Liputan6.com, Jakarta - Tugas ratusan tentara yang dikerahkan ke perbatasan Amerika Serikat (AS) dengan Meksiko akan segera berakhir. Para tentara itu dikerahkan ke perbatasan pada Mei ketika pemerintah mengakhiri penyelesaian suaka terkait pandemi.
Juru bicara Departemen Pertahanan Letnan Kolonel Devin Robinson mengatakan kepada VOA pada Rabu (2/8) bahwa 1.100 tentara aktif sudah mulai ditarik setelah membantu petugas Bea Cukai dan Patroli Perbatasan AS (CBP) selama tiga bulan terakhir ini, dengan tugas administrasi seperti memasukkan data ke komputer, tugas gudang dan dukungan deteksi dan pemantauan.
Baca Juga
Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada Mei lalu memerintahkan pengerahan 1.500 tentara ke perbatasan untuk misi selama 90 hari guna membantu agen patroli perbatasan. Kebijakan ini untuk mengantisipasi penyeberangan perbatasan.
Advertisement
Seorang pejabat mengatakan keberadaan pasukan itu adalah untuk membebaskan personel Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan dari tugas-tugas administrasi sehingga mereka dapat bertugas di lapangan, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (4/8/2023).
Pada saat itu, penyeberangan ilegal di perbatasan dengan cepat bertambah, dan para pejabat khawatir penyeberangan dapat semakin meningkat dengan berakhirnya peraturan yang dikenal sebagai Title 42 pada 23 Mei lalu.
Judul 42 adalah kebijakan perbatasan yang memblokir migran, termasuk pencari suaka, untuk memasuki Amerika Serikat dengan alasan merebaknya COVID-19.
Perpanjang Misi Personel
Namun, menurut Gedung Putih, jumlah mereka yang menjejali perbatasan pada Juni lalu turun ke level terendah sejak kepergian Presiden Joe Biden.
Misi sekitar 1.100 personel dari pasukan yang bertugas, secara resmi berakhir pada 8 Agustus. Menurut Robinson, pada Juli lalu Austin memperpanjang misi untuk sisa personel yang tetap berada di perbatasan itu, yaitu sekitar 400 orang, hingga 31 Agustus, menurut Robinson.
Advertisement