Sukses

Denmark dan Swedia Putar Otak untuk Melarang Demo Pembakaran Al-Qur'an

Denmark menggarisbawahi bahwa meski melindungi kebebasan berekspresi sangat penting, namun protes semacam itu menguntungkan ekstremis dan menimbulkan ancaman keamanan.

Liputan6.com, Copenhagen - Denmark sedang mempertimbangkan untuk melarang aksi protes yang melibatkan pembakaran Al-Qur'an atau kitab suci agama lainnya.

Kementerian Luar Negeri Denmark menggarisbawahi bahwa meski melindungi kebebasan berekspresi sangat penting, namun protes semacam itu menguntungkan ekstremis dan menimbulkan ancaman keamanan.

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Denmark menggarisbawahi ingin menjajaki campur tangan dalam sejumlah kondisi protes di mana negara, budaya, dan agama lain dihina mengingat perilaku tersebut dapat menimbulkan konsekuensi negatif yang signifikan bagi Denmark.

Di lain sisi, pemerintah Denmark menekankan bahwa kebebasan berbicara adalah nilai fundamental dan setiap perubahan harus dilakukan dalam kerangka kebebasan berekspresi yang dilindungi konstitusi dan dengan cara yang tidak mengubah fakta bahwa kebebasan berekspresi di Denmark memiliki ruang lingkup yang sangat luas.

Pernyataan itu juga secara khusus mengakui dampak protes kontroversial pembakaran Al-Qur'an terhadap reputasi internasional Denmark.

"Protes ini telah mencapai tingkat di mana Denmark dipandang sebagai negara yang memfasilitasi penghinaan dan pencemaran budaya, agama, dan tradisi negara lain di banyak bagian dunia," sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Denmark, seperti dilansir BBC, Senin (30/7/2023).

2 dari 2 halaman

Swedia Mengupayakan Langkah Serupa

Dalam pernyataan terpisah, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan upaya serupa sudah berlangsung di negaranya. Dia menegaskan telah melakukan kontak dekat dengan timpalannya dari Denmark, Perdana Menteri Mette Frederiksen.

"Kami juga sudah mulai menganalisis situasi hukum ... mempertimbangkan langkah-langkah untuk memperkuat keamanan nasional kami dan keamanan Swedia di Swedia dan di seluruh dunia," ujar PM Kristersson.

Dua negara Skandinavia itu mendapat tekanan dalam beberapa waktu terakhir setelah pihak berwenang memberikan izin atas serangkaian aksi protes yang melibatkan pembakaran Al-Qur'an, memicu ketegangan diplomatik dengan sejumlah negara mayoritas muslim.

Pada Juni 2023, seorang pengungsi Kristen asal Irak yang tinggal di Swedia, membakar Al-Qur'an di luar masjid di Stockholm. Pria yang sama kemudian diberi izin menghancurkan Al-Qur'an untuk kedua kalinya pekan lalu, yang menyebabkan Swedia mengevakuasi staf kedutaannya dari Baghdad setelah bangunan itu diserbu dan dibakar oleh pengunjuk rasa.

Pekan lalu sejumlah aktivis anti-Islam Denmark juga membakar Al-Qur'an di luar Kedutaan Besar Irak di Copenhagen.

Video Terkini