Sukses

Korea Utara Akui Kembali Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata tapi Tidak Menyerah

Para diplomat senior dari AS, Jepang, dan Korea Selatan kompak mengecam peluncuran satelit mata-mata Korea Utara dan menegaskan bahwa provokasi berulang-ulang yang dilakukan Korea Utara hanya akan memperkuat kerja sama Washington-Tokyo-Seoul.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara pada Kamis (24/8/2023) mengatakan bahwa upaya keduanya untuk meluncurkan satelit mata-mata kembali gagal.

Peluncuran yang gagal tersebut sempat membuat Jepang mengeluarkan peringatan singkat yang memerintahkan sejumlah penduduk untuk mengungsi.

Badan antariksa Korea Utara mengungkapkan bahwa pihaknya menggunakan roket pembawa tipe baru Chollima-1 untuk menempatkan satelit mata-mata Malligyong-1 ke orbit. Disebutkan bahwa peluncuran gagal karena kesalahan dalam sistem peledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga. Demikian dilaporkan kantor berita Korea Utara KCNA, seperti dilansir AP.

Sementara itu, Badan Pengembangan Dirgantara Nasional (NADA) mengatakan akan melakukan upaya peluncuran ketiga pada Oktober setelah mempelajari apa yang salah dengan peluncuran pada Kamis. Badan tersebut menambahkan bahwa penyebab kecelakaan tersebut bukanlah isu besar dalam hal keandalan mesin dan sistem cascade.

"Dalam kasus-kasus sebelumnya di mana Korea Utara gagal dalam demonstrasi senjatanya, kami tidak pernah melihat mereka menyerah. Namun, menunjukkan ketekunan yang lebih besar mengingat ambisi jangka panjang mereka," ujar mantan analis CIA dan pakar di konsultan LMI yang berbasis di Virginia.

Sebelumnya, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menerangkan bahwa mereka mendeteksi roket Korea Utara terbang di atas perairan internasional di lepas pantai barat Semenanjung Korea setelah lepas landas di daerah Tongchang-ri di barat laut Korea Utara pada pukul 3.50 waktu setempat. Korea Utara gagal meluncurkan satelit mata-mata dari tempat yang sama pada akhir Mei.

Militer Korea Selatan menekankan bahwa peluncuran roket tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang peluncuran apa pun yang dilakukan Korea Utara menggunakan teknologi balistik. Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno menyebut peluncuran Korea Utara sebagai ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas.

Di Amerika Serikat (AS), juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson menggarisbawahi bahwa AS mengecam keras peluncuran tersebut dan menambahkan bahwa peluncuran tersebut melibatkan teknologi yang terkait langsung dengan program rudal balistik antar benua Korea Utara. Watson mengungkapkan bahwa Pyongyang harus segera menghentikan tindakan provokatifnya.

Para diplomat senior dari AS, Jepang, dan Korea Selatan kompak mengecam peluncuran Korea Utara dan menegaskan bahwa provokasi berulang-ulang yang dilakukan Korea Utara hanya akan memperkuat kerja sama Washington-Tokyo-Seoul.

Satelit mata-mata adalah salah satu dari serangkaian sistem senjata berteknologi tinggi yang Kim Jong Un secara terbuka berjanji akan mengakuisisinya. Senjata lain yang masuk daftar keinginannya adalah rudal multi-hulu ledak, kapal selam bertenaga nuklir, rudal balistik antar benua berbahan bakar padat, dan rudal hipersonik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peluncuran Satelit Mata-mata di Tengah Latihan Militer AS-Korea Selatan

Ankit Panda, seorang ahli di Carnegie Endowment for International Peace, mencatat bahwa pernyataan Korea Utara agak bersifat basa-basi dan teknis mengenai sifat kegagalannya seperti yang terjadi terakhir kali.

"NADA tampaknya masih berada di bawah tekanan waktu untuk menyukseskan peluncuran luar angkasa mengingat komitmen peluncuran pada Oktober," kata Panda. "Itu mungkin waktu yang cukup untuk iterasi baru. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa kita tidak akan melihat upaya peluncuran lagi dalam jangka waktu tersebut."

Militer Korea Selatan menemukan beberapa puing setelah peluncuran pertama dan mengatakan pada awal Juli bahwa satelit Korea Utara tidak cukup canggih untuk melakukan pengintaian militer. Beberapa pakar sipil mengatakan satelit mata-mata yang sebelumnya diungkapkan oleh media pemerintah Korea Utara kemungkinan hanya mampu mendeteksi sasaran besar seperti kapal perang atau pesawat terbang.

Para pejabat Korea Selatan mengatakan mereka juga mulai bekerja untuk mengambil puing-puing setelah peluncuran pada Kamis.

Peluncuran terbaru terjadi tiga hari setelah militer AS dan Korea Selatan memulai latihan militer tahunan yang oleh Korea Utara disebut sebagai latihan invasi. Media pemerintah Korea Utara mengatakan latihan 11 hari AS-Korea Selatan meningkatkan bahaya perang nuklir di Semenanjung Korea.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.