Liputan6.com, Tokyo - Jepang menyuarakan keprihatinannya atas perilaku China di kawasan, hubungan militer China-Rusia yang berkembang, dan klaim China atas Taiwan. Hal tersebut diungkapkan dalam Buku Putih yang dirilis Kementerian Pertahanan Jepang pada Jumat (28/7/2023).
Selain China, Korea Utara turut menjadi perhatian utama Jepang.
Baca Juga
"Kegiatan militer Korea Utara menimbulkan ancaman yang lebih serius dan mengancam keamanan nasional Jepang daripada sebelumnya," sebut Buku Putih Jepang seperti dilansir Channel News Asia.
Advertisement
"Diyakini bahwa Korea Utara memiliki kemampuan untuk menyerang Jepang dengan senjata nuklir yang dipasang pada rudal balistik."
Buku Putih Jepang dirilis saat Korea Utara meningkatkan frekuensi uji misilnya.
Media pemerintah Korea Utara pada Kamis (27/7), merilis foto-foto Kim Jong Un yang tengah memberikan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tur persenjataan terbaru dan tercanggih negara itu, termasuk rudal balistik antarbenua dan drone militer yang sebelumnya belum pernah terlihat.
Rusia, sekutu bersejarah Korea Utara, adalah salah satu dari segelintir negara yang memiliki hubungan persahabatan dengan Pyongyang.
Buku Putih sendiri merupakan pernyataan kebijakan pertahanan negara secara menyeluruh dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi pertahanan negara.
Era Krisis Baru
Menurut Buku Putih Jepang yang setebal 150 halaman, China, Rusia, dan Korea Utara berkontribusi terhadap terciptanya "lingkungan keamanan paling parah dan kompleks sejak akhir Perang Dunia II".
Perilaku eksternal dan kegiatan militer China, sebut Buku Putih Jepang, telah menjadi perhatian serius tidak hanya bagi Jepang, namun juga komunitas internasional dan menghadirkan "tantangan strategis terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya".
Buku Putih Jepang mencatat pula peningkatan hubungan strategis Rusia dan China, menggarisbawahi aktivitas militer bersama yang "jelas dimaksudkan untuk demonstrasi kekuatan melawan Jepang" dan "sangat memprihatinkan keamanan Jepang dan kawasan".
Jepang turut menyinggung prospek China memiliki 1.500 hulu ledak nuklir pada tahun 2035 dan meningkatkan superioritas militernya atas Taiwan.
"Masyarakat internasional sedang menghadapi cobaan terbesar sejak Perang Dunia II dan kita telah memasuki era krisis baru," kata Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada dalam Buku Putih Jepang.
Melalui Buku Putih-nya, Jepang menegaskan kembali komitmennya untuk meningkatkan belanja dan kapasitas militernya. Selama beberapa dekade, Jepang telah membatasi pengeluaran militer sekitar 1 persen dari PDB.
Namun, akhir tahun lalu, pemerintah pimpinan Perdana Menteri Fumio Kishida menyetujui rencana untuk meningkatkan belanja pertahanan menjadi 2 persen dari PDB pada tahun fiskal 2027, menjadi sekitar USD 78,7 miliar.
Advertisement