Sukses

Ratusan Orang Prancis Dievakuasi dari Niger Akibat Kudeta Junta Militer

Warga Prancis mulai angkat kaki dari Niger usai terjadinya kudeta militer.

Liputan6.com, Niamey - Warga Prancis ikut pusing akibat kudeta militer yang terjadi di Niger. Presiden sah Nigeria, Mohamed Bazoum, dilengserkan oleh militer Niger.

Media-media Barat menyebut sosok Jenderal Abdourahamane Tchiani sebagai sosok di belakang kudeta Niger.

Uni Eropa memberikan kecaman keras terhadap kudeta yang terjadi. Ratusan warga Prancis bahkan mulai melarikan diri dari Niger. Dulu, Niger merupakan koloni Prancis.

Berdasarkan laporan AP News, Rabu (2/8/2023), sekitar 600 warga Prancis ingin pergi dari Niger. Pesawat pertama yang mengakung warga Prancis tersebut diharapkan bisa terbang pada hari ini.

Selain warga Prancis, ada 400 warga negara lain yang ingin ikut evakuasi, seperti warga Belgia dan Denmark. Pejabat diplomatik Prancis berkata pihaknya harus berkoordinasi dengan rezim yang kini berkuasa di Niger, meski tetap mendukung pemerintahan Presiden Bazoum.

Keadaan kedutaan besar Prancis di Niger juga tidak aman. Pemerintah Prancis berkata kekerasan yang terjadi baru-baru ini turut menarget gedung kedubes.

Kekerasan yang terjadi menjadi salah satu alasan mengapa Prancis menawarkan evakuasi. Kementerian Pertahanan Spanyol juga ingin mengangkut pulang hingga 70 warganya. Italia pun akan melaksanakan program serupa.

Warga Eropa dan Amerika Serikat yang ingin evakuasi dilaporkan telah datang dan berbaris di bandara. Mereka menantikan penerbangan evakuasi Prancis.

Economic Community of West African States (ECOWAS) dilaporkan memberikan sanksi ekonomi terhadap Niger akibat kudeta ini. ECOWAS turut siap menggunakan kekuatan mereka jika pemimpin kudeta tidak mengembalikan kekuasaan ke pemerintah yang sah. 

Utusan khusus PBB untuk Afrika Barat dan Sahel, Leonardo Santos Simao, berharap bahwa tumpah darah bisa dihindari.

2 dari 2 halaman

Niger Tak Dapat Bantuan Pertahanan dari Eropa Usai Kudeta Militer

Sebelumnya dilaporkan, Uni Eropa telah menangguhkan semua kerja sama keamanan dengan Niger setelah militer negara itu mengambil alih kekuasaan dalam kudeta.

Pengumumkan penangguhan kerja sama itu ditujukan untuk menegaskan dukungan UE terhadap presiden Niger yang digulingkan, Mohamed Bazoum, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (30/7). 

Menurut laporan, Presiden Bazoum kini berada di bawah tahanan Jenderal Tchiani.

Pergantian kekuasaan secara mendadak itu telah memicu kekhawatiran bagi negara-negara Barat tentang ke mana Niger akan berkiblat dalam poros geopolitik saat ini.

Tetangga Niger, Burkina Faso dan Mali, keduanya telah berporos ke Rusia sejak kedua negara itu dilanda kudeta.

Uni Eropa, Amerika Serikat dan Prancis menolak mengakui para pemimipin kudeta di Afrika, termasuk yang terbaru, Jenderal Tchiani di Niger.

Kerja sama pertahanan antara Barat dengan negara-negara Afrika yang dilanda kudeta tersebut telah ditangguhkan, utamanya, dalam hal operasi militer untuk menumpas jaringan ISIS di Afrika.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan kelompok kudeta Niger bahwa situasi saat ini berisiko bagi Niger untuk tak lagi mendapat bantuan dari Amerika Serikat senilai ratusan juta dolar AS.

Beberapa negara kudeta yang kontrak pertahanannya diputus oleh Barat dilaporkan berpaling ke Rusia. Moskow membantu mereka dengan mengerahkan kelompok tentara bayaran Grup Wagner pimpinan Yevgeny Prigozhin.

Wagner dilaporkan memiliki ribuan personel di negara-negara termasuk Republik Afrika Tengah (CAR) dan Mali. Kedua negara memiliki kepentingan bisnis yang menguntungkan dan meningkatkan hubungan diplomatik dan ekonomi Rusia.

Prigozhin sendiri menyambut baik kudeta Niger.

"Apa yang terjadi di Niger tidak lain adalah perjuangan rakyat Niger dengan penjajah mereka," kata Yevgeny Prigozhin seperti dikutip di saluran Telegram yang berafiliasi dengan Wagner.

 

Video Terkini