Liputan6.com, Riyadh - Sebanyak 107 orang tewas dan 238 luka-luka akibat robohnya derek konstruksi yang terjadi pada Jumat, 11 September 2015 di Masjidil Haram, Mekkah.
Tragedi ini terjadi karena badai hebat yang kemudian merobohkan crane atau derek konstruksi pada Jumat sore hari itu. Foto dan video di media sosial yang beredar menunjukkan derek jatuh ke atap Masjidil Haram Mekkah, dan sejumlah jasad serta puing-puing yang tersebar di halaman.
Baca Juga
Melansir dari CNN, derek itu roboh sepuluh hari sebelum dimulainya ibadah Haji, ibadah tahunan yang diperkirakan akan diikuti oleh 2 juta jemaah menuju Mekkah.
Advertisement
Masjidil Haram adalah masjid terbesar di dunia dan mengelilingi situs paling suci umat Islam, Ka'bah – sebuah tempat suci berbentuk kubus yang dikelilingi oleh jemaah.
Salah satu saksi melaporkan bahwa cuaca yang buruk turut mempengaruhi terjadinya kekacauan setelah crane itu terguling.
Yahya Al Hashemi, seorang kontributor CNN iReporters, menceritakan, "Kami baru saja menyelesaikan wudhu dan bersiap-siap menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan sholat Maghrib. Tiba-tiba terjadi badai pasir yang berubah menjadi hujan lebat. Banyak papan penutup konstruksi yang beterbangan, dan terdengar banyak suara retakan, yang sayangnya berakhir dengan tragedi ini. Semua orang berusaha untuk keluar dari dalam menuju pintu keluar."
Mayor Jenderal Suleiman al-Amro, Direktur Pertahanan Sipil Arab Saudi, mengatakan bahwa lebih dari 50 tim penyelamat dan 80 ambulans segera menuju ke masjid untuk melakukan operasi penyelamatan setelah crane roboh pada pukul 17.24 waktu setempat.
Badai Besar Menjadi Penyebab Tragedi
Pada Jumat pukul 16.00 waktu setempat, Mekkah dilanda badai petir yang hebat, mengakibatkan angin kencang berubah arah dan menurunkan suhu lokal dari 42 hingga 25 derajat Celsius, menurut laporan ahli meteorologi CNN.
Khaled Al-Maeena, editor Saudi Gazette di Jeddah, mengungkapkan bahwa badai tersebut sangat kuat sehingga menyebabkan pohon-pohon tumbang dan jendela-jendela pecah di seluruh Mekkah. Menurutnya, kejadian derek roboh terjadi pada saat masjid dipadati orang.
"Jika hal ini terjadi satu jam kemudian, konsekuensinya akan jauh lebih parah," ungkapnya.
"Kalau kejadian ini terjadi lima jam atau empat jam lebih awal, saya kira jumlah korban jiwa bisa mencapai ribuan."
Dia menjelaskan bahwa derek konstruksi mengelilingi Masjidil Haram yang sedang diperluas untuk mempermudah pelaksanaan ibadah haji.
"Ironisnya, perluasan ini dilakukan untuk menjamin kesejahteraan para jemaah," ujarnya.
Masjidil Haram sudah tidak asing dengan tragedi, hal ini sering kali terjadi karena banyaknya kerumunan orang di Mekkah selama ibadah haji.
Advertisement
61 Jemaah WNI Jadi Korban
Dalam peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram pada Jumat 11 September 2015, sedikitnya 61 orang jemaah haji Indonesia menjadi korban. Sebagian besar mereka mengalami luka berat, sedangkan 12 di antaranya meninggal dunia.
Pemerintah Saudi Arabia menjanjikan santunan bagi seluruh korban peristiwa itu. Masing-masing korban tewas dan cacat permanen akan mendapatkan uang senilai 1 juta riyal, dan keluarga atau ahli warisnya diundang berhaji pada musim tahun berikutnya.
Sedangkan bagi korban luka, dijanjikan mendapatkan uang 500 ribu riyal dan diberi kesempatan untuk mengulang atau menyempurnakan ibadah hajinya.
Untuk merealisasikan janjinya, Pemerintah Saudi telah membentuk komite khusus yang mulai bekerja sejak tahun 2015 lalu.
Direktur Departemen Kesehatan Saudi Arabia Mustafa Baljoun mengatakan, proses pemberian santunan diupayakan bersih dari kecurangan dan penyalahgunaan.
"Data pribadi setiap korban akan dicek secara teliti berdasarkan waktu penanganan di rumah sakit. Data itu mencakup nama, kebangsaan, paspor, alamat, dan seterusnya. Data lengkap akan diteruskan kepada otoritas yang bersangkutan," kata Mustafa sebagaimana dikutip Saudi Gazette, Kamis 8 Oktober 2015.
Rincian Santunan yang Diterima Korban Crane Jatuh di Masjidil Haram
Pada 2019, pemerintah melalui Kedutaan Besar Repulik Indonesia (KBRI) Riyadh menerima cek santunan bagi para korban musibah jatuhnya crane di komplek Masjidil Haram, Mekkah. Cek dari Khadimul Haramain as-Syarifain Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud ini sebagai pertanggungjawaban kejadian yang berlangsung pada musim haji 2015.
Cek yang diterima senilai USD 6,13 juta setara dengan Rp85,1 miliar saat itu. Santunan diserahkan Penasehat Hukum Deputi Konsuler Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, Mohammad Alshammeri dan diterima Kordinator Perlindungan Warga KBRI Riyadh Raden Ahmad Arief di Kantor Kementerian Luar Negeri, Riyadh Arab Saudi.
Cek santunan berjumlah 35 lembar dan terdiri dari dua nominal. Pertama USD 133.333 (setara 500 ribu Riyal) atau Rp1,8 miliar untuk korban luka berat.
Kedua dengan nominal USD 266.666,66 setara Rp 3,7 miliar untuk korban meninggal dan korban cacat permanenl
Adapun dari 1 Cek untuk korban luka berat masih perlu pencocokan data paspor dan secepatnya akan direalisasikan sehingga total menjadi lengkap 36 cek.
Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel mengaku hampir tiap minggu para keluarga ahli waris di Indonesia menghubungi pihaknya.
"Sejak kami mulai bertugas di KBRI Maret 2016 akan selalu prioritaskan untuk menyelesaikan kasus crane dengan melakukan upaya komunikasi dengan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi” ujar dia dalam keterangannya, Senin (2/9/2019).
Untuk ini, dia mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman atas empati dan perhatian yang luar biasa kepada para jamaah haji Indonesia korban musibah crane yang terjadi pada 11 September 2015.
Dia bahkan langsung mengirim surat ucapan terimakasih kepada Raja Salman dan Putra Mahkota MBS. Surat yang sama juga dikirimkan kepada Gubernur Mekkah Pangeran Khalid al-Faisal serta berbagai kementerian terkait di Arab Saudi.
Mulai Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, Kementerian Dalam Negeri KSA, Kementerian Kesehatan KSA, Kementerian Keuangan KSA atas dukungannya dalam merealisasikan santunan korban crane ini.
Advertisement