Liputan6.com, Goa - Pertemuan negara-negara ekonomi utama Kelompok 20 (G20) di India pada Sabtu (22/7) gagal mencapai konsensus untuk menghentikan secara bertahap penggunaan bahan bakar fosil karena keberatan dari beberapa negara produsen.
Para ilmuwan dan juru kampanye jengkel oleh tindakan badan-badan internasional yang lamban dalam bertindak untuk mengekang pemanasan global. Bahkan, ketika cuaca ekstrem dari China hingga Amerika Serikat (AS) menggarisbawahi krisis iklim yang dihadapi dunia.
Baca Juga
Para pejabat energi G20 sedianya akan mengeluarkan komunike bersama pada akhir pertemuan empat hari mereka di Bambolin, sebuah kota di negara bagian pantai Goa, India.
Advertisement
Namun hal itu dibatalkan karena ketidaksepakatan termasuk rencana meningkatkan kapasitas energi terbarukan menjadi tiga kali lipat pada 2030, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (24/7/2023).
Bagian yang mendorong negara-negara maju untuk mencapai tujuan bersama dalam menggalang dana sebesar $100 miliar per tahun untuk tindakan iklim di negara-negara berkembang dari 2020-2025, dan deskripsi tentang perang di Ukraina, juga gagal mencapai konsensus.
Â
Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Penggunaan bahan bakar fosil menjadi pusat perdebatan dalam diskusi sepanjang hari, tetapi pejabat gagal mencapai konsensus tentang pembatasan penggunaan "tanpa penangkalan" (unabated), menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Unabated artinya penggunaan bahan bakar fosil tanpa langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon dioksida yang menjadi penyebab naiknya suhu atmosfer Bumi, pemicu krisis iklim.
Sebuah draf yang ditinjau oleh Reuters pada Jumat (21/7) malam berbunyi: "Pentingnya melakukan upaya untuk menghentikan bahan bakar fosil secara bertahap, sejalan dengan keadaan nasional yang berbeda, telah ditekankan."
Namun, pernyataan bersama itu tidak rilis dan digantikan dengan pernyataan ketua pada Sabtu (22/7) malam, yang mencatat bahwa "Pihak lain memiliki pandangan berbeda tentang masalah tersebut bahwa teknologi pengurangan dan penghapusan akan mengatasi keprihatinan semacam itu."
Menteri Kelistrikan India R.K. Singh, dalam jumpa pers setelah konferensi berakhir, mengatakan beberapa negara ingin menggunakan penangkapan karbon daripada pengurangan bertahap bahan bakar fosil.
Dia tidak menyebutkan nama negara.
Namun, produsen bahan bakar fosil utama Arab Saudi, Rusia, China, Afrika Selatan, dan Indonesia semuanya diketahui menentang tujuan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar tiga kali lipat pada dekade ini.
Advertisement