Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Uni Eropa (UE) dan World Cleanup Day Indonesia berkolaborasi menyelenggarakan acara City Clean-up di SMP Negeri 195 Jakarta pada 9 September 2023.
Acara ini mengawali serangkaian program European Union Green Diplomacy Weeks Indonesia 2023 yang akan berlangsung hingga November 2023.
Baca Juga
European Union Green Diplomacy Weeks atau Pekan Diplomasi Hijau Uni Eropa adalah kampanye global tahunan yang diluncurkan oleh Uni Eropa dan negara anggotanya, untuk mendorong kerja sama dalam perubahan iklim dan menginspirasi tindakan nyata dalam menghambat efek perubahan iklim.
Advertisement
Menurut informasi yang Liputan6.com terima, acara City Clean-up di SMP Negeri 195 Jakarta dihadiri oleh ratusan siswa dari SMP Negeri 195 Jakarta serta sekolah-sekolah di sekitar area tersebut. Para peserta, dibantu oleh para relawan, dengan semangat membersihkan area sekitar dari berbagai jenis sampah.
Tak hanya para siswa, masyarakat umum juga ikut aktif dengan mendaftarkan diri mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Semangat bersama untuk menciptakan kota yang bersih dan hijau begitu terasa dalam acara ini.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Anggiat Pardosi, menyambut baik program kolaborasi Kedutaan Besar Uni Eropa dan World Cleanup Day Indonesia di SMP Negeri 195 Jakarta.
Ia mengungkapkan kepada Liputan6.com bahwa acara ini mampu menciptakan kebiasaan yang baik bagi para siswa, "Ada rantai yang menyambungkan para siswa dan keadaan lingkungan ini, yang diharapkan mampu menjaga keberlangsungan hidup Bumi," katanya.
Dengan suksesnya acara City Clean-up ini, Kedutaan Besar Uni Eropa dan World Cleanup Day Indonesia berharap dapat memberikan inspirasi bagi komunitas lain di seluruh Indonesia untuk turut serta dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.
Momentum ini juga menunjukkan betapa kuatnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi internasional, dan komunitas lokal dalam menciptakan perubahan positif bagi lingkungan. Dengan semangat yang sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk masa depan yang lebih baik.
Edukasi dan Kesadaran Lingkungan untuk Generasi Penerus
Andy Bahari, National Leader World Cleanup Day Indonesia, mengungkapkan kepada Liputan6.com berbagai alasan dan pertimbangan mereka dalam memilih area ini sebagai tempat berlangsungnya acara City Clean-up 2023.
Kami memilih area di sekitar SMP Negeri 195 Jakarta karena World Cleanup Day Indonesia ingin terfokus kepada para generasi penerus, yaitu anak-anak sekolah. Pihak Uni Eropa mengajak kami untuk membuat program ini menjadi program edukasi bagi para siswa," ujar Andy.
Andy juga mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan sekitar dirasa tidak ramah lingkungan, khususnya bagi para siswa yang belajar di sekolah secara penuh dari Senin hingga Jumat.
"Area ini dekat dengan sekolah tetapi penuh dengan sampah, miris. Kami ingin memantik kesadaran anak-anak tentang pentingnya kebersihan lingkungan yang berkelanjutan," sambung Andy.
Tak hanya mengedepankan edukasi formal, World Cleanup Day Indonesia juga berharap agar pihak sekolah, khususnya para guru dapat berperan dalam membimbing para siswa untuk terus menjaga lingkungan agar tetap hijau.
Advertisement
Masalah Utama Kerusakan Lingkungan Adalah Sampah Plastik
Pada kesempatan ini, Henriette Faergemann, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, berbagi pandangan mengenai peran penting kolaborasi internasional dalam menjaga lingkungan Bumi.
"Kami percaya bahwa bekerja sama dengan Indonesia merupakan langkah krusial dalam mengatasi permasalahan lingkungan global. Dengan upaya ini, kami berharap dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan memotivasi masyarakat dan komunitas lokal untuk turut berperan," ujar Faergemann.
Henriette Faergemann juga memberikan sebuah solusi untuk menangani permasalahan lingkungan global, yaitu dengan memahami dan menerapkan konsep ekonomi sirkular.
"Saya akan terus mendorong konsep ekonomi sirkular sebagai cara yang terbaik untuk mengurangi limbah. Konsep ini jelas memiliki keunggulan dibanding konsep ekonomi lainnya, salah satunya adalah dapat memproduksi barang yang bisa digunakan berkali-kali sehingga tidak akan merusak lingkungan," Henriette Faergemann menambahkan.
Selain mengungkapkan hal-hal tersebut, Henriette Faergemann juga menyatakan kepada Liputan6.com bahwa masalah utama yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah penggunaan plastik.
"80% sampah di lautan berasal dari daratan, dan itu semua disebabkan oleh kita, manusia. Manusia yang menghasilkan sampah, manusia juga yang harus menciptakan solusi untuk mengurangi sampah. Kita dapat melihat di sini bahwa banyak sampah plastik berserakan yang bisa kita kumpulkan dalam satu kantong sampah ini,” ujar Henriette Faergemann.
Henriette Faergemann juga menjelaskan bahwa sampah plastik yang ada di sekitar lingkungan SMP Negeri 195 dapat berdampak pada kerusakan laut.
"Sampah-sampah yang ada di sini, jika tidak dibersihkan sekarang kemungkinan akan berakhir di lautan, dan itu akan lebih sulit untuk dibersihkan," Henriette Faergemann menambahkan.