Liputan6.com, Tel Aviv - Demonstrasi anti-pemerintah terbesar dalam beberapa minggu kembali mengguncang Kota Tel Aviv, pusat bisnis Israel, pada Sabtu (8/7) untuk menolak upaya baru menggolkan perombakan sistem peradilan oleh koalisi ekstrem kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Puluhan ribu orang berdemo di seluruh negeri, tapi unjuk rasa di Tel Aviv paling banyak menyedot para pedemo dibandingkan demo-demo lain baru-baru ini, Reuters melaporkan mengutip stasiun pemberitaan N12 News dan Channel 13.
Baca Juga
Demonstrasi-demonstrasi secara nasional dimulai pada Januari ketika Pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk merombak sistem peradilan dengan sebuah paket undang-undang yang akan mengurangi wewenang Mahkamah Agung dan memberi koalisi kekuasaan lebih besar untuk memilih hakim, dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (9/7/2023).
Advertisement
Aksi demo sempat sedikit mereda pada akhir Maret ketika Netanyahu, yang ditekan di dalam dan luar negeri, menunda rencana pembicaraan dengan pihak-pihak oposisi. Pembicaraan itu sedianya untuk mencapai kesepakatan yang luas mengenai reformasi peradilan.
Namun, karena beranggapan tidak ada gunanya mengadakan pembicaraan-pembicaraan itu bulan lalu, Netanyahu kembali melancarkan upaya pemerintahannya untuk mengendalikan Mahkamah Agung (MA). Menurutnya, MA saat ini memiliki wewenang yang terlalu luas, berhaluan kiri dan elitis. Dia mengatakan usulan-usulan yang baru akan lebih moderat.
Parlemen Israel Diperkirakan Akan Gelar Pemungutan Suara
Parlemen Israel diperkirakan akan menggelar pemungutan suara pertama dari rencana tiga voting rancangan undang-undang (RUU) yang pertama. RUU itu akan membatasi kewenangan MA untuk membuat putusan terhadap keputusan-keputusan yang dibuat pemerintah, menteri-menteri, dan para pejabat terpilih.
Pihak oposisi mengatakan langkah itu adalah langkah berbahaya lainnya menuju pembatasan kebebasan peradilan yang akhirnya akan membuat MA berada di bawah kekuasaan politisi dan membuka jalan korupsi.
Para pemimpin unjuk rasa mengatakan mereka akan menggenjot intensitas demo pekan depan.
“Kami tidak punya pilihan. Kami harus membela demokrasi kami,” kata Sigal Peled-Leviatan, seorang guru berusia 51 tahun yang berdemo di Tel Aviv.
Advertisement
Melemahkan Ekonomi Israel
Upaya pemerintah untuk merombak peradilan memicu ketakutan akan kesehatan demokrasi Israel dan melemahkan ekonomi. Nilai tukar mata uang Israel, Shekel, sudah turun 5 persen sejak demo-demo pecah.
Meski bersikeras bahwa dia tak bersalah dalam sidang korupsi yang berlangsung lama, Netanyahu berupaya meredam keprihatinan para sekutu-sekutu Barat dan investor asing, Dia mengatakan bahwa usulan perubahan akan lebih baik memisahkan cabang-cabang pemerintahan.