Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS)Â Joe Biden dijadwalkan mengunjungi Vietnam pada 10 September mendatang, setelah menghadiri KTT G20 di New Delhi, India.
"AS ingin memperdalam hubungan kami dengan kawasan ini dan Vietnam merupakan mitra utama untuk melakukan hal itu," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada VOAÂ pada Selasa (29/8/2023).
Baca Juga
Beberapa hari sebelum kunjungannya itu, Biden melewatkan dua pertemuan penting di tingkat kawasan, di mana Indonesia menjadi tuan rumah, yaitu KTT AS-ASEAN dan KTT Asia Timur, yang mempertemukan negara-negara di Asia Tenggara dengan mitra-mitranya, termasuk AS, China, dan Rusia.
Advertisement
Wakil Presiden AS Kamala Harris-lah yang akan menghadiri pertemuan-pertemuan tersebut untuk mewakili Biden.
Dikutip VOA Indonesia, Jumat (1/9/2023), Indonesia adalah ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tahun ini dan saat ini menjadi koordinator blok tersebut dalam hubungan AS-ASEAN.
Sumber-sumber diplomatik yang berbicara kepada VOA dengan syarat anonim untuk membahas proses pertimbangan internal mengatakan bahwa Jakarta sengaja menyelaraskan jadwal pertemuan ASEAN dengan rencana Biden ke India dengan harapan agar sang presiden dapat menghadiri acara tersebut.
Para pejabat AS berkukuh bahwa keputusan untuk melewatkan agenda tersebut bukan pertanda AS tidak menghormati Indonesia.
"Presiden (Biden) sebenarnya ke Indonesia kurang dari setahun yang lalu untuk menghadiri KTT G20 dan program bilateral penting dengan (Presiden) Joko Widodo," ungkap penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada VOA dalam jumpa pers belum lama ini.
Meski demikian, kunjungan presiden AS memiliki makna adanya nilai strategis yang diberikan Washington kepada suatu negara dan seberapa inginnya negara tersebut meningkatkan hubungan bilateralnya.
Baik Vietnam maupun Indonesia merupakan pemain penting dalam upaya yang dipimpin AS untuk mengatasi pengaruh China di kawasan. Lantas mengapa Biden lebih memilih Hanoi ketimbang Jakarta?
Vietnam Siap Tingkatkan Hubungan dengan AS
Meskipun Indonesia telah menjadi mitra strategis AS sejak tahun 2015, baru sekarang Hanoi tampak siap meningkatkan hubungannya ke tingkat yang sama dengan Indonesia, setelah menjalani kemitraan komprehensif selama 10 tahun.
Harris menawarkan Vietnam kesempatan untuk meningkatkan hubungan kedua negara ketika dia mengunjungi Hanoi pada Agustus 2021. Namun, kala itu Vietnam ragu menerima tawaran tersebut karena khawatir akan tindakan balasan China.
Hanoi dan Beijing, yang selaras secara ideologis dan memiliki sistem pemerintahan yang serupa, sebenarnya memiliki hubungan yang lebih dekat. Keduanya menyepakati Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP) pada tahun 2008. Vietnam sendiri juga memiliki perjanjian CSP dengan tiga negara lainnya – India, Rusia, dan Korea Selatan.
Kemitraan strategis dengan AS akan meningkatkan upaya Vietnam untuk mengembangkan sektor teknologi tingginya di berbagai sektor, termasuk produksi semikonduktor dan kecerdasan buatan, yang sama-sama menjadi industri penting dalam persaingan strategis AS dan China.
Advertisement
Pesan Vietnam untuk China
Terlepas dari keselarasan ideologi, hubungan Vietnam dengan China melemah akibat sengketa wilayah maritim di Laut China Selatan. Beijing mengatakan, pihaknya berdaulat atas hampir seluruh wilayah perairan tersebut, tumpang tindih dengan klaim dari Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Taiwan.
Dengan semakin tegasnya Beijing, Hanoi melindungi hak-hak teritorialnya dengan mendiversifikasi kemitraan diplomatik dan memperkuat kemampuan militernya.
Vietnam berencana mempertebal kekuatan militernya di wilayah perairan setelah citra satelit menunjukkan apa yang dilaporkan sebagai pembangunan landasan pacu oleh China di sebuah pulau yang disengketakan.
Biden mengungkapkan alasan kunjungan tersebut ketika menghadiri sebuah acara kampanye awal Agustus lalu.
"Mereka menginginkan hubungan ini karena mereka ingin memberi tahu China bahwa mereka tidak sendiri," ujarnya.
Washington dengan senang hati memenuhi keinginan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, di bawah strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, pemerintahan Biden telah mendukung kemampuan keamanan dan pemantauan maritim Vietnam dengan memberikan dua kapal Penjaga Pantai AS, yang menjadi transfer pertahanan paling besar di antara kedua negara.