Sukses

Ratusan Orang Eritrea Diancam Deportasi Akibat Rusuh di Israel

Kerusuhan terjadi di Israel antara dua geng Eritrea.

Liputan6.com, Tel Aviv - Ratusan warga Eritrea saling bentrok di Israel pada Sabtu 2 September 2023 lalu. Mereka adalah pendukung dan penolak pemerintah yang berkuasa di Eritrea. Bentrokan yang terjadi menyebabkan puluhan polisi Israel terluka.

Kerusuhan itu terjadi di Tel Aviv dan melibatkan para pengungsi di Israel. Selain rusuh, para warga Eritrea itu juga merusak toko-toko.

Berdasarkan laporan AP News, Senin (4/9/2023), para perusuh Eritrea itu saling membawa kayu konstruksi, besi, batu, dan ada yang membawa kapak. Salah satu pendukung pemerintah Eritrea ada yang terlihat berlumuran darah di taman bermain anak-anak.

Bentrokan ini terjadi saat peringatan 30 tahun kekuasaan Presiden Isaias Afwerki. Kelompok itu pun bertemu di Kedutaan Besar Eritrea. 

Pemerintah Israel pun ingin menghukum dengan cara deportasi. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta agar para pelaku langsung dideportasi saja.

"Kami ingin mengambil tindakan keras terhadap para perusuh, termasuk langsung mendeportasi mereka yang terlibat," tegas PM Netanyahu.

Netanyahu berkata orang-orang yang mendukung rezim Afwerki tidak berhak mendapat status pengungsi dan bisa pulang saja ke negaranya.

"Jika mereka amat mendukung rezim tersebut, mereka lebih baik kembali ke negara asal mereka," tambah Benjamin Netanyahu.

 

2 dari 2 halaman

160 Orang Terluka

Menurut laporan The Jerusalem Post, ada setidaknya 160 orang yang terluka akibat bentrokan Eritrea. Ada delapan orang yang kondisinya serius, 13 kondisi moderat, dan 93 lainnya luka ringan.

Ada hampir 50 polisi yang terluka, mayoritas luka lebam dan luka lainnya akibat lemparan batu.

Para korban terluka dibawa ke Sheba Medical Center, Shamir Medical Center, Wolfson Medical Center, dan Beilinson Medical Center.

Dua orang yang dibawa ke Sheba Medical Center kondisinya kritis, dan salah satunya kehilangan kesadaran.

Tiga korban luka serius dibawa ke Beilinson. Ada 26 orang yang dibawa ke Wolfon, termasuk sembilan polisi.

Namun, aksi polisi Israel untuk menyetop kerusuhan mendapatkan kritikan dari kelompok pembela pengungsi. Para pendemo disebut hanya ingin protes karena Kedubes Eritrea kerap ikut campur kepada kehidupan orang-orang yang kabur dari Eritrea.

Pada Agustus lalu, demo serupa terjadi di Swedia, Kanada, dan Amerika Serikat.