Liputan6.com, St Petersburg - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumpulkan perwakilan 49 negara Afrika, termasuk 17 kepala negara, dalam pertemuan dua hari di St Petersburg pada Kamis - Jumat, 28 - 29 Juli 2023.
KTT Rusia - Afrika, sebagaimana itu populer dikenal, membahas sejumlah isu termasuk Perang Rusia-Ukraina dan dampaknya terhadap negara Afrika terutama di sektor pangan. Moskow, menjanjikan solusi dan jalan keluar untuk itu.
Baca Juga
Namun sejumlah pihak melihat bahwa pertemuan tersebut turut ditujukan bagi Putin untuk menggalang dukungan bagi Rusia dari negara-negara Afrika untuk agenda geopolitiknya, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (30/7/2023).
Advertisement
"Perhatian Rusia ke Afrika terus tumbuh," kata Putin pada hari Jumat di akhir KTT dua hari.
Rusia terus mempertahankan hubungan erat dengan Afrika di tengah isolasi internasional dipicu oleh perangnya di Ukraina.
Putin menjanjikan biji-bijian gratis ke enam negara Afrika dan meyakinkan mereka bahwa Moskow berusaha untuk mencegah krisis pangan global hampir seminggu setelah menarik diri dari perjanjian yang memungkinkan Ukraina (salah satu produsen biji-bijian terbesar di dunia) untuk mengekspor produk pertaniannya melintasi Laut Hitam.
Pemimpin Rusia itu juga menyebutkan "tekad bersama untuk melawan neokolonialisme, praktik penerapan sanksi tidak sah dan upaya untuk merusak nilai-nilai moral tradisional".
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov telah melakukan tur ke Afrika dua kali sejak Januari, berusaha menarik negara-negara di benua itu ke kubu Moskow dan menghadirkan Rusia sebagai benteng melawan "imperialisme" dan "neokolonialisme" Barat.
Dalam deklarasi yang disepakati bersama, para peserta menyerukan "pembentukan tatanan dunia multipolar yang lebih adil, seimbang dan stabil, dengan tegas menentang semua jenis konfrontasi internasional di benua Afrika".
Tak sedikit negara Afrika yang berterimakasih kepada Putin, terutama pemimpin Mali dan Republik Afrika Tengah (RAT), yang pemerintahnya sangat bergantung pada layanan kelompok Wagner Rusia.
Presiden Faustin Archange Touadera mengatakan hubungan RAT dengan Rusia telah membantu menyelamatkan demokrasinya dan menghindari perang saudara. Dia berterima kasih kepada Rusia "karena membantu kami menentang hegemoni asing".
Â
Afrika Mendesak Rusia untuk Perdamaian di Ukraina
Namun pada saat giliran membahas isu Ukraina, para pemimpin Afrika mendesak Putin untuk bergerak maju dengan rencana perdamaian mereka untuk mengakhiri konflik di Eropa.
Meskipun tidak secara langsung kritis terhadap Rusia, intervensi mereka pada hari kedua KTT lebih terpadu dan kuat daripada yang telah disuarakan negara-negara Afrika sebelumnya.
Mereka berfungsi sebagai pengingat akan kedalaman kekhawatiran Afrika pada konsekuensi perang, terutama kenaikan harga pangan.
"Perang ini harus berakhir, dan itu hanya bisa berakhir atas dasar keadilan dan alasan," kata Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat kepada Putin dan para pemimpin Afrika di KTT.
"Gangguan pasokan energi dan biji-bijian harus segera diakhiri. Kesepakatan biji-bijian harus diperpanjang untuk kepentingan semua orang di dunia, khususnya orang Afrika."
Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso mengatakan inisiatif Afrika "layak mendapat perhatian terdekat" karena ia menyerukan "mendesak" untuk perdamaian.
Presiden Senegal Macky Sall mencari "de-eskalasi untuk membantu menciptakan ketenangan" sementara Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan dia berharap bahwa "keterlibatan dan negosiasi konstruktif" dapat membantu mengakhiri konflik.
Ramaphosa juga mengatakan kepada Putin: "Kami merasa bahwa kami memiliki hak untuk menyerukan perdamaian – konflik yang sedang berlangsung juga berdampak negatif terhadap kami."
Ketua Uni Afrika Azali Assoumani mengatakan Putin telah menunjukkan kesiapannya untuk berbicara, dan "sekarang kita harus meyakinkan pihak lain."
Advertisement