Sukses

Libya Selidiki Ambruknya 2 Bendungan Pasca Banjir Bandang Dahsyat, Korban Tewas Capai 11.300 Orang

Bulan Sabit Merah Libya menyatakan lebih dari 10.000 orang hilang akibat banjir bandang Libya, sementara korban tewas mencapai 11.300 orang sejauh ini.

Liputan6.com, Tripoli - Pihak berwenang Libya membuka penyelidikan atas runtuhnya dua bendungan, sepekan setelah banjir bandang dahsyat di Kota Derna yang terletak di wilayah timur negara itu menewaskan lebih dari 11.000 orang.

Jaksa Agung Libya al-Sediq al-Sour mengatakan pihaknya akan menyelidiki runtuhnya dua bendungan yang dibangun pada tahun 1970-an tersebut dan alokasi dana pemeliharaannya. Dia menerangkan lebih lanjut bahwa jaksa tidak hanya akan menyelidiki otoritas kota, namun juga pemerintah sebelumnya.

"Saya meyakinkan warga bahwa siapa pun yang melakukan kesalahan atau kelalaian, jaksa pasti akan mengambil tindakan tegas, mengajukan kasus pidana terhadapnya dan mengirimnya ke pengadilan," kata al-Sediq al-Sour di Derna pada Jumat (15/9/2023) malam, seperti dilansir AP Minggu (17/9).

Menurutnya, penyelidikan akan melibatkan penyelidik dari berbagai wilayah di Libya.

Penyelidikan seperti itu akan menghadapi hambatan besar mengingat perpecahan politik yang masih ada di Libya, sekalipun kehancuran akibat bencana menghasilkan momen persatuan yang jarang terjadi, di mana warga Libya dari kedua belah pihak bergegas memberikan bantuan ke Derna.

Jalel Harchaoui, pakar Libya di Royal United Services Institute for Defense and Security Studies yang berbasis di London, menilai bahwa penyelidikan dapat menimbulkan "tantangan unik" bagi otoritas kehakiman. Pasalnya, hal ini dapat mengarah pada jajaran kepemimpinan tertinggi di Wilayah Timur dan Barat Libya yang diperintah oleh dua otoritas berbeda.

Pada Sabtu (16/9), stasiun televisi lokal melaporkan bahwa Wali Kota Derna Abdel-Moneim al-Gaithi diberhentikan sementara menunggu penyelidikan atas bencana banjir bandang Libya. Sebagai gantinya, Ahmed Amdour ditunjuk sebagai penjabat wali kota.

2 dari 3 halaman

Keprihatinan Soal Penyebaran Penyakit Lewat Air

Banjir bandang Libya yang terjadi akhir pekan lalu dipicu oleh hujan deras yang disebabkan Badai Daniel.

Bulan Sabit Merah Libya menyatakan lebih dari 10.000 orang hilang, sementara korban tewas mencapai 11.300 orang sejauh ini.

Kepala departemen darurat kelompok bantuan Doctors Without Borders Claire Nicolet mengatakan bahwa tim penyelamat menemukan banyak mayat pada Jumat dan masih melakukan pencarian.

"Jumlahnya sangat besar … Laut masih mengirim banyak mayat," katanya kepada AP.

Dia menegaskan bahwa upaya bantuan besar masih diperlukan, termasuk dukungan psikologis mendesak bagi mereka yang kehilangan keluarga. Pemakaman jenazah, ujarnya, masih menjadi tantangan besar. Namun, sudah ada kemajuan dalam koordinasi upaya pencarian dan penyelamatan serta distribusi bantuan.

Pihak berwenang dan kelompok bantuan telah menyuarakan keprihatinan mengenai penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air.

Haider al-Saeih, kepala pusat pemberantasan penyakit Libya, mengatakan pada Sabtu (16/9), setidaknya 150 orang menderita diare setelah meminum air yang terkontaminasi di Derna. Dia mendesak warga hanya minum air kemasan, yang dikirimkan sebagai bagian dari upaya bantuan.

3 dari 3 halaman

Tidak Ada Peringatan

Sejak tahun 2014, Libya Timur berada di bawah kendali Jenderal Khalifa Hifter dan Tentara Nasional Libya yang dipimpinnya. Pemerintahan saingannya, yang berbasis di ibu kota, Tripoli, mengendalikan sebagian besar dana nasional dan mengawasi proyek-proyek infrastruktur.

Saat berkunjung ke Derna pada Jumat, Hifter menjanjikan promosi kepada semua personel militer yang terlibat dalam upaya bantuan.

Pejabat lokal di kota itu telah memperingatkan masyarakat tentang badai yang akan datang dan Sabtu (9/9), lalu memerintahkan warga untuk mengungsi dari daerah pesisir di Derna menyusul ancaman gelombang laut. Namun, tidak ada peringatan mengenai bendungan yang jebol pada Senin (11/9) pagi mengingat sebagian besar warga tertidur di rumah mereka.

Laporan oleh badan audit yang dikelola negara pada tahun 2021 menyebutkan bahwa kedua bendungan tersebut tidak dipelihara meskipun ada alokasi lebih dari USD 2 juta untuk tujuan tersebut pada tahun 2012 dan 2013.

Sementara itu, pihak berwenang Libya telah membatasi akses ke Kota Derna yang dilanda banjir untuk memudahkan tim pencari menggali lumpur dan melubangi bangunan dalam upaya pencarian lebih dari 10.000 orang yang masih hilang. Banyak jenazah diyakini terkubur di bawah reruntuhan atau tersapu ke Laut Mediterania.

Badai juga melanda daerah lain di Libya Timur, termasuk Kota Bayda, Susa, Marj, dan Shahatt. Puluhan ribu orang telah mengungsi di wilayah-wilayah tersebut, di mana mereka berlindung di sekolah-sekolah dan gedung-gedung pemerintah lainnya.

Puluhan orang asing turut tewas akibat banjir bandang Libya, termasuk 74 pria migran dari satu desa di Mesir.

Pihak berwenang Malta mengatakan mereka menemukan lebih dari 80 mayat selama pencarian darat dan laut pada Jumat. Satu orang ditemukan hidup di lepas pantai Derna. Angkatan bersenjata Malta telah menjalankan upaya bantuan di Libya sejak Rabu (13/9).