Sukses

Indonesia Minta Inggris Tanda Tangani Perjanjian Anti-Senjata Nuklir SEANWFZ

Indonesia dan ASEAN meminta negara-negara pemilik nuklir untuk ikut perjanjian anti-senjata nuklir SEANWFZ

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan negara-negara ASEAN lain terus mendorong negara-negara pemilik senjata nuklir untuk menandatangani perjanjian anti-senjata nuklir Asia Tenggara, yakni Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ). 

Selama pertemuan para menteri luar negeri pada sepekan ini, China dan Rusia telah didorong untuk ikut serta perjanjian terkait senjata nuklir tersebut. Menlu RI Retno Marsudi juga meminta Inggris untuk melakukan hal serupa. 

Inggris merupakan anggota dari aliansi AUKUS (Australia, Inggris, dan Amerika Serikat) yang menuai kontroversi karena punya kapal selam bertenaga nuklir.

"Saya mendorong agar Inggris segera mempertimbangkan untuk melakukan aksesi terhadap protokol SEANWFZ treaty," ujar Menlu RI Retno Marsudi usai bertemu Menlu Inggris James Cleverly di penghujung Post Ministerial Meetings (PMC) di Jakarta, Kamis (13/7/2023). 

Pada Kamis, Menlu Retno memang bertemu sejumlah menlu negara-negara sahabat. Beberapa topik yang dibahas mulai dari ibu kota baru dan kendaraan listrik dengan menlu Jepang, isu G20 bersama menlu India, ketahanan pangan dengan Rusia, hingga UU anti-deforestasi dan sengketa nikel di WTO bersama menlu Uni Eropa.

Ketika ditanya hasil dari pembicaraan-pembicaraan tersebut, Menlu Retno Marsudi enggan menjawab.

"Besok masih ada hari. Jadi masih ada satu hari lagi. Ini hal yang biasa, yang lumrah, namanya juga negosiasi. Jadi jangan khawatir. Masih ada hari esok dan kita akan update perkembangannya sampai di mana. Don't worry, be happy," ucap Menlu Retno.

 

Baca juga: Bahas Senjata Nuklir di Pertemuan Menlu ASEAN, Sekjen Sorot AUKUS, Korea Utara, hingga Rusia

2 dari 2 halaman

Menlu ASEAN dan Rusia Bertemu, Bahas Ketahanan Pangan hingga Zona Bebas Senjata Nuklir

Indonesia mendorong penguatan kerja sama ketahanan pangan antara ASEAN dengan Rusia. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pertemuan para menlu ASEAN dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Jakarta, Kamis (13/7/2023).

ASEAN berencana memunculkan "Deklarasi Para Pemimpin untuk Penguatan Ketahanan Pangan dan Nutrisi dalam Merespons Krisis" pada KTT ke-43 ASEAN yang berlangsung September mendatang. 

"Dukungan Rusia terhadap inisiatif ini sangat penting mengingat status Rusia sebagai produsen gandum dan pupuk global," terang Menlu Retno seperti dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI.

Area kolaborasi lainnya yang juga didorong dalam konteks hubungan ASEAN dan Rusia adalah memastikan zona bebas senjata nuklir di Asia Tenggara. ASEAN dibentuk untuk menjaga perdamaian jangka panjang dan kemakmuran inklusif di kawasan. Ini tidak mungkin tercapai tanpa memastikan Asia Tenggara tetap sebagai kawasan bebas senjata nuklir.

"Oleh karena itu, semua negara pemilik senjata nuklir harus memajukan non-proliferasi dan perlucutan senjata. Untuk itu, saya harap Rusia dapat mengaksesi Protokol Traktat Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara sesegera mungkin," ujar Menlu Retno.

Menyoroti situasi dunia hari ini, Menlu Retno mengatakan telah terjadi perubahan drastis.

"Paradigma kolaborasi dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia. Sebagai teman Rusia maupun Ukraina, Indonesia tak kenal lelah untuk menyerukan perdamaian. Kemitraan kita harus mewujudkan paradigma ini dalam tindakan nyata," tegas Menlu Retno.