Liputan6.com, Jakarta - KTT ke-43 ASEAN, yang dijadwalkan berlangsung pada 5-7 September 2023, resmi dimulai. Penyelenggaraannya akan bertempat di Jakarta Convention Center (JCC).
Kehadiran para pemimpin ASEAN dan negara-negara mitra membuat KTT ASEAN Jakarta menjadi lebih signifikan, dibandingkan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Mei 2023. Untuk itu, TNI mengerahkan komando tugas gabungan pengamanan (Kogasgab PAM) sebanyak 13.158 personel, sedangkan Polri mengerahkan 6.182 personel.
Baca Juga
Operasi pengamanan KTT ASEAN Jakarta diberi nama sandi Operasi Tribrata Jaya.
Advertisement
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada Randy W. Nandyatama yang dihubungi Liputan6.com pada Senin (4/9), menilai KTT ke-43 ASEAN penting, khususnya bagi Indonesia.
"KTT ini penting untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia di Asia Tenggara dan kawasan yang lebih luas. Selama ini Indonesia dianggap motor penggerak ASEAN. Dan oleh karenanya, penting untuk terus membuat dan memanfaatkan ASEAN sebagai medium untuk memenuhi kebutuhan nasional Indonesia, semisal mempertahankan stabilitas kawasan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pembangunan," kata Randy.
Lebih lanjut, Randy menerangkan bahwa posisi Indonesia sebagai ketua ASEAN diuntungkan.
"Karena (Indonesia) mendapat privilese untuk mengajukan usulan prioritas dan kebijakan (yang setelahnya harus disepakati oleh sembilan negara anggota lainnya). Sebagai ketua, misalnya, kita dapat mendorong perlindungan yang lebih kuat pada buruh migran di kawasan," ujar Randy.
Hal lainnya yang menarik perhatian dalam keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, sebut Randy, adalah melihat bagaimana respons ASEAN dalam menangani konflik Myanmar.
"Apakah ada kesepakatan baru pasca Konsesus Lima Poin (5PC) dan bagaimana mengurangi tensi Amerika Serikat (AS) versus China, terlebih pasca dikeluarkannya peta baru China dan perkembangan AUKUS," tutur Randy.
Pantauan Liputan6.com menunjukkan bahwa para pemimpin ASEAN sudah mulai berdatangan pada Senin (4/9) pagi, di antaranya Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Adapun Thailand diwakili oleh Permanent Secretary Kementerian Luar Negeri Sarun Charoensuwan dan Myanmar sepenuhnya absen.
Pemimpin negara-negara mitra yang hadir antara lain Perdana Menteri Kepulauan Cook Mark Brown, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, Wakil Presiden AS Kamala Harris, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Perdana Menteri China Li Qiang, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, sementara Rusia mengutus Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov ke KTT ASEAN Jakarta.
Selain itu, ada pula delegasi dari sejumlah organisasi internasional, termasuk Sekretaris Jenderal IORA Salman Al Farisi, Presiden Bank Dunia Ajay Banga, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dan Wakil Sekretaris Pacific Island Forum (PIF) Esala Nayasi.
KTT ASEAN Jakarta Fokus di Ekonomi
Saat meninjau kesiapan penyelenggaraan KTT ASEAN Jakarta di JCC pada Jumat (1/9), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa salah satu agenda penting dalam KTT kali ini adalah pertumbuhan ekonomi di kawasan.
"(Agendanya) banyak, tetapi fokusnya di ekonomi. Ya pada pertumbuhan, ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi," ujar Presiden Jokowi.
Pernyataan Presiden Jokowi tersebut senada dengan penjabaran makna tema keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, yaitu "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth". Terdapat dua elemen besar di dalam tema tersebut.
Pertama adalah "ASEAN Matters", yaitu tentang bagaimana Indonesia dan keketuaannya tetap menjadikan ASEAN relevean dan penting tidak hanya bagi rakyat Indonesia, melainkan juga rakyat ASEAN, di luar kawasan. Kedua, "Epicentrum of Growth", di mana Indonesia ingin lebih mengapitalisasi posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berpotensi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia.
Menggemakan kembali pernyataan Presiden Jokowi, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengungkapkan arti penting keketuaan Indonesia di ASEAN 2023.
"Yang kita ingin tunjukkan pada dunia, apa sih yang kita harus fokus saat ini? Kalau soal politik boleh kita bicara, tapi ekonomi menjadi kunci (isu utama). Kenapa? Karena ekonomi berhubungan dengan kesejahteraan, tentang berbagi kesejahteraan bersama-sama (antar negara ASEAN)," kata Arsjad usai menghadiri ASEAN Business & Invesment Summit hari kedua di Sultan Hotel, Jakarta, Senin.
Arsjad mengungkapkan, keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN tahun ini mencetak sejarah. Karena untuk pertama kalinya, Indonesia memberikan kesempatan kepada komunitas bisnis untuk ikut berkolaborasi dalam memajukan roda perekonomian ASEAN.
"Selama ini hanya pemerintah (yang terlibat) dari mulai lahirnya ASEAN ... Makanya dalam pertemuan dengan para pemimpin perusahaan dan pengusaha dari berbagai negara anggota akan diadopsi joint committee antara pemerintah dan pihak swasta. Nah, ini akan membuat sejarah," beber Arsjad.
Founder and Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai bahwa sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia memiliki peran dalam memastikan seluruh kawasan mendapat manfaat dari potensi nilai tambah ekonomi. Dia menyoroti bagaimana perekonomian ASEAN berkinerja cukup baik di tengah ketidakpastian ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir.
"Jadi, yang ingin kita tunjukkan kepada dunia adalah bukan hanya Indonesia, tetapi juga Asia Tenggara adalah peluang bagi perdagangan dan investasi dalam bidang teknologi, pendidikan, dan sektor lainnya," jelas Dino saat ditemui dalam acara yang sama.
Advertisement
Menjaga Sentralitas ASEAN
Selain menempatkan ekonomi dan investasi sebagai garda terdepan, Guru Besar Program Studi Hubungan Internasional dari Tirta Mursitama menuturkan bahwa yang tidak kalah penting adalah dua pilar kerja sama ASEAN lainnya, yaitu keamanan dan sosio-kultural.
"Bagaimana ketiga pilar itu bisa berjalan walaupun Indonesia mengedepankan pilar ekonomi," ungkap Tirta ketika dihubungi Liputan6.com, Senin.
"Nah, untuk pilihan politik strategis, saya melihat kepentingan Indonesia sebagai leader ASEAN adalah tetap menggarisbawahi arti penting dari sentralitas ASEAN bahwa ASEAN itu tidak didikte oleh kekuatan eksternal manapun. Itu bisa dicapai apabila kepemimpinan Indonesia tetap concern menjaga stabilitas politik, strategis, ekonomi, sosial budaya masing-masing negara dan kawasan."
Tirta lebih jauh meyakini bahwa ASEAN perlu mendefinisi ulang ASEAN Way, yang salah satu prinsip fundamentalnya adalah tidak mengizinkan campur tangan dalam urusan dalam negeri satu sama lain.
"Bukan berarti boleh melakukan intervensi, namun perlu melakukannya sebatas pada hal-hal yang sangat urgent, sangat strategis. Misalnya, jika terjadi pelanggaran nilai-nilai universal demokrasi di salah satu negara anggota. Nilai-nilai demokrasi yang dimaksud tidak semata-mata mengekor ke Barat, tetapi yang juga tumbuh berkembang dalam nilai-nilai lokal, regional," kata Tirta.
"Kalau itu mampu diberlakukan atau dilaksanakan maka ASEAN bisa menjadi kekuatan yang memiliki daya tawar luar biasa ketika bernegosiasi dengan negara/organisasi lain."
Manfaat Keketuaan ASEAN bagi Indonesia
Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di 2023 memiliki tantangan dan permasalahan internasional yang cukup kompleks, baik dari segi geopolitik maupun ekonomi. Pertama tantangan datang dari persaingan negara besar dan konflik yang terjadi di Ukraina.
Tantangan pula datang dari keadaan ekonomi di tengah pemulihan pasca pandemi COVID-19, di antaranya krisis ekonomi, pangan, dan energi. Isu Myanmar turut menjadi tantangan tersendiri karena kembali menguji kemampuan dan efektivitas ASEAN dalam mengatasi isu internal.
Sejak ASEAN berdiri pada 8 Agustus 1967 hingga kini, Indonesia tercatat telah lima kali menjadi ketua ASEAN, yaitu pada tahun 1976, 1996, 2003, 2011, dan teranyar 2023.
Dikutip dari ASEANpedia, pelaksanaan rangkaian KTT ASEAN 2023 semakin menunjukkan betapa Indonesia memiliki peran strategis dalam memimpin arsitektur kawasan, yang secara konkret dapat memberikan manfaat kepada masyarakat regional dan global serta menjadikan kawasan ASEAN sebagai world's engine of sustainable growth.
Keketuaan Indonesia untuk ASEAN akan memberikan manfaat langsung bagi penguatan ekonomi nasional melalui kunjungan delegasi negara anggota dan mitra. Pertemuan dan kegiatan ASEAN pun dapat dijadikan momentum untuk memperlihatkan kemajuan pembangunan Indonesia serta menjadi daya tarik investasi asing bagi Indonesia.
"Potensi devisa yang akan diperoleh selama keketuaan adalah sebesar USD 34 juta sebagai bentuk devisi langsung yang diperoleh terkait dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di Indonesia," demikian dikutip dari ASEANpedia.
Pengakuan dunia atas kemampuan Indonesia dalam memimpin arsitektur kawasan dan manfaat kepada masyarakat juga dapat meningkat melalui keketuaan Indonesia di ASEAN 2023.
Advertisement