton pada tahun 1968, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
"Senjata kimia bertanggung jawab atas beberapa episode paling mengerikan dari hilangnya manusia," kata pemimpin Senat Republik AS Mitch McConnell dalam sebuah pernyataan.
"Meskipun penggunaan agen-agen mematikan ini akan selalu menjadi noda dalam sejarah, hari ini bangsa kita akhirnya memenuhi janji kita untuk membersihkan gudang senjata kita dari kejahatan ini."
Senjata kimia muncul ke permukaan selama Perang Dunia I, yang kemudian dikenal sebagai "perang kimia".
Menurut PBB, senjata kimia menewaskan hampir 100.000 orang selama Perang Dunia I dan telah menyebabkan lebih dari satu juta korban di seluruh dunia sejak saat itu.
Advertisement