Liputan6.com, Washington - Korea Utara dan Rusia aktif memajukan perundingan mengenai potensi kesepakatan jual beli senjata. Hal itu diungkapkan intelijen Amerika Serikat (AS) pada Rabu (30/8/2023).
Perkembangan terakhir yang mencuat ke publik adalah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melawat ke Korea Utara bulan lalu. Delegasi kedua Rusia juga telah menyambangi Korea Utara untuk mendiskusikan lebih lanjut mengenai kesepakatan potensial tersebut.
Baca Juga
Selain dua delegasi tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebelumnya telah bertukar surat, yang isinya mencakup komitmen untuk meningkatkan kerja sama bilateral mereka.
Advertisement
"Kami tetap khawatir bahwa Korea Utara terus mempertimbangkan untuk memberikan dukungan militer kepada pasukan Rusia di Ukraina dan kami memiliki informasi baru bahwa negosiasi jual beli senjata antara keduanya mengalami kemajuan," ungkap koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, seperti dilansir CNN, Jumat (1/9/2023). "Setelah negosiasi, diskusi tingkat tinggi mungkin akan menyusul dalam beberapa bulan mendatang."
Pengungkapan intelijen baru ini kepada publik disebut adalah contoh terbaru dari tindakan pemerintahan Joe Biden yang berencana untuk mempublikasikan setiap upaya Rusia menghindari sanksi Barat dan memberitahu Korea Utara bahwa AS memantau dengan cermat.
"Berdasarkan potensi kesepakatan ini, Rusia akan menerima sejumlah besar dan berbagai jenis amunisi dari Korea Utara, yang rencananya akan digunakan oleh militer Rusia di Ukraina. Kesepakatan potensial ini juga dapat mencakup penyediaan bahan mentah yang akan membantu basis industri pertahanan Rusia," kata Kirby, seraya berjanji bahwa AS akan mengambil tindakan langsung untuk memberikan sanksi kepada entitas manapun yang terlibat.
AS mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan.
Sinyal Keputusasaan Rusia?
Kirby menggarisbawahi upaya Rusia untuk mendapatkan senjata dari negara-negara seperti Iran dan Korea Utara merupakan sinyal jelas akan kesulitan mereka.
"Tidak ada cara lain untuk melihat hal ini selain keputusasaan dan kelemahan," kata Kirby.
Pada akhir tahun lalu, Korea Utara dilaporkan mengirimkan roket dan rudal infanteri ke kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner, untuk pasukan mereka di Ukraina dan para pejabat Barat mengatakan bahwa Iran juga telah memasok senjata kepada Rusia untuk digunakan di Ukraina.
Iran dan Korea Utara sama-sama membantah klaim tersebut.
Advertisement