Liputan6.com, Riyadh - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian mengunjungi Arab Saudi pada Kamis (17/8/2023). Itu merupakan kunjungan pertama seorang menlu Iran dalam beberapa tahun terakhir, menandai mencairnya hubungan antara dua kekuatan regional.
Ketegangan antara keduanya dipicu oleh sejumlah isu termasuk perang Yaman dan program nuklir Iran. Dalam perang Yaman, Arab Saudi mendukung pemerintah, sementara Iran dilaporkan menyokong kelompok Houthi.
Baca Juga
Amir-Abdollahian menggambarkan pertemuan pada Kamis di Aula Solidaritas Islam Kementerian Luar Negeri Arab Saudi sebagai awal pertemuan kedua kepala negara. Namun, dia tidak menyebutkan kapan persisnya Presiden Ebrahim Raisi akan mengunjungi Arab Saudi atas undangan Raja Salman. Demikian seperti dilansir The Guardian, Sabtu (19/8).
Advertisement
"Kami yakin pertemuan dan kerja sama ini akan membantu persatuan dunia Islam," ujar Amir-Abdollahian, seraya mengusulkan dialog regional tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menyinggung kemajuan hubungan dengan Arab Saudi yang dimediasi China, Menlu Amir-Abdollahian dalam konferensi persnya dengan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, "Hubungan antara Iran dan Arab Saudi berada pada jalur yang benar dan kami menyaksikan kemajuan. Pembicaraan berhasil."
Sementara itu, Pangeran Faisal mengatakan, "Pertemuan kami hari ini merupakan kelanjutan dari langkah-langkah yang diambil untuk mengimplementasikan perjanjian melanjutkan hubungan diplomatik, yang merupakan platform penting dalam sejarah kedua negara dan jalur keamanan regional."
Arab Saudi dan Iran pada Maret 2023 mencapai kesepakatan melalui mediasi China, di mana kedua belah pihak setuju untuk mengakhiri keretakan diplomatik dan membangun kembali hubungan pasca permusuhan bertahun-tahun yang telah membahayakan stabilitas regional. Kemudian pada Juni 2023, Pangeran Faisal juga telah berkunjung ke Teheran.
Arab Saudi Mengharapkan Kunjungan Presiden Iran
Menlu Iran terakhir yang mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan resmi adalah Mohammad Javad Zarif pada tahun 2015 untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Raja Abdullah. Arab Saudi dan Iran memutuskan hubungan pada tahun 2016 setelah misi diplomatik Arab Saudi di Iran diserang selama protes atas eksekusi terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr.
Pangeran Faisal mengatakan bahwa pihaknya ingin menindaklanjuti semua poin utama dari kesepakatan yang ditengahi China, baik ekonomi atau politik, dan duta besar masing-masing memulai peran mereka setelah kedubes resmi dibuka kembali.
Lebih lanjut, Pangeran Faisal mengungkapkan bahwa Arab Saudi mengharapkan kunjungan dari Presiden Raisi, yang diundang oleh Raja Salman pada Juni. Presiden Raisi sudah mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada waktu yang tepat.
Intervensi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman telah menjadi salah satu fokus utama konflik antara kedua belah pihak karena Iran telah mendukung pemberontak Houthi. Sejak kesepakatan Maret, Arab Saudi telah meningkatkan dorongan untuk perdamaian di Yaman, salah satunya mengadakan pembicaraan langsung dengan para pemimpin Houthi pada April di Sanaa.
Selain itu, Arab Saudi juga memperjuangkan kembalinya Suriah, sekutu utama Iran, ke Liga Arab.
Advertisement