Sukses

Serangan Rusia ke Ukraina Hancurkan Gereja Katedral di Odesa

Gereja hancur akibat serangan Rusia di Odesa, Ukraina.

Liputan6.com, Odesa - Serangan Rusia ke Ukraina menghantam sebuah gereja katedral di kota pelabuhan Odesa. Gereja bersejarah itu dilaporkan rusak parah akibat serangan yang terjadi.

Dilansir BBC, Minggu (23/7/2023), Rusia menambah serangannya sejak negara itu mundur dari perjanjian gandum bersama Ukraina. Gubernur Regional Oleh Kiper menyebut ada 14 orang yang dirawat akibat serangan di Odesa.

Di antara yang terluka, ada empat anak-anak.

"Odesa: malam lainnya dari serangan monster," tulis Gubernur Kiper di Telegram.

Katedral yang hancur itu adalah Katedral Transfigurasi. Gereja itu hubungan dengan Gereja Ortodoks Ukraina.

Bangunan itu merupakan gereja Ortodoks terbesar di seantero Odesa dan dikonsekrasi pada 1809. Gereja itu sempat dihancurkan Uni Soviet pada 1939, namun dibangun lagi pada 2003.

Archdeacon dari Katedral tersebut, Andriy Palchuk, berkata dirinya merupakan orang pertama yang hadir di TKP.

"Kehancurannya besar. Setengah dari katedral dibuat tidak punya atap, dan penyangga tengahnya dan fondasinya hancur," ujar Palchuk. Semua jendela dan stucco di gereja tersebut juga hancur. Palchuk juga melihat sempat ada api di bagian penjualan ikon dan lilin.

Selain gereja katedral bersejarah yang hancur, Gubernur Regional Oleh Kiper menyebut ada enam bangunan, termasuk apartemen, yang hancur oleh serangan Rusia.

2 dari 2 halaman

PBB Waspadai Bahaya Kelaparan Usai Rusia Gempur Fasilitas Pangan Ekspor Ukraina

Laporan sebelumnya, Rusia menggempur fasilitas pangan ekspor Ukraina selamat empat hari berturut-turut pada Jumat (21/7). Moskow juga berusaha merebut kapal di Laut Hitam sebagai eskalasi dari apa yang pemimpin Barat katakan sebagai upaya untuk menghindari sanksi dengan mengancam krisis pangan global.

Serangan terhadap pasokan biji-bijian Ukraina yang menjadi bagian utama dari rantai makanan global, dilakukan sejalan dengan keinginan Kyiv untuk menentang blokade laut Rusia atas pelabuhan ekspornya.

Hal itu dilakukan setelah Moskow pada minggu ini, menarik diri dari perjanjian koridor laut aman yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

PBB memperingatkan bahwa jutaan orang di negara-negara miskin di seluruh dunia berisiko lebih besar mengalami kelaparan dan kelaparan akibat efek lanjutan harga pangan.

"Beberapa akan kelaparan, beberapa akan kelaparan, banyak yang mungkin mati sebagai akibat dari keputusan ini," kata Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (23/7).

Di Ukraina, gubernur setempat Oleh Kiper mengatakan terminal biji-bijian dari sebuah perusahaan pertanian di wilayah Odesa diterjang serangan udara. Akibatnya 100 ton kacang polong dan 20 ton jelai hancur.

Foto-foto yang dirilis oleh Kementerian Darurat menunjukkan api yang membakar di antara bangunan logam yang tampak seperti gudang. Dua orang terluka, kata Kiper, sementara para pejabat melaporkan tujuh tewas dalam serangan udara Rusia di tempat lain di Ukraina.

Moskow menggambarkan serangan itu sebagai balas dendam atas serangan Ukraina di jembatan buatan Rusia ke Krimea - semenanjung Laut Hitam Ukraina yang direbut oleh Moskow pada 2014. Mereka menuduh Ukraina menggunakan koridor laut untuk meluncurkan "serangan teroris."

Rusia mengatakan armada Laut Hitamnya telah berlatih menembakkan roket ke "target mengambang" dan akan menganggap semua kapal yang menuju perairan Ukraina berpotensi membawa senjata. Kyiv menanggapi dengan peringatan serupa tentang kapal yang menuju ke Rusia.