Liputan6.com, Washington - Pemimpin think tank Amerika Serikat (AS) didakwa bertindak sebagai agen China yang tidak terdaftar, serta berusaha menjadi perantara penjualan senjata dan minyak Iran. Dakwaan tersebut diungkapkan jaksa federal di Manhattan.
Gal Luft (57), seorang warga negara AS dan Israel, dituduh merekrut dan membayar mantan pejabat tinggi pemerintah AS atas nama pihak yang berbasis di China pada tahun 2016, tanpa mendaftar sebagai agen asing sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang. Demikian seperti dilansir The Guardian, Rabu (12/7/2023).
Baca Juga
Jaksa tidak mengidentifikasi mantan pejabat AS yang dimaksud, namun mengatakan bahwa dia bekerja sebagai penasihat presiden terpilih Donald Trump pada saat itu. Luft dituduh mendorong penasihat tersebut untuk mendukung kebijakan yang menguntungkan China, termasuk dengan membuat artikel atas namanya untuk diterbitkan di sebuah surat kabar China.
Advertisement
Sebuah akun Twitter atas nama Luft, dengan lebih dari 15.000 pengikut, men-twit pada 18 Februari bahwa dia telah ditangkap di Siprus atas permintaan ekstradisi bermotivasi politik oleh AS.
"Saya tidak pernah menjadi pedagang senjata," twit Luft.
Jaksa penuntut menjelaskan bahwa Luft ditangkap pada Februari di Siprus atas tuduhan yang diajukan AS, namun dia melarikan diri setelah dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu ekstradisi. Dia tidak dalam tahanan AS saat ini.
Dituduh Jadi Perantara Penjualan Senjata hingga Minyak Iran
Luft adalah co-direktur Institute for the Analysis of Global Security, yang menggambarkan dirinya sebagai think tank yang berbasis di Washington DC dan fokus pada tren energi, keamanan, dan ekonomi.
Pihak Analysis of Global Security belum berkomentar terkait kabar ini.
Jaksa menuduh Luft menjadi perantara kesepakatan bagi perusahaan China untuk menjual senjata ke sejumlah negara termasuk Libya, Uni Emirat Arab, dan Kenya, meskipun tidak memiliki lisensi untuk melakukannya seperti yang diwajibkan oleh undang-undang AS.
Dia juga dituduh mengatur pertemuan antara pejabat Iran dan perusahaan energi China untuk membahas kesepakatan minyak, meskipun ada sanksi AS terhadap negara Timur Tengah itu.
Advertisement