Sukses

Ukraina Sangat Membutuhkan Bantuan untuk Bersihkan Ranjau Rusia

Ukraina mengakui bahwa ladang ranjau Rusia adalah hambatan serius bagi pasukannya, namun persoalan itu bukannya tidak dapat diatasi.

Liputan6.com, Kyiv - Ukraina saat ini merupakan negara dengan ranjau paling banyak di dunia. Fakta tersebut dibarengi dengan kenyataan lain bahwa Ukraina kekurangan orang dan peralatan yang dapat membersihkannya.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov pun mendesak sekutu untuk memperluas dan mempercepat pelatihan bagi pasukannya.

"Ladang ranjau Rusia adalah hambatan serius bagi pasukan kami, namun bukannya tidak dapat diatasi. Kami memiliki penyapu ranjau yang terampil dan peralatan modern, namun itu sangat tidak mencukupi untuk garis depan yang membentang ratusan kilometer di timur dan selatan Ukraina," ungkap Reznikov seperti dilansir The Guardian, Senin (14/8/2023).

Menurut kesaksian dari garis depan, jumlah pembersih ranjau aktif yang dimiliki Ukraina saat ini jauh lebih rendah. Pembunuhan sapper atau penggali parit dan petugas sangat diincar oleh Rusia.

Satu brigade aktif di sekitar Staromaiorske, desa yang baru-baru ini dibebaskan di wilayah Donetsk, mengatakan bahwa di atas kertas jumlahnya ada 30 orang, sementara kenyataannya hanya ada 13 orang. Itupun hanya lima yang aktif karena sisanya cedera.

Serhiy Ryzhenko, kepala petugas medis rumah sakit Mechnikov di Dnipro, tempat banyak orang yang terluka paling parah dirawat, mengatakan bahwa pihaknya menerima 50-100 tentara sehari, di mana ranjau menjadi penyebab kedua luka mereka setelah artileri.

Dalam pertemuan yang berlangsung pada Juli di Ramstein, Jerman, dari aliansi 54 negara yang mendukung Ukraina, beberapa negara seperti Lithuania, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia, dan Denmark setuju untuk melatih dan melengkapi peralatan unit pembersihan ranjau Ukraina. Negara-negara lain pun diundang untuk bergabung.

"Pada tahap kampanye de-okupasi ini, kami sangat membutuhkan lebih banyak peralatan pembersihan ranjau, dari pukat penyapu ranjau hingga torpedo Bangalore," kata Menhan Reznikov.

"Peralatan penjinak ranjau telah lama disetujui dan kami berterima kasih kepada mitra internasional kami atas dukungan yang telah diberikan. Langkah penting berikutnya adalah pembentukan koalisi ranjau pada pertemuan Ramstein atas prakarsa menteri pertahanan Lituania. Juga sangat penting untuk memperluas dan mempercepat pelatihan sappers. Harus cepat dan sistematis. Sappers dibutuhkan di sini dan saat ini. Pekerjaan mereka menyelamatkan nyawa dan memastikan kemajuan pasukan kita. Koalisi pembersihan ranjau dibangun berdasarkan prinsip 'melatih dan melengkapi'. Implementasinya yang efisien akan membawa kemenangan Ukraina semakin dekat."

2 dari 2 halaman

Butuh Sedekade untuk Membersihkan Ukraina dari Ranjau

Pete Smith, manajer program pembersih ranjau dari LSM Halo yang juga mantan perwira Inggris, mengatakan tingkat kontaminasi ranjau di Ukraina tidak dapat dikenali dalam sejarah modern.

"Apa yang kita saksikan adalah kontaminasi ranjau darat dan jenis persenjataan yang belum meledak terberat yang terlihat jelas di Eropa sejak Perang Dunia II," ujar Smith.

Lebih lanjut, Smith menuturkan, "Tentu saja, ada bukti kuat bahwa pasukan Rusia memasang ranjau dan barang-barang lainnya untuk mencegah militer (Ukraina) benar-benar membersihkan ranjau darat dan itu tentu saja meninggalkan beberapa masalah berikutnya untuk organisasi seperti kami."

Smith menyebutkan, bahkan dengan 10.000 pembersih ranjau, diperlukan waktu satu dekade untuk mendekontaminasi Ukraina. Halo saat ini memiliki 900 anggota, yang sebagian besar berasal dari lokal, bekerja di Ukraina.

LSM itu menargetkan memiliki 1.200 ahli terlatih yang beroperasi di Ukraina pada akhir tahun ini.

Pejabat Kementerian Pertahanan di Kyiv menyatakan bahwa ada peluang bagi negara-negara seperti Jepang yang tidak ingin memberikan bantuan mematikan dalam perang Ukraina mengirimkan dukungan dalam bentuk peralatan dan pelatihan pembersihan ranjau.

Presiden Volodymyr Zelensky sendiri sebelumnya telah mengeluhkan bahwa harus menunggu pengiriman senjata dari Barat telah menunda dimulainya serangan balasan tahun ini hingga memungkinkan Rusia menanam lebih banyak ranjau.

Video Terkini