Sukses

Menlu AS Desak ASEAN Bersikap Lebih Tegas terhadap Myanmar dan China

Amerika Serikat berharap dapat menggalang negara-negara Asia Tenggara agar mengambil tindakan lebih keras terhadap junta militer Myanmar, serta menolak tindakan agresif China di Laut China Selatan.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Amerika Serikat berharap dapat menggalang negara-negara Asia Tenggara agar mengambil tindakan lebih keras terhadap junta militer Myanmar, serta menolak tindakan agresif China di Laut China Selatan.

Desakan itu muncul ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menuju ke wilayah tersebut untuk pertemuan ASEAN minggu depan, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS Jumat 8 Juli 2023.

Menlu Blinken akan melakukan perjalanan ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam pertemuan para menteri luar negeri dari blok regional ASEAN setelah dia bergabung dengan Presiden Joe Biden di Inggris dan di Lituania untuk pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) dari Minggu hingga Rabu.

Daniel Kritenbrink, pejabat tinggi Deplu AS untuk Asia Timur, mengatakan kepada wartawan bahwa Myanmar, yang dilanda kekacauan oleh kudeta militer pada 2021, akan menjadi "salah satu masalah utama" yang dibahas di Jakarta, demikian seperti dikutip dari VOA, Minggu (9/7/2023).

ASEAN telah melarang para jenderal yang berkuasa di Myanmar untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi, tetapi Thailand telah mengusulkan agar ASEAN kembali terlibat dengan junta.

“Kami mengharapkan teman dan mitra kami di ASEAN agar terus mengurangi kehadiran perwakilan Myanmar di tingkat menteri ASEAN dan kami juga berharap (ASEAN) dapat menemukan cara untuk meningkatkan tekanan pada rezim untuk memaksa rezim mengakhiri kekerasannya dan kembali ke jalan yang benar, demokrasi," kata Kritikenbrink melalui telepon.

 

2 dari 2 halaman

Sanksi AS terhadap Myanmar

Washington bulan lalu mengeluarkan sanksi terhadap dua bank Myanmar yang digunakan oleh junta untuk mengkonversi mata uang asing, dalam sebuah langkah yang bertujuan mengurangi kemampuan militer untuk mengimpor senjata dan material untuk menindak pasukan anti-kudeta.

Kritenbrink mengatakan pekan lalu bahwa negara-negara di kawasan itu harus membuat kemajuan dalam menyelesaikan sengketa maritim satu sama lain guna memperkuat suara kolektif mereka dalam sengketa dengan China di Laut China Selatan.

Kritenbrink mengatakan pada Jumat (6/7) bahwa AS akan bekerja dengan negara-negara anggota ASEAN di Jakarta untuk melawan apa yang dia katakan sebagai "tren peningkatan tindakan China (di Laut China Selatan, red.) yang tidak membantu dan memaksa serta tidak bertanggung jawab."

“Ini bukanlah soal membuat negara-negara (ASEAN) setuju dengan pandangan AS, ini adalah soal bekerja sama dengan mitra kami untuk memajukan pandangan dan visi bersama kami bagi kawasan ini, serta untuk menolak perilaku-perilaku yang bertentangan dengan visi (bersama) itu,” katanya.