Sukses

PBB Mendadak Buru-Buru Tarik Pasukan dari Mali, Ada Apa?

Situasi Mali yang bergejolak membuat PBB buru-buru menarik pasukan.

Liputan6.com, Jakarta - Situasi Mali yang bergejolak membuat PBB buru-buru menarik mundur pasukan mereka. Pasukan perdamaian yang ditarik mundur itu adalah MINUSMA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali).

Serangan pasukan bayaran dari Rusia, Wagner, juga membuat PBB buru-buru menarik pasukannya, lebih awal dari jadwal sebelumnya. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (14/8/2023), selama operasi penarikan pasukan, tiga tentaranya terluka ketika mereka diserang, ungkap pasukan itu beberapa jam kemudian.

Keberangkatan pasukan MINUSMA dari Ber terjadi setelah pasukan Mali pada Sabtu (12/8) mengatakan bahwa enam tentaranya tewas dan 24 petempur dari “kelompok-kelompok teroris bersenjata” tewas dalam sebuah pertempuran di daerah tersebut pada Jumat (11/8).

Mantan pemberontak dari kelompok etnis Tuareg juga mengatakan, tentara dan kelompok tentara bayaran Rusia menyerang pasukan mereka di Ber pada hari Jumat.

MINUSMA telah mempercepat penarikan pasukannya dari #Ber karena memburuknya situasi keamanan di wilayah dan risiko tinggi yang mengancam #BlueHelmets kami,” kata akun resmi MINUSMA di situs X (Twitter).

“Kami mendesak semua pihak terkait untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat semakin memperumit operasi.”

Jumlah tentara maupun tanggal penarikan pasukan semula tidak disebutkan.

Dalam pesan yang diunggah pada hari yang sama setelahnya, pasukan itu menambahkan, “Konvoi MINUSMA yang mundur dari #Ber hari ini diserang dua kali.” Cuitan itu juga menjelaskan bahwa terdapat tiga tentara misi perdamaian yang terluka dan telah dievakuasi ke Timbuktu untuk mendapatkan perawatan.

Serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian dapat dianggap sebagai kejahatan perang berdasarkan hukum internasional, tambah pernyataan itu.

2 dari 3 halaman

Insiden di Mali

Pasukan militer Mali dalam pernyataannya pada Minggu malam mengatakan bahwa pihaknya telah menguasai kamp Ber “setelah sejumlah insiden merusak pergerakan unit-unit kami.”

Pasukan Mali menjadi sasaran tembakan sporadis saat mereka bergerak menuju Ber pada hari Minggu, menurut pernyataan itu, tanpa mengidentifikasi para penyerang.

Pasukan itu juga melaporkan insiden sebelumnya, saat sedang dalam perjalanan menuju Ber. 

Mereka mengatakan bahwa kelompok-kelompok “teroris” bersenjata telah melakukan “upaya penyerangan ke kamp dan melancarkan tembakan” terhadap pasukan mereka, demikian juga bentrokan lainnya, yang menewaskan total enam tentara dan melukai empat orang, menurut siaran pers militer Mali.

Selama beberapa hari ini, daerah Ber telah menjadi latar ketegangan antara pasukan Mali dan kelompok tentara bayaran Rusia Wagner melawan CMA, aliansi kelompok-kelompok yang didominasi etnis Tuareg yang memperjuangkan otonomi atau kemerdekaan dari negara Mali dan mengambil alih kekuasaan di banyak wilayah di Mali utara.

Pejabat CMA, melalui media sosial hari Minggu, telah meminta MINUSMA untuk “meninggalkan” Ber dan tidak menyerahkan kamp tersebut kepada tentara Mali.

Junta militer Mali, yang telah berkuasa di negara itu sejak 2020, Juni lalu telah mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menarik MINUSMA pada akhir tahun.

DK PBB Juni lalu memutuskan untuk menurutinya dan penarikan pertama sudah dilakukan awal bulan ini dari pangkalan pusat Ogossagou.

3 dari 3 halaman

Ketegangan Meningkat

Misi MINUSMA, dengan sekitar 11.600 tentara dan 1.500 polisi di Mali, dimulai pada 2013 setelah pemberontakan separatis dan jihadis pecah di Mali utara setahun sebelumnya.

Penarikan MINUSMA yang sudah direncanakan dari seluruh wilayah Mali telah memperburuk ketegangan antara junta dan mantan pemberontak CMA. 

CMA mengatakan pada Sabtu bahwa pasukan Mali “bertekad menduduki semua pangkalan MINUSMA dengan segala cara, termasuk di daerah-daerah di bawa kendali CMA,” yang melanggar kesepakatan damai 2015.

Pada Kamis (10/8), mantan-mantan kelompok pemberontak mengumumkan kepergian semua perwakilan mereka dari Ibu Kota Bamako karena alasan “keamanan,” yang semakin memperlebar jarak dengan junta.

CMA juga mengkritik militer karena telah menyetujui konstitusi baru pada Juni lalu, yang katanya mengkompromikan perjanjian damai.

Junta militer Mali berselisih dengan negara bekas penjajahnya, Prancis, dan beralih ke Rusia untuk meminta dukungan politik dan militer.

Krisis keamanan yang melanda Mali utara sejak 2012 telah menyebar ke pusat negara itu, hingga ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger.