Sukses

Macron: Duta Besar dan Diplomat Kami Disandera di Kedutaan Prancis di Niger

Setelah menguasai Niger pada Juli 2023, junta militer memerintahkan Duta Besar Prancis Sylvain Itte untuk meninggalkan negara tersebut. Namun, diplomat Prancis itu bergeming.

Liputan6.com, Paris - Duta Besar Prancis untuk Niger dan sejumlah diplomat Prancis lainnya disandera di Kedutaan Prancis di Niamey. Hal tersebut dikonfirmasi Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Berbicara kepada wartawan saat berkunjung ke Wilayah Cote D’Or di Prancis pada Jumat (15/9/2023), Presiden Macron mengatakan bahwa pengiriman makanan dilarang ke kedutaan di Niamey dan bahwa duta besar memakan jatah militer.

"Duta Besar Sylvain Itte tidak bisa keluar, dia adalah persona non grata, dan tidak diizinkan menerima kiriman makanan," kata Macron, seperti dilansir CNN, Minggu (17/9/2023).

Setelah menguasai negara Afrika Barat tersebut pada Juli 2023, junta militer Niger memerintahkan Itte untuk meninggalkan negara tersebut. Mereka kemudian mencabut visanya dan memerintahkan polisi untuk mengusirnya.

Namun, Itte tetap menjabat. Pihak berwenang Prancis menegaskan kembali bahwa mereka tidak mengakui otoritas junta militer Niger.

2 dari 2 halaman

Masih Bekerja Meski Disandera

Ketika ditanya apakah dia akan berupaya memulangkan duta besarnya, Macron menekankan otoritas presiden terguling Niger Mohamed Bazoum, dengan mengatakan, "Saya akan melakukan apa pun yang kami sepakati dengan Presiden Bazoum karena dia adalah otoritas yang sah dan saya berbicara dengannya setiap hari."

Menurut Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, Itte masih bekerja.

"Duta Besar masih bekerja, saya bisa memastikannya ... masih ada tim kecil yang bersamanya," kata Colonna dalam wawancara dengan saluran TV Prancis LCI.

Colonna menambahkan bahwa Itte akan bertahan selama Paris menginginkannya tetap di Niamey.

"Kembalinya dia adalah keputusan Presiden Macron," imbuhnya