Sukses

7 Agustus 1998: Total 200 Orang Tewas Akibat Ledakan Bom di 2 Kedubes AS di Afrika

Pada 7 Agustus 1998, Amerika Serikat (AS) berduka. Dua kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, Afrika, dibom pada waktu yang hampir bersamaan.

Liputan6.com, Washington DC - Pada 7 Agustus 1998, Amerika Serikat (AS) berduka. Dua kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, Afrika, dibom pada waktu yang hampir bersamaan. Setidaknya 200 orang tewas dan 1.000 orang lainnya terluka dalam peristiwa tersebut.

Seperti dimuat BBC, kedua bom itu meledak hanya berselang beberapa menit sekitar pukul 10.30 pagi waktu setempat. Ledakan pertama terjadi di Kedubes AS di Ibukota Dar es Salaam, Tanzania. Lima menit kemudian, bom kedua meledak di Kedubes AS di Ibukota Nairobi, Kenya.

Di Kenya, ledakan dahsyat mengakibatkan gedung lantai 5 hancur. Duta Besar AS untuk Kenya, Prudence Bushnell, dan Menteri Perdagangan Kenya, Joseph Kamotho, terluka. Keduanya saat itu tengah mengadakan pertemuan di Kedubes AS.

Ledakan bom memicu suasana di daerah sekitar rusuh. Ratusan orang berlarian di Ibu kota Nairobi untuk menyelamatkan diri. Mereka panik dan ketakutan atas dugaan ledakan susulan. Sementara itu jumlah orang terjebak di puing reruntuhan gedung.

Pejabat asal Inggris, Rufus Drabble yang berada di lokasi, menuturkan ledakan dahsyat di Kedubes AS Nairobi telah mengakibatkan gedung hancur hingga asap hitam pekat raksasa membumbung tinggi di langit.

Huru-hara juga terjadi di sekitar Kedubes AS di Dar es Salaam, Tanzania. Salah satu korban selamat Jim Owens mengaku ledakan bom membuatnya terlempar hingga sekitar 1,5 meter. “Pandangan saya agak kabur waktu itu. Saya lihat banyak orang yang juga menjadi korban.”

 

2 dari 2 halaman

Kecaman dari Presiden AS

Presiden Amerika Serikat (AS) kala itu, Bill Clinton mengecam keras serangan tersebut. Ia pun mengatakan telah menerjunkan tim kontraterorisme ke lokasi kejadian.

"Siapa pun pelakunya akan kami tangkap. Semua kantor pemerintah memasang bendera setengah tiang," kata dia.

Kelompok yang menamakan diri sebagai "Liberation Army for Holy Sites" menyatakan bertanggung jawab atas insiden bom tersebut. Tim investigasi AS menyebut kelompok tersebut terkait dengan grup Egyptian Islamic Jihad.

Pemerintah AS beberapa tahun kemudian merilis 21 nama yang dianggap bertanggung jawab atas serangan bom di kedubes termasuk pemimpin Al-Qaeda/ Osama bin Laden. Sebagian dari nama-nama tersebut tewas dalam peperangan, sebagian lainnya dihukum seumur hidup oleh AS.

Sejarah lain mencatat, pada 7 Agustus 1949, Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia di Tasikmalaya, mengawali pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Kemudian pada 7 Agustus 1965, Singapura dikeluarkan dari Federasi Malaysia.