Liputan6.com, Sriharikota - India sedang bersiap untuk misi pertamanya mempelajari matahari.
Observatorium misi tersebut, yang disebut Aditya-L1 ("Aditya" berarti "matahari" dalam bahasa Sansekerta), telah tiba di lokasi peluncurannya di Pulau Sriharikota, di pantai timur India, dan dijadwalkan diluncurkan pada 2 September, menurut Indian Space Research Organisation (ISRO) atau Organisasi Penelitian Luar Angkasa India, badan antariksa nasional India.
Baca Juga
ISRO mengumumkan rencana tanggal peluncuran di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) pada 28 Agustus, beberapa pekan setelah membagikan gambar pertama pesawat ruang angkasa tersebut pada 13 Agustus.
Advertisement
Meskipun matahari telah dipelajari sejak lama, para ilmuwan masih bingung dengan bagaimana lapisan atmosfer terluarnya, yang dikenal sebagai corona, menjadi begitu panas – sekitar 1,8 juta derajat Fahrenheit (1 juta derajat Celsius) lebih panas daripada permukaan matahari. Para peneliti hanya mengetahui sedikit tentang apa sebenarnya yang terjadi di matahari sebelum matahari melepaskan jilatan api matahari dan awan plasma besar yang disebut coronal mass ejections (CMEs) ke luar angkasa – dan terkadang menuju Bumi – dan bagaimana CME berakselerasi hingga kecepatan luar biasa mendekati piringan matahari.
Para ilmuwan berharap observatorium Aditya-L1 akan memberikan beberapa petunjuk mengenai misteri yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini.
Pesawat ruang angkasa tersebut diperkirakan akan lepas landas di atas roket empat tahap, yang dikenal sebagai Polar Satellite Launch Vehicle (Kendaraan Peluncuran Satelit Polar), yang pertama-tama akan menempatkan observatorium tersebut pada jalur melingkar yang stabil mengelilingi Bumi. Setelah para ilmuwan yakin tujuh instrumen yang ada di dalamnya selamat dari peluncuran dalam kondisi baik, orbit melingkar pesawat ruang angkasa akan diperluas ke jalur berbentuk telur yang akan memulai perjalanan empat bulannya menuju tujuan akhirnya.
Â
Â
Ke Tempat Parkir Luar Angkasa untuk Meneliti Matahari
Observatorium tersebut pada akhirnya akan menuju ke tempat parkir di luar angkasa sekitar 1 juta mil (1,5 juta kilometer) dari Bumi, dan dari situlah observatorium tersebut akan mendapatkan pemandangan matahari tanpa gangguan. Pos terdepan kosmik ini, yang disebut Earth-sun Lagrange Point 1 atau L1, juga merupakan rumah bagi Solar and Heliospheric Observatory, sebuah proyek oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa yang telah mengawasi aktivitas matahari sejak tahun 1996.
Dari tujuh muatan yang ada di kapal Aditya, empat diantaranya dikhususkan untuk melihat matahari secara langsung. Ini termasuk dua spektrometer sinar-X yang akan mempelajari sifat-sifat jilatan api matahari, sebuah coronagraph yang akan mengambil gambar matahari secara terus menerus untuk mendeteksi pembentukan jilatan api di matahari dan instrumen keempat untuk mengukur radiasi matahari.
Di antara tiga instrumen sains yang tersisa, dua di antaranya dilengkapi untuk mempelajari angin matahari dan komponennya, sedangkan yang ketiga adalah magnetometer untuk mengukur medan magnet pada posisi pesawat ruang angkasa di L1, sesuai dengan rencana misi.
Â
Advertisement
Peluncuran Penting Kedua Setelah Misi ke Kutub Selatan Bulan Chandrayaan-3
Observatorium Aditya-L1, yang menelan biaya hampir 3,8 miliar rupee (sekitar Rp699 miliar) dan telah dibangun selama 15 tahun, merupakan peluncuran penting kedua di India tahun ini.
Bulan lalu, pesawat luar angkasa Chandrayaan-3 lepas landas dari Sriharikota dalam jalur hemat bahan bakar menuju Bulan, dan berhasil mendarat di dekat kutub selatan bulan pada tanggal 23 Agustus, menjadi pesawat luar angkasa pertama dari negara mana pun yang mendarat di sana.​
Badan antariksa India juga telah merilis rekaman baru yang menunjukkan rover Chandrayaan-3 untuk pertama kalinya.
Menurut BBC yang dikutip Jumat (225/8/2023), video tersebut diambil hanya beberapa jam setelah negara tersebut membuat sejarah dengan menjadi negara pertama yang mendarat di dekat kutub selatan.
Rekaman tersebut menunjukkan Pragyaan (berasal dari bahasa Sansekerta untuk kebijaksanaan) keluar dari pendarat dengan meluncur menuruni tanjakan dan melakukan moonwalk, langkah pertamanya di permukaan Bulan.
Pendarat Vikram – yang membawa rover di perutnya – berhasil mendarat sesuai rencana pada Rabu 23 Agustus malam.
Dengan ketibaan Chandrayaan-3 di Bulan, India bergabung dengan kelompok negara elit yang mencapai pendaratan sukses di Bulan, setelah AS, bekas Uni Soviet, dan Tiongkok.
Pada Kamis 27 Agustus, Indian Space Research Organisation (ISRO) atau Organisasi Penelitian Luar Angkasa India mengatakan penjelajah seberat 26 kg itu telah "turun" dari pendaratnya dan "India berjalan-jalan di Bulan!".
Video pada Jumat pagi menunjukkan penjelajah tersebut melangkah keluar menuju sinar matahari dan bayangannya yang memanjang.
Pragyaan - yang bergerak dengan kecepatan 1 cm per detik - kini berkeliaran di sekitar bebatuan dan kawah, mengumpulkan data dan gambar penting untuk dikirim kembali ke Bumi untuk dianalisis. Setiap langkahnya, ia juga meninggalkan jejak logo dan lambang ISRO yang tercetak di enam rodanya di permukaan Bulan.
Penjelajah tersebut membawa dua instrumen ilmiah yang akan mencoba mencari tahu mineral apa saja yang ada di permukaan Bulan dan mempelajari komposisi kimia tanah.
Pragyaan hanya akan berkomunikasi dengan pendarat yang akan mengirimkan informasi ke pengorbit dari Chandrayaan-2 – yang masih mengelilingi Bulan – untuk meneruskannya ke Bumi untuk dianalisis.
Â
Jalan Panjang Misi Chandrayaan India Mendarat di Bulan
Cikal bakal munculnya gagasan bendera India berkibar di Bulan pertama kali muncul pada tahun 2003. Kala itu, saat upacara hari kemerdekaan, Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee menyampaikan pidato di hadapan warga India:
"Negara kita kini siap terbang tinggi di bidang ilmu pengetahuan. Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa India akan mengirim pesawat luar angkasanya ke Bulan pada tahun 2008. Pesawat itu diberi nama Chandrayaan," kata Vajpayee seperti dikutip dari Indianexpress, Kamis (24/8/2023).
Chandrayaan, nama yang diberikan oleh Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO), merupakan kombinasi dari dua kata Sanskerta, "Chandra" dan "Yaan". "Chandra" artinya Bulan, sedangkan "Yaan" berarti kendaraan.
Dengan demikian, Chandrayaan dapat dipahami sebagai "Kendaraan Bulan".
Lima tahun setelah pengumuman itu, PM Vajpayee pada 22 Oktober 2008 mengumumkan bahwa Roket Peluncur Satelit Polar (PSLV) diluncurkan dari pusat ruang angkasa ISRO di Sriharikota.
Momen ini lantas menandai sejarah perjalanan Chandrayaan-1 ke Bulan. Pesawat ruang angkasa India tersebut memasuki orbit Bulan pada 8 November 2008.
PSLV awalnya menempatkan Chandrayaan-1 pada orbit Bulan. Selama tiga pekan berikutnya, pesawat ruang angkasa tersebut melakukan beberapa manuver yang sangat kompleks dan presisi hingga akhirnya mengorbit Bulan.
Misi Chandrayaan-1 kemudian mendeteksi bukti adanya air di Bulan.
Menyusul keberhasilan misi Chandrayaan-1 maka pada 22 Juli 2019 misi Chandrayaan-2 diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota. Tujuannya, segera merealisasikan mimpi mendarat di Bulan.
Namun, mimpi India masih gagal terwujud saat itu.
Wahana Vikram dari misi Chandrayaan-2 kehilangan komunikasi dengan stasiun di Bumi pada 7 September 2019, sebelum akhirnya diketahui hancur lebur setelah jatuh dari ketinggian 2,1 km di atas permukaan Bulan, sesaat sebelum pendaratan.
Kegagalan misi Chandrayaan-2 tidak mematahkan semangat India. Kurang lebih empat tahun kemudian, tepatnya pada Rabu 23 Agustus 2023, seluruh warga India bersorak gembira karena Chandrayaan-3 berhasil mendarat di Bulan.
Tidak hanya itu, India bahkan membuat sejarah ketika misinya itu menjadi yang pertama mendarat di wilayah kutub selatan Bulan.
BBC melaporkan bahwa Chandrayaan-3 mendarat sesuai rencana pada pukul 18.04 waktu setempat.
Ekspresi bangga bergema di seluruh Negeri Hindustan. Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan bahwa "India kini berada di Bulan".
"Kita telah mencapai sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh negara lain. Ini adalah peristiwa yang menggembirakan," tambahnya.
PM Modi bahkan menyaksikan momen-momen pendaratan Chandrayaan-3 langsung dari Afrika Selatan, di mana dia tengah menghadiri KTT BRICS.
Merespons kesuksesan tersebut, kepala ISRO Sreedhara Panicker Somanath mengatakan, "Keberhasilan pendaratan Chandrayaan-3 bukanlah pekerjaan kami sendiri, melainkan generasi ilmuwan ISRO."
Situs web ISRO menyebutkan bahwa Chandrayaan-3 bertujuan mendemonstrasikan pendaratan aman, menjelajahi permukaan Bulan, dan mengumpulkan data ilmiah.
Dengan pendaratan Chandrayaan-3 di Bulan, India resmi bergabung dengan kelompok negara elite yang mencapai pendaratan aman di Bulan, yaitu Amerika Serikat (AS), Uni Soviet, dan China.
Advertisement