Liputan6.com, Ramallah - Arab Saudi menunjuk duta besar pertamanya untuk Palestina. Penunjukan terjadi di tengah pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai kemungkinan kesepakatan untuk menormalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel.
Adalah Duta Besar Arab Saudi untuk Yordania Naif bin Bandar Al-Sudairi yang ditunjuk sebagai duta besar non-residen Arab Saudi untuk Negara Palestina dan konsul jenderal di Yerusalem.
Baca Juga
"Upacara berlangsung pada Sabtu (12/8/2023) di ibu kota Yordania, Amman, di mana penasihat diplomatik Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menerima mandat Al-Sudairi," demikian laporan kantor berita Arab Saudi SPA.
Advertisement
Otoritas Palestina yang menyambut baik langkah tersebut pada Minggu (13/8) mengatakan, "Waktu penunjukan mencerminkan kepentingan persaudaraan Kerajaan Arab Saudi dalam perjuangan Palestina."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen seperti dilansir CNN, Selasa (15/8), menuturkan kepada stasiun radio 103 FM Tel Aviv pada Minggu bahwa Israel mengetahui rencana penunjukan Arab Saudi. Namun, kedua pihak tidak mengoordinasikannya.
"Mereka tidak berkoordinasi dengan kami dan mereka memang tidak harus melakukannya," ujar Cohen seraya menambahkan bahwa penunjukan duta besar Arab Saudi untuk Palestina dilakukan di tengah kemajuan pembicaraan antara AS dan Arab Saudi terkait Israel.
"Arab Saudi ingin mengirimkan pesan kepada Palestina bahwa mereka tidak dilupakan."
Namun, pejabat Israel lainnya menekankan bahwa pembukaan perwakilan diplomatik untuk Palestina di Yerusalem tidak akan diizinkan.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya, meski PBB tidak mengakuinya. Palestina sendiri menginginkan bagian timur kota Yerusalem menjadi ibu kota masa depan negaranya.
Dukungan Lama Arab Saudi untuk Palestina
Semua anggota blok Arab, termasuk Arab Saudi, mengakui kenegaraan Palestina. Arab Saudi sendiri memiliki Kedutaan Besar Palestina di Riyadh.
Secara historis, Arab Saudi mendukung perjuangan Palestina dan telah memberikan bantuan keuangan kepada Otoritas Palestina.
Riyadh bahkan pernah mengusulkan inisiatif Perdamaian Arab pada tahun 2002, yang secara luas menawarkan keamanan Israel dan hubungan normal sebagai imbalan penarikannya dari wilayah Palestina yang diduduki dan pembentukan negara Palestina merdeka. Israel menolak inisiatif itu.
Advertisement