Sukses

Punya 9 Mobil, Datuk Malaysia Tidak Beri Gaji WNI Selama 5 Tahun

Seorang datuk dari Malaysia yang punya rekam jejak di bidang politik dilaporkan menyiksa seorang ART dari Banjarmasin.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Seorang warga Banjarnegara yang menjadi asisten rumah tangga (ART) di Malaysia dilaporkan menjadi korban penganiayaan. Pelakunya adalah seorang datuk yang pernah aktif di dunia politik Malaysia

Korban bernama Nunik (nama samaran) itu mengalami penyiksaan fisik dan tidak digaji selama lima tahun. Padahal, pelaku merupakan orang kaya dan punya sembilan mobil. 

“Majikan saya padahal punya 9 mobil dan rumah mewah 3 lantai tapi saya tidak digaji bertahun-tahun," ujar Nunik, seperti dilaporkan KBRI Kuala Lumpur, Rabu (30/8/2023). 

KBRI Kuala Lumpur menyebut Nunik sempat menangis di hadapan Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono. Nunik juga menyebut pernah disiram air panas oleh sang datuk. Ketika disiksa secara fisik, Nunik juga tidak diberi tahu apa kesalahannya. 

Nunik pernah mencoba kabur pada tahun kedua dari rumah majikannya, namun gagal karena ditemukan majikan dan dihukum secara fisik serta dipaksa kembali bekerja. Selama bekerja menurut pengakuannya, Nunik hanya diberikan kesempatan berkomunikasi dengan keluarganya pada tahun pertama saja, selebihnya tidak pernah diberikan kesempatan lagi. 

“Saya sudah tidak tahan lagi menerima siksaan-siksaan majikan, jadi berusaha kabur dan ingin kembali ke Indonesia”, ungkap Nunik sambil menangis. 

Nunik berhasil melarikan dari penganiayaan itu dengan bantuan warga setempat yang tinggal tidak jauh dari majikan setelah lima tahun bekerja. KBRI Kuala Lumpur menerima Nunik setelah diantarkan dengan kondisi wajah penuh dengan luka lebam akibat dipukul dan kepala berdarah akibat dipukul menggunakan telepon genggam oleh majikan.

 

2 dari 3 halaman

KBRI Kuala Lumpur Memberikan Perlindungan

Dubes Hermono mengemukakan, KBRI Kuala Lumpur memberikan upaya pelindungan kepada Nunik dari proses penyembuhan luka-lukanya hingga tahapan proses tuntutan hukum pidana atas tindak kekerasan dan bekerja tanpa digaji. KBRI Kuala Lumpur telah berhasil menghubungi pihak keluarga di Banjarnegara yang selama ini kehilangan kontak dengan Nunik.

Menanggapi kesaksian Nunik, Dubes Hermono mengungkapkan “Berdasarkan fakta tersebut, ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus eksploitasi terhadap PMI dilakukan oleh majikan yang mapan secara finansial, dan dengan faktor kesengajaan melakukan pelanggaran hak-hak serta dengan sengaja merendahkan martabat pekerja rumah tangga Indonesia.”

Berdasarkan keterangan Kepolisian setempat, para tersangka akan dituntut dengan pasal pidana bagi penyiksaan berat. Dubes Hermono menyampaikan kepada petugas penyidik kasus agar pelaku menerima hukuman yang adil sesuai UU Pidana Malaysia guna memberikan efek jera kepada majikan yang tindak kekerasan kepada ART Indonesia.

Indonesia dan Malaysia telah menandatangani MoU Pelindungan Pekerja Domestik pada 1 April 2022, meskipun demikian masih terus terjadi pelanggaran terhadap hak-hak PMI.  

Kasus terbanyak adalah gaji tidak dibayar, larangan berkomunikasi, penahanan paspor, termasuk kekerasan fisik yang dialami oleh ART Nunik. Hampir semua kasus PMI yang bermasalah merupakan mereka yang bekerja di sektor rumah tangga dan tidak memiliki visa kerja.

3 dari 3 halaman

Menlu Retno Berharap Diaspora Indonesia Terus Jadi Jembatan dengan WNI di Luar Negeri

Sebelumnya dilaporkan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi berpesan kepada perwakilan diaspora Indonesia agar mereka terus menjadi jembatan antara pemerintah, khususnya Kementerian Luar Negeri, dengan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. 

"Kami berharap agar diaspora Indonesia dapat terus menjadi penghubung Kemenlu melalui KBRI atau KJRI di tempat tinggal masing-masing. Termasuk berperan aktif juga dalam perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI)," ujar Menlu Retno Marsudi dalam pertemuan dengan perwakilan diaspora Indonesia di kantornya, Senin (14/8).

Selain hal itu, Retno juga berpesan agar para diaspora tidak terlihat memihak dan terafiliasi dengan pihak politik manapun untuk menghindari perpecahan yang mungkin terjadi. Ini mengingat bahwa Indonesia saat ini telah memasuki tahun politik yang makin panas. 

Presiden Indonesian Diaspora Network (IDN) Global periode 2023-2025 Iwan Wibisono pun menyambut pesan Retno dan mengatakan pihaknya senantiasa terus terlibat dalam kemajuan Indonesia. Ini termasuk peningkatan kualitas PMI di luar negeri melalui sejumlah pelatihan, seperti bahasa asing dan ketrampilan bagi para care giver.

Proses audiensi ini dihadiri oleh sejumlah anggota dan Executive Board IDN Global di antaranya KartiniSarsilaningsih (Qatar), Lusie Susantono (Filipina), Kartika Dewi (Taiwan), Renu Lubis (Belanda), DeviRizal (Finlandia), Stephanus Widjaja (Singapura), Thoriq Rahmat (Kuwait), Sam Pormes (Diaspora Etnis Maluku), Devi Novianti (Hong Kong), Hani White (Amerika Serikat), Sarini Octasali dan Joko Supriyanto (Amerika Serikat).

Pertemuan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Congress of Indonesian Diaspora 7 (CID-7) yang diadakan Sabtu (12/8).