Sukses

Kim Jong Un Disebut dalam Perjalanan ke Rusia untuk Bertemu Vladimir Putin

Media Korea Selatan yang mengutip pernyataan seorang pejabat pemerintah melaporkan bahwa kereta lapis baja yang digunakan Kim Jong Un untuk melawat telah meninggalkan Pyongyang.

Liputan6.com, Pyongyang - Kim Jong Un dilaporkan tengah dalam perjalanan menuju Vladivostok, Rusia, untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.

Media Korea Selatan yang mengutip pernyataan seorang pejabat pemerintah melaporkan bahwa kereta lapis baja yang digunakan Kim Jong Un untuk melawat telah meninggalkan Pyongyang. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (11/9/2023).

Pertemuan diperkirakan akan berlangsung paling cepat Selasa (12/9) waktu setempat.

Kantor berita Rusia, Interfax, sebelumnya melaporkan bahwa Kim Jong Un diperkirakan akan berkunjung dalam beberapa hari mendatang.

Jika pertemuan dengan Putin terlaksana maka ini akan tercatat sebagai perjalanan internasional pertama Kim Jong Un dalam lebih dari empat tahun dan yang pertama sejak pandemi COVID-19.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) sebelumnya menyatakan bahwa kelak fokus pembahasan Putin dan Kim Jong Un adalah soal potensi penyediaan senjata oleh Korea Utara untuk mendukung Rusia dalam perang Ukraina.

Perjalanan terakhir Kim Jong Un ke luar negeri juga ke Vladivostok, tepatnya pada tahun 2019. Lawatan itu mencatat pertemuan puncak pertamanya dengan Putin setelah gagalnya perundingan perlucutan senjata nuklir Korea Utara dengan Presiden AS saat itu, Donald Trump.

Kereta lapis baja yang mengangkut Kim Jong Un dikabarkan memiliki setidaknya 20 gerbong antipeluru, membuatnya lebih berat dari rata-rata kereta pada umumnya dan tidak mampu melaju melebihi 59 km/jam. Perjalanannya ke Vladivostok diperkirakan menempuh waktu satu hari penuh.

2 dari 2 halaman

Korea Utara-Rusia Bakal Barter Senjata dengan Pangan dan Bahan Baku?

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby sebelumnya mengatakan bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu telah mencoba meyakinkan Pyongyang untuk menjual amunisi artileri ke Rusia selama kunjungannya baru-baru ini ke Korea Utara.

Ankit Panda, analis dari Carnegie Endowment for International Peace menilai bahwa KTT Kim Jong Un dan Putin diadakan pada saat kedua pihak memiliki hal-hal yang diinginkan satu sama lain.

"Yang penting sekarang adalah jika kedua belah pihak dapat menemukan harga yang sesuai, mereka bersedia membayar untuk membantu satu sama lain," tutur Ankit.

Rusia, ungkap Ankit, kemungkinan akan meminta senjata konvensional kepada Korea Utara, termasuk peluru artileri dan artileri roket dengan imbalan makanan dan bahan baku dan melanjutkan dukungan di forum internasional seperti PBB.

"Hal ini dapat membuka kemungkinan Korea Utara mentransfer persenjataan yang lebih canggih ke Rusia, sehingga memungkinkan Rusia memelihara dan mengisi kembali persediaan senjata konvensionalnya," kata Ankit.

Diperkirakan bahwa Rusia mungkin memerlukan peluru kaliber 122mm dan 152mm karena persediaannya semakin menipis, namun tidak mudah untuk menilai seluruh persediaan artileri Korea Utara mengingat sifat rahasianya.

Senjata yang dipamerkan dalam kunjungan menhan Rusia pada Juli termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong, yang diyakini sebagai ICBM pertama di negara tersebut yang menggunakan bahan bakar padat.

Kunjunan Menhan Shoigu itu menandai kali pertama Kim Jong Un membuka pintu negaranya untuk tamu asing sejak pandemi COVID-19.