Liputan6.com, Moskow - Republik Rakyat China kembali memberikan pernyataan yang mendukung Rusia di tengah perang Ukraina. Seraya mengulang retorika Rusia, pihak China menyalahkan NATO.Â
Pernyataan itu diberikan oleh Duta Besar China untuk Rusia, Zang Hanhui, dalam interview bersama media pemerintah Rusia, TASS.Â
Baca Juga
"Selama lebih dari 30 tahun, NATO telah menambah ketegangan di berbagai tempat, merusak stabilitas dan mendorong separatisme, seperti di Kosovo, Libya, dan Afghanistan," ujar Zang Hunhui.Â
Advertisement
Lebih lanjut, Dubes Zang menyorot ekspansi NATO ke timur yang dianggap berdampak kepada ketertiban pasca-Perang Dingin dan keamanan di Eropa.Â
Hal-hal tersebut dianggap Dubes Zang sebagai "kunci yang menyebabkan makin parahnya krisis Ukraina".Â
NATO Seharusnya Bubar
Dubes Zhang turut berkata NATO merupakan "relik dari Perang Dingin" dan harusnya bubar.
"NATO seharusnya berhenti eksis ketika Perang Dingin berakhir," ujar Dubes Zang yang terus menyalahkan NATO karena mengganggu perdamaian apabila terlibat.
Federasi Rusia sering menyebut ekspansi NATO ke timur sebagai salah satu alasan menyerang Ukraina. Namun, setelah invansi ke Ukraina dimulai, NATO justru mendapatkan dua anggota baru: Kerajaan Swedia dan Republik Finlandia. Kedua negara itu notabene lebih maju dan kaya ketimbang Ukraina.Â
NATO merupakan pakta pertahanan. Salah satu kebijakan NATO adalah jika satu anggotanya diserang, maka yang lain boleh bertindak.
Rusia Serang Kampung Halaman Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, 6 Orang Tewas dan Puluhan Lainnya Terluka
Sebelumnya, Kremlin melancarkan serangan udara mematikan ke kampung halaman presiden Ukraina itu, Kryvyi Rih.
Sedikitnya enam orang tewas, termasuk seorang gadis berusia 5 tahun, dan puluhan lainnya terluka ketika sepasang rudal balistik menghantam gedung sekolah dan tempat tinggal.
Zelensky mengatakan lebih dari 350 orang terlibat dalam operasi penyelamatan. Personel layanan darurat masih mencari korban selamat di bawah reruntuhan pada Senin (31/7) sore waktu setempat.
Penduduk mengatakan tidak ada sirene serangan udara sebelum rudal menghantam dan menghancurkan sebagian besar dari dua bangunan. Beberapa mengatakan mereka memiliki sedikit waktu untuk mencari perlindungan.
"Kali ini, kami tidak punya waktu untuk menyesuaikan diri," kata warga Kryvyi Rih, Natalia Balaba seperti dilansir CNN, Selasa (1/8).
Natalia mengatakan bahwa semua jendela di apartemen mereka pecah dan kerusakan terjadi di mana-mana.
"Kami sangat ketakutan, kami sangat terkejut," katanya.
Tidak jelas mengapa Rusia menargetkan Kryvyi Rih. Pejabat Ukraina mengatakan tidak ada target militer di dekatnya. Kepala dewan pertahanan lokal Oleksandr Vilkul menyebut pengeboman itu sebagai serangan teroris.
Rusia melakukan serangan serupa di Kryvyi Rih pada Juni, menewaskan 11 orang.
Kementerian Pertahanan Rusia belum mengomentari situasi di Kryvyi Rih. Moskow telah berulang kali membantah menargetkan infrastruktur sipil, meskipun ada banyak bukti
Advertisement