Liputan6.com, Singapura - Jumat, 1 September 2023 menjadi hari bersejarah bagi warga Singapura. Mereka berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara untuk memberikan hak suara dalam pemilihan presiden atau pemilu presiden pertama dalam lebih dari satu dekade.
Presiden Singapura sejatinya hanya mempunyai peran seremonial di negara kota itu, dengan sedikit kekuasaan dan sedikit suara dalam urusan publik. Namun hasil pemilu pada hari Jumat ini bisa menjadi penanda sentimen publik terhadap partai yang berkuasa dalam jangka panjang --menyusul serangkaian skandal anggota parlemen.
Baca Juga
Kandidat utama Tharman Shanmugaratnam adalah seorang menteri veteran dari People's Action Party (PAP) atau Partai Aksi Rakyat yang berkuasa di Singapura.
Advertisement
Sebagai mantan wakil perdana menteri dan menteri keuangan, ekonom berusia 66 tahun ini mengundurkan diri dari Partai Aksi Rakyat pada bulan Juni untuk ikut serta dalam pemilu Singapura untuk presiden.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong memimpin PAP, yang mengalami perolehan suara terburuk pada tahun 2020 meskipun partai tersebut masih mempertahankan lebih dari dua pertiga mayoritas suara di parlemen.
Tahun ini, reputasi partai tersebut telah dirusak oleh serangkaian skandal politik yang jarang terjadi, termasuk penangkapan seorang menteri senior dalam penyelidikan korupsi, serta pengunduran diri dua anggota parlemen karena perselingkuhan.
Para pemilih di TPS mengatakan kepada BBC pada hari Jumat bahwa hal ini dapat mempengaruhi pilihan mereka.
"Saya pikir pada pemilu kali ini beberapa pemilih mengungkapkan perasaan mereka terhadap PAP, dan ada pula yang memilih siapa yang mereka inginkan. Menurut saya, hasilnya 50-50," kata Tong, seorang pengusaha, kepada BBC yang dikutip Jumat (1/9/2023).
"Tetapi setidaknya kali ini masyarakat lebih sadar akan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan oleh presiden," sambung Tong.
Presiden Singapura sejatinya bertindak sebagai penjaga cadangan keuangan kota yang besar, sehingga negara mengharuskan calon presidennya memiliki pengalaman sebagai pegawai negeri atau memiliki pengalaman di sebuah perusahaan.
Tiga Calon Presiden, Tharman Shanmugaratnam Kandidat Utama
Pemilu presiden Singapura ini diikuti oleh tiga orang kandidat.
Tharman Shanmugaratnam mantan wakil perdana menteri dan menteri keuangan serta ekonom, adalah kandidat terdepan dalam pemungutan suara tersebut, yang merupakan pemilu pertama yang diperebutkan dalam lebih dari satu dekade - setelah Presiden Halimah Yacob menolak untuk ikut serta dalam masa jabatan enam tahun yang kedua.
Kandidat lainnya termasuk Tan Kin Lian, mantan eksekutif asuransi berusia 75 tahun yang telah dikritik karena postingan media sosial yang dia buat di masa lalu tentang perempuan dan orang India, dan Ng Kok Song, mantan pejabat investasi dana kekayaan.
Etnisitas para kandidat di negara kota yang multikultural namun mayoritas penduduknya adalah warga Tiongkok ini juga menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian. Beberapa pihak menyoroti bahwa Shanmugaratnam mungkin akan menjadi presiden non-Tiongkok pertama yang dipilih oleh para pemilih.
Namun seorang pemilih mengatakan kepada BBC pada hari Jumat bahwa pemilihan umum hari itu bukanlah terkait faktor itu.
“Saya selalu melihatnya sebagai kandidat terbaik dan bukan tentang ras,” kata konsultan digital Anthony.
"Saya pikir kondisi kami jauh lebih baik dibandingkan negara lain dalam hal ras. Saya tidak akan mengatakan bahwa kami telah melewati persoalan ras sepenuhnya, namun kami memiliki apa yang diperlukan untuk melewatinya pada waktunya."
Ada juga kekhawatiran di kalangan pemilih mengenai pembatasan ketat terhadap siapa yang dapat mencalonkan diri sebagai presiden. Kabarnya mereka harus pernah menjabat sebagai pegawai negeri senior atau kepala eksekutif sebuah perusahaan publik yang bernilai setidaknya $500 juta dolar Singapura.
Memilih adalah wajib bagi 2,7 juta warga negara Singapura yang memenuhi syarat.
Advertisement
Sekitar 2,3 Juta Warga atau 85% Pemilih Telah Memberikan Suara Pada Jam 5 Sore
Mulai dari biarawati dan penghuni panti jompo, hingga pasien rumah sakit yang kakinya digips, para pemilih telah hadir di 1.264 TPS pada hari Jumat. Demikian mengutip The Straits Times.
Hingga pukul 17.00, 2.302.996 warga Singapura – atau sekitar 85 persen dari total jumlah pemilih yang memenuhi syarat – telah memilih, kata Elections Department (ELD) atau Departemen Pemilihan Umum seperti dikutip dari The Straits Times.
Departemen tersebut menambahkan bahwa mereka yang belum memilih disarankan meluangkan waktu untuk memberikan hak suara mereka, sebelum tempat pemungutan suara ditutup pada pukul 20.00 malam.
Pemungutan suara dibuka pada pukul 08.00 pagi ketika warga Singapura memilih presiden kesembilan negara tersebut.
Setelah awal yang goyah, karena masalah sistem pendaftaran pemilih dan antrean panjang, antrean di tempat pemungutan suara berkurang sekitar pukul 10 pagi.
Di Blok 307 Jurong East Street 32, terjadi antrean sekitar 100 orang dari jam 08.00 pagi sampai jam 09.00 pagi, dan jumlahnya turun drastis menjadi hanya 10 orang pada jam 09.30 pagi.
Seorang wanita muda muncul dengan alat pengeriting rambut di rambutnya saat dia memberikan suara.
Lainnys, seorang warga Jurong berusia 43 tahun, yang hanya ingin dikenal sebagai Tuan S, tiba dengan kursi roda dengan mengenakan pakaian rumah sakit dan mengenakan gips di seluruh kaki. Ia sempat mengalami patah tulang lutut, namun meski demikian, ia memilih ditemani istrinya, dan kemudian kembali ke rumah sakit.
Mereka termasuk di antara berbagai kelompok pemilih pada hari Jumat, termasuk tiga biarawati Buddha di TPS Wisma Geylang Serai.
Pada siang hari, antrean di TPS di sekitar pulau semakin memendek.
Warga Singapura dapat melacak situasi antrean di TPS melalui website.
Setelah pemungutan suara ditutup pada hari Jumat, warga Singapura akan mendapatkan indikasi awal mengenai hasil pemilihan presiden sekitar pukul 22.00 hingga 23.00, sebelum penghitungan akhir dilakukan.
Pasalnya, situs ELD akan mempublikasikan hasil penghitungan sampel yang diperkirakan selesai dua hingga tiga jam setelah pemungutan suara ditutup pada pukul 08.00 malam.
Peningkatan Proses Pemungutan Suara
Ada beberapa fitur baru yang diperkenalkan tahun ini untuk meningkatkan proses pemungutan suara.
Para pemilih dapat menunjukkan kartu NRIC dan ePoll digital mereka melalui aplikasi Singpass alih-alih membawa kartu fisik ke TPS mereka.
Stempel X yang dapat diberi tinta sendiri untuk digunakan pada kertas suara juga diperkenalkan.
Pemilih pertama kali, Aroni Sarkar, seorang mahasiswa yang memberikan suaranya di Pusat Komunitas Katong, mengatakan prosesnya berjalan lancar. Staf di TPS memverifikasi NRIC dan kartu pemungutan suara secara manual setelah adanya kelambatan dalam sistem digital.
Sarkar yang berusia 23 tahun dan orang tuanya tiba pada pukul 08.10 pagi dan mengantre sekitar 30 menit. Dia berkata: "Prosesnya lancar, fokus, dan mulus."
Namun, seorang ibu rumah tangga yang hanya ingin dipanggil Madam Neo, menunggu hampir satu jam sebelum dia meninggalkan TPS tersebut bersama putra dan putrinya yang berusia 20-an.
Madam Neo, yang berusia 50-an, mengatakan: "Mesin membutuhkan waktu sangat lama untuk memindai NRIC saya, dan terjadi antrean panjang karena hanya ada dua mesin. Kami belum sarapan."
Banyak pemilih berusia lanjut termasuk di antara mereka yang pertama datang untuk memberikan suara pada hari Jumat.
Petugas pemilu terlihat sabar membimbing pemilih lanjut usia menjalani proses pemungutan suara di Toa Payoh Lorong 5.
Tahun ini, terdapat juga tempat pemungutan suara khusus yang didirikan di 31 panti jompo untuk memudahkan warga lanjut usia yang kurang memiliki mobilitas untuk memilih.
Advertisement