Sukses

Wajah CEO Maskapai RyanAir Dilempar Pai oleh Aktivis Iklim

CEO maskapai RyanAir menjadi sasaran kekesalan para aktivisi iklim.

Liputan6.com, Brussel - CEO RyanAir Michael O'leary dilempari kue oleh dua wanita aktivis iklim. Para aktivis tersebut menyebut pesawat-pesawat RyanAir berkontribusi pada perubahan iklim. 

Selama ini, maskapai penerbangan memang menjadi "musuh" dari aktivis iklim karena emisinya yang besar. 

Berdasarkan laporan Politico, Sabtu (9/9/2023), CEO RyanAir sedang berada di Brussel ketika insiden pelemparan kue itu terjadi. Ia di Eropa untuk mengirim petisi ke Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Masalahnya adalah Uni Eropa memiliki aturan yang melarang maskapai terbang ke negara lain ketika pegawai kendali air traffic di negara itu sedang demo. CEO RyanAir meminta agar ada perlindungan terhadap maskapai ketika hal itu terjadi.

Usai wajahnya dilempar pai (kue isi krim), CEO RyanAir menanggapi dengan santai dan tersenyum karena disambut "hangat".

Ia malah menyindir balik para pegiat lingkungan karena krimnya tidak asli.

"Sayangnya, mereka adalah pegiat lingkungan dan krimnya artifisial. Saya mengundang para penumpang ke Irlandia yang memiliki krim yang lebih baik," ujar CEO RyanAir.

Di X (Twitter), CEO RyanAir kembali menggunakan insiden itu untuk promosi.

"Para penumpang amat senang dengan rute dan petisi kami sehingga mereka merayakannya dengan kue," ujar akun resmi RyanAir.

Menurut DW Indonesia, RyanAir merupakan maskapai yang paling berpolusi di Eropa dengan emisi 13,3 juta ton CO2 tahun lalu.

2 dari 4 halaman

Ganasnya Dampak Perubahan Iklim, 140 Juta Orang Bakal Jadi Pengungsi

Sebelumnya dilaporkan, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid menyatakan, perubahan iklim telah memperlebar kesenjangan di tengah masyarakat.

Hal itu menurut Arsjad Rasjid yang juga merupakan penggagas gerakan 5P atau 5P Movement telah menyebabkan masyarakat kalangan bawah terjebak dalam kondisi yang memprihatinkan.

Dalam sambutannya di acara peluncuran gerakan 5P di Jakarta Pusat, Kamis (7/09/2023) kemarin, Arsjad Rasjid mengatakan bahwa manifestasi kesenjangan itu adalah ancaman gizi buruk yang telah menjangkau lebih dari 149,2 juta anak di bawah usia lima tahun.

Sementara itu, negara-negara berkembang menanggung beban yang jauh lebih berat daripada negara maju, akibat bencana, penyakit, konflik sumber daya, dan perdagangan manusia.

140 Juta Orang di Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin akan Jadi Pengungsi

Bank Dunia memprediksikan, pada 2050, lebih dari 140 juta orang di Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin akan menjadi pengungsi karena bencana perubahan iklim yang ekstrem. Sementara itu, penyumbang emisi terbesar saat ini berasal dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat sekitar 25% dan Uni Eropa sebesar 22%.

“Dihadapkan pada kesenjangan yang mengakibatkan derajat kemanusiaan sebagian penduduk bumi terlempar dan terancam, kita perlu bertindak sekarang. Kesenjangan, yang diperburuk oleh ancaman pemanasan global itu terkait erat dengan sistem yang kita bangun saat ini. Harus ada perubahan dan gerakan ini harus dimulai dari sekarang. Ini yang melandasi lahirnya Gerakan 5P Indonesia,” ujarnya.

Arsjad Rasjid menegaskan, Gerakan 5P ingin mengajak masyarakat global untuk beralih dari pendekatan pembangunan yang murni ekonomi kepada pendekatan berbasis nilai. Tanpa nilai, tidak ada kemajuan yang berkelanjutan.

Pasalnya, wacana ekonomi kontemporer seringkali mengabaikan topik-topik penting, terkait nilai-nilai etis, keyakinan agama, aspirasi generasi muda penerus masa depan, atau aspirasi dari komunitas akar rumput. “Gerakan ini ingin mendefinisikan kembali kemajuan, dan memastikan kemajuan itu tercapai secara etis, inklusif, dan berkelanjutan dengan menanamkan perdamaian, harmoni, dan toleransi,” katanya.

3 dari 4 halaman

Pembangunan Inklusif

Seperti diketahui, visi kerangka pembangunan inklusif, 5P, tidak muncul mendadak. Hal itu tercetus saat percakapan mendalam Arsjad Rasjid dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Roma, Italia pada tahun 2021. Gerakan 5P juga terinspirasi dari konsep universal Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika,” yang menekankan persatuan di tengah keberagaman, dan “Gotong Royong,” yaitu kemitraan yang setara dan tidak mengabaikan siapapun.

Arjad Rasjid menjelaskan, setelah diluncurkan, 5P Indonesia akan terlibat aktif pada event COP-28 di Dubai, Uni Emirat Arab, pada November hingga Desember mendatang. Melalui Alva Motor, kendaraan listrik buatan Indika Group tersebut, dengan Arsjad sebagai CEO dan President Direktur, bakal menjadi kendaraan resmi untuk mempromosikan COP-28 melalui kampanye “10.000 kilometers for good energy.” Alva Motor menjadi kendaraan yang akan menempuh perjalanan 10.000 kilometer, untuk menunjukkan keseriusan global dalam mewujudkan transformasi energi hijau melalui kendaraan listrik.

Produk buatan Indonesia tersebut bahkan telah menjelajahi Vatican, kediaman Paus Fransiskus, setelah Arsjad berkunjung ke Vatikan untuk menyampaikan peluncuran Gerakan 5P Indonesia dan mendonasikan 10 (sepuluh) unit Alva Cervo Motor untuk transportasi hijau di lingkungan Vatican.

“Misi kami adalah menciptakan pertumbuhan yang inklusif, di mana setiap komunitas, setiap generasi muda, dan setiap agama menjadi pemangku kepentingan. Bagi kami, itu adalah arti dari kesejahteraan yang sesungguhnya,” kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Gerakan 5P

Gerakan 5P mengusung lima tujuan mulia, yakni Peace (Perdamaian), Prosperity (Kesejahteraan), People (Masyarakat), Planet (Bumi), dan Partnership (Kolaboratif Inklusif).

Dalam seremoni peluncuran tersebut, Arsjad Rasjid didampingi oleh Dewan Pembina 5P Indonesia, I Gede Ngurah Swajaya, dan Ketua Yayasan Lima Cakra Buana, William Syahbandar. Yayasan tersebut menjadi tempat bernaung Gerakan 5P Indonesia.

Acara seremoni dikemas dalam rangkaian talkshow, testimoni, dan diskusi, yang dihadiri oleh sejumlah tokoh dunia, di antaranya Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Ashraf Mohamed Moguin Sultan, Duta Besar Maroko untuk Indonesia, H.E Ouadia Benabdellah, Asisten Direktur Divisi Pendidikan, Pemuda dan Olahraga ASEAN, Roger Yap Chao Jr, Rektor Universitas Islam Indonesia, Komaruddin Hidayat, serta Presiden COP-24 dan Mantan Menteri Iklim dan Lingkungan Polandia, Michal Kurtyka.