Sukses

Menlu ASEAN Sepakat Dukung Kemerdekaan Ukraina dan Palestina

Ukraina dan Palestina ikut disebut di pernyataan bersama para Menlu ASEAN.

Liputan6.com, Jakarta - Para Menlu ASEAN, minus Myanmar yang dikuasai junta militer, merilis pernyataan dukungan terhadap kemerdekaan Ukraina dan Palestina, serta penghentian segala kekerasan. ASEAN berharap stabilitas dapat tercapai.

"Terkait Ukraina, sebagaimana semua negara, kami terus menegaskan kembali penghormatan kami terhadap kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas wilayah. Kami menyerukan kembali adanya kepatuhan terhadap Piagam PBB dan hukum internasional," demikian isi joint communique 56th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM), dikutip Jumat (14/7/2023).

Invasi Rusia ke Ukraina secara luas dipandang sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB karena menyerang negara lain serta merebut tanah air milik Ukraina. Tercatat ada empat kawasan Ukraina yang direbut Rusia di tengah invasi, yakni Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia. 

Pada tahun 2014, Rusia juga merebut Crimea milik Ukraina. Walau kemerdekaan dan wilayah Ukraina sedang diserang oleh Rusia, pernyataan bersama para Menlu ASEAN tidak menyebut nama Rusia sebagai pihak yang terlibat.

Pernyataan bersama Menlu ASEAN menegaskan dukungan kepada PBB untuk menyelesaikan masalah di Ukraina. ASEAN juga berharap agar bantuan kemanusiaan bisa terus dikirim ke Ukraina.

"Kami turut meminta fasilitasi akses yang cepat, aman, dan tak terhalangi untuk bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan di Ukraina, dan proteksi warga sipil, personel kemanusiaan, dan orang-orang dalam situasi rentan," tulis pernyataan para Menlu ASEAN dalam joint communique 56th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dukungan ke Palestina

Para Menlu ASEAN juga berkata ingin melihat perdamaian antara Palestina dan Israel. Secara spesifik, Yerusalem Timur dianggap sebagai ibu kota milik Palestina, bukan Israel. 

Isu ibu kota Israel sempat menjadi kontroversi beberapa tahun lalu, karena Israel ingin Yerusalem Timur diakui sebagai ibu kota mereka. 

Pihak ASEAN lebih fokus agar kedua belah pihak sama-sama mengambil langkah positif agar negosiasi damai bisa terwujud, kemudian kedua negara bisa menjalani relasi yang stabil dalam solusi dua negara. 

"Kami secara penuh mendukung hak sah rakyat Palestina untk Negara Palestina yang merdeka dengan realisasi dua negara, Palestina dan Israel, hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan berdasarkan batas pra-1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," tulis pernyataan Menlu ASEAN.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.