Liputan6.com, Jakarta - Gedung Putih, Rabu (9/8), mengatakan telah meluncurkan lomba siber bernilai jutaan dolar untuk memacu penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menemukan dan memperbaiki kelemahan keamanan di infrastruktur Pemerintah Amerika Serikat (AS), dalam menghadapi meningkatnya penggunaan teknologi oleh peretas untuk tujuan jahat.
"Keamanan siber adalah perlombaan antara serangan dan pertahanan," kata Anne Neuberger, wakil penasihat keamanan nasional pemerintah AS untuk siber dan teknologi baru.
Baca Juga
"Kita tahu aktor jahat sudah menggunakan AI untuk mempercepat identifikasi kerentanan atau membuat perangkat lunak berbahaya," tambahnya dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Reuters.
Advertisement
Banyak organisasi AS, mulai dari kelompok layanan kesehatan hingga perusahaan manufaktur dan institusi pemerintah, telah menjadi sasaran peretasan dalam beberapa tahun terakhir, dan para pejabat telah memperingatkan ancaman di masa depan, terutama dari musuh-musuh asing, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (11/8/2023).
Komentar Neuberger tentang AI itu mengulangi pernyataan kepala keamanan siber Kanada, Samy Khoury, bulan lalu. Ia mengatakan kantornya telah melihat AI digunakan untuk segala hal mulai dari membuat email phishing dan menulis kode komputer berbahaya hingga menyebarkan disinformasi.
Lomba selama dua tahun itu termasuk hadiah sekitar $20 juta dan akan dipimpin oleh Defense Advanced Research Projects Agency, badan pemerintah Amerika Serikat yang bertugas menciptakan teknologi untuk keamanan nasional, kata Gedung Putih.
Google, Anthropic, Microsoft, dan OpenAI — perusahaan teknologi AS di garis depan revolusi AI — akan membuat sistemnya untuk perlombaan tersebut, kata pemerintah.
Ahli Prediksi Teknologi AI Bisa 'Bangkitkan' Orang Mati Akhir Tahun 2023
Berkat teknologi AI baru, orang mungkin dapat "hidup selamanya" dengan orang yang mereka cintai bahkan setelah meninggal. Fitur itu mungkin tersedia pada akhir tahun ini, klaim seorang ilmuwan.
Dengan kata lain, orang yang sudah meninggal bisa 'bangkit' melalui kumpulan data yang diolah dengan AI.
Dr Pratik Desai, ilmuwan yang ahli dalam AI dan telah mendirikan banyak perusahaan rintisan, mendesak siapa pun untuk mulai secara teratur merekam orang tua atau orang-orang yang mereka cintai.
Dia percaya bahwa jika ada cukup data, termasuk rekaman suara dan video, orang mungkin dapat mengunggahnya ke komputer dan merasa dekat dengan mereka bahkan setelah mereka meninggalkan tubuh fisiknya.
Dalam ulasan di akun Twitter miliknya, Dr Desai mengatakan, "Mulai secara teratur merekam orang tua dan orang-orang yang Anda cintai."
"Dengan data transkrip yang cukup, sintesis suara baru, dan model video, ada kemungkinan 100% mereka akan tinggal bersama Anda selamanya setelah meninggalkan tubuh fisik."
"Ini bahkan mungkin bisa terjadi pada akhir tahun ini," dilaporkan oleh Mirror.co.uk.
Tahun lalu, Artur Sychov, CEO dan pendiri Somnium Space, sebuah versi metaverse, memutuskan untuk membuat fitur baru yang disebut mode "Live Forever" setelah kematian ayahnya.
Fitur itu memungkinkan orang untuk dapat terus berinteraksi dengan AI yang menyerupai orang spesifik, bahkan setelah orang asli itu meninggal.
Advertisement
Fitur Membuat Avatar Bergerak
Fitur yang akan datang ini secara efektif memungkinkan orang untuk menyimpan gerakan dan percakapan sebagai data, kemudian digandakan sebagai avatar yang dapat bergerak, berbicara, dan bersuara seperti manusia pada umumnya.
Pakar metaverse Artur Sychov mengatakan fitur tersebut akan memungkinkan orang untuk berbicara dengan orang yang mereka cintai kapan pun mereka mau, bahkan setelah kematian mereka.
Dia mengatakan kepada VICE, "Secara harfiah, jika saya mati—dan saya telah mengumpulkan data ini—orang atau anak saya dapat datang, mereka dapat masuk, dan mereka dapat berbicara dengan avatar saya, dengan gerakan saya, dengan suara saya."
"Anda akan bertemu avatar itu. Dan mungkin selama 10 menit pertama berbicara dengan orang itu, Anda tidak akan sadar bahwa itu sebenarnya AI. Itulah tujuannya."