Liputan6.com, Beijing - Sedikitnya dua orang tewas di Beijing, saat China dilanda salah satu topan terkuat dalam beberapa tahun terakhir. Topan Doksuri telah memicu banjir yang meluas dan menyebabkan kekacauan di seluruh China utara.
Di ibu kota, setidaknya 31.000 orang terpaksa mengungsi. Adapun stasiun kereta bawah tanah ditutup.
Meski badai -yang sebelumnya berstatus topan super- telah melemah, namun pihak berwenang mendesak orang-orang tetap tinggal di rumah.
Advertisement
Peringatan merah telah dikeluarkan di Beijing dan para pekerja diperintahkan bekerja dari rumah. Sementara itu, jumlah korban tewas akibat banjir diperkirakan masih akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.
Curah hujan di Beijing dan sejumlah kota lain di China utara telah mencapai tingkat yang sangat berbahaya dan hujan lebat diprediksi akan berlanjut setidaknya selama 24 jam lagi.
Biro Meteorologi China mengatakan bahwa rata-rata 170,9 mm hujan mengguyur Beijing antara Sabtu (29/7) malam dan Senin (31/7) siang. Itu setara dengan curah hujan rata-rata sepanjang Juli. Demikian seperti dilansir BBC, Selasa (1/8).
Topan Doksuri mendarat di Provinsi Fujian pada Jumat (28/7), menyebabkan tanah longsor dan banjir sebelum bergerak ke utara menuju ibu kota.
Dalam rekaman yang dibagikan secara online oleh penduduk Beijing, mobil-mobil tersapu hujan deras dan ada kekhawatiran penumpang bisa terjebak didalamnya mengingat air naik dengan cepat. Beberapa ruas jalan juga rusak akibat banjir parah.
Puluhan penerbangan ke dan dari Beijing juga dibatalkan.
Di Distrik Mentougou, petugas darurat menemukan dua mayat dari saluran air pada Senin pagi. Sekitar 5.000 orang telah dievakuasi dari distrik pegunungan tersebut.
Guo Zhenyu, seorang warga berusia 49 tahun, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa hujan lebat dengan cepat merendam sebagian besar wilayah tersebut.
"Pagi ini gila, air meluap dari sungai Mentougou dan seluruh jalan terendam banjir," kata dia.
Warga lain mengungkapkan kekhawatiran bahwa hujan dapat menyebabkan masalah struktural terhadap rumah mereka.
"Begitu hujan mulai turun, jalan berubah menjadi selokan dan ada air di lantai pertama di dalam rumah," kata Chen, 52, kepada AFP. "Rumah-rumah di sini semuanya rumah tua, jadi pasti ada kekhawatiran soal keamanan."
Di Distrik Fangshan, media pemerintah melaporkan bahwa sekitar 2.000 anggota Tentara Pembebasan Rakyat dikerahkan untuk membantu menopang pertahanan banjir.
Cuaca Ekstrem Diperburuk oleh Perubahan Iklim
Banjir menandai contoh terbaru dari cuaca ekstrem yang melanda China pada Musim Panas ini. Negara ini secara konsisten mencatat rekor suhu, yang menurut para ilmuwan telah diperburuk oleh perubahan iklim.
Dunia telah menghangat sekitar 1,1 derajat Celcius sejak era industri dimulai dan suhu akan terus meningkat kecuali pemerintah di seluruh dunia melakukan pengurangan emisi yang tajam.
Di China selatan, Topan Khanun diperkirakan akan melanda Provinsi Zhejiang yang berpenduduk padat dalam beberapa hari mendatang.
Advertisement