Liputan6.com, Beijing - Persaingan ketat tidak hanya terjadi di dunia kerja di China, namun juga dalam dunia pendidikan. Hal ini lantas membuat siswa sekolah-sekolah di Negara Tirai Bambu bersaing untuk masuk ke universitas favorit, yang diharapkan bisa mengamankan posisi mereka dalam lingkup pekerjaan.Â
Melihat tingginya tingkat persaingan tersebut, tren baru bernama "head-up rate" menjadi populer di banyak sekolah menengah di China. Dalam aturan baru itu, sekolah akan menghitung berapa banyak siswa yang mengangkat atau mendongakkan kepala mereka di kelas ketika ada suara tak terduga, guna mengukur tingkat konsentrasi mereka.Â
Baca Juga
Beberapa guru dilaporkan menguji konsentrasi siswa dengan sengaja membuat suara-suara seperti ketukan pintu, dan siswa yang ketahuan melihat ke atas akan dihukum.
Advertisement
Wang Yimei, seorang siswa sekolah menengah dari Provinsi Hebei, China utara, mengatakan kepada media Meiri Renwu, bahwa ada hukuman berat bagi yang melanggar aturan tersebut.Â
"Kalau ketahuan mendongak akan dianggap melanggar aturan. Setelah ketahuan, Anda harus menjalani hukuman sepanjang hari. Dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam," katanya, seperti dikutip SCMP, Selasa (22/8/2023).
Namun, aturan ini kemudian mendapat respons di dunia maya, dengan banyak yang mempertanyakan manfaat sebenarnya dari aturan tersebut.Â
Salah satu siswa yang tidak diketahui identitasnya, menulis di media sosial bahwa aturan itu bertentangan dengan refleks spontan manusia.Â
"Kita adalah manusia yang akan mencari sumber suara secara refleks. Namun, saya berkata pada diri sendiri untuk tidak melihat ke atas ketika mendengar suara-suara seperti itu. Bahkan jika sekolah runtuh, jangan angkat kepalamu," tulisnya.
Akibat Fatal
Padahal sebelumnya, aturan semacam itu telah berakibat fatal bagi para siswa. Misalnya pada tahun 2016, ketika sebuah sekolah menengah di Provinsi Shandong, China timur mengalami serangan, siswa-siswa yang mendengar ledakan merasa ragu untuk lari dan menyelamatkan diri.Â
Meskipun sudah ada beberapa kasus serupa terjadi, institusi pendidikan di China tetap menerapkan aturan tersebut, dengan harapan bisa melatih fokus dan konsentrasi siswa yang dianggap akan berguna untuk mempersiapkan studi mereka.Â
Bahkan, beberapa sekolah menerapkan aturan bergaya militer bagi muridnya hingga menghapus kegiatan non-akademik di sekolah. Misalnya, sejumlah sekolah memaksa murid perempuan untuk memotong rambut mereka karena menilai bahwa rambut panjang dan aksesoris rambut dapat mengganggu fokus belajar mereka.Â
Sebagian besar sekolah di China menilai bahwa murid-muridnya harus berkuliah di universitas terkemuka agar bisa mendapatkan pekerjaan layak di tengah persaingan yang ketat.Â
Advertisement