Sukses

Serangan Udara di Ethiopia Tewaskan 26 Orang dan Melukai 55 Lainnya

Penduduk setempat mengatakan bahwa serangan udara menargetkan anggota milisi Fano, yang menguasai beberapa kota di Amhara.

Liputan6.com, Addis Ababa - Serangan udara di alun-alun Kota Finote Selam, Amhara, Ethiopia, pada Minggu (13/8/2023), menewaskan sedikitnya 26 orang. Peristiwa itu merupakan rangkaian kekerasan terbaru di negara bagian terbesar Ethiopia, di mana militer memerangi milisi.

Pejabat rumah sakit mengungkapkan bahwa 22 orang tewas di lokasi kejadian atau dalam perjalanan ke rumah sakit, sementara 55 lainnya terluka. Tidak jelas berapa banyak korban adalah warga sipil.

Penduduk setempat mengatakan bahwa serangan udara menargetkan anggota milisi Fano, yang menguasai beberapa kota di Amhara.

Serangan udara pada Minggu menimbulkan kekhawatiran akan perang lain di Ethiopia utara, hanya sembilan bulan setelah gencatan senjata mengakhiri konflik brutal selama dua tahun di wilayah tetangga Amhara, Tigray.

Pasca pertempuran selama sepekan, pemerintah pada Rabu (9/8) menuturkan bahwa pihaknya telah merebut kembali kendali atas kota-kota di Amhara. Namun, pengamat khawatir Fano berencana melakukan serangan gerilya. Demikian seperti dilansir The Guardian, Selasa (15/8).

Kerusuhan bulan ini telah mendorong maskapai Ethiopian Airlines menangguhkan penerbangan. Pemerintah asing pun memperingatkan warganya untuk berlindung, sementara sejumlah pejabat pemerintah daerah dan anggota parlemen dilaporkan melarikan diri.

2 dari 2 halaman

Kekerasan Mengganggu Operasi Kemanusiaan

Pada Jumat (11/8), Amerika Serikat dan Inggris di antara sejumlah negara lainnya menyatakan keprihatinan atas kekerasan dan mendesak solusi damai. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Save the Children telah memperingatkan bahwa kekerasan mengganggu operasi kemanusiaan di Amhara.

Komisi hak asasi manusia Ethiopia pada Senin (14/8) mengatakan, mereka telah menerima laporan kredibel tentang kematian warga sipil selama bulan ini. Selain itu, mereka juga menyebutkan telah terjadi penangkapan luas terhadap warga sipil yang berasal dari etnis Amhara di bawah status darurat.

Pihak berwenang menolak tuduhan melakukan penangkapan massal. Pada Sabtu (12/8), pernyataan pemerintah mengatakan bahwa hanya 23 orang ditangkap di Addis Ababa di bawah status darurat, termasuk seorang politikus oposisi.