Liputan6.com, Rabat - Maroko membantah pernyataan Menteri Luar Negeri Prancis Catherina Colonna yang mengatakan Presiden Emmanuel Macron akan mengunjungi negara itu.
Seorang pejabat Maroko seperti dikutip kantor berita MAP menegaskan bahwa Macron tidak memiliki agenda atau rencana kunjungan ke Maroko.
"Saya terkejut bahwa menteri luar negeri Prancis mengambil inisiatif sepihak dan membebaskan dirinya membuat pengumuman tanpa mengadakan pembicaraan mengenai isu penting bagi kedua belah pihak," ungkap pejabat yang menolak menyebutkan namanya itu, seperti dilansir Anadolu, Selasa (19/9/2023).
Advertisement
Colonna pada Jumat (15/9), menuturkan kepada saluran televisi lokal bahwa Macron berencana mengunjungi Maroko atas undangan Raja Mohammed VI.
Prancis pada 8 September telah menawarkan bantuan pasca gempa Maroko mematikan. Namun, tawaran tersebut ditolak Maroko dan sejauh ini, negara itu hanya menerima bantuan dari Qatar, Inggris, Uni Emirat Arab, dan Spanyol.
Macron pun merespons penolakan Maroko.
"Ada banyak kontroversi yang tidak beralasan dalam beberapa hari terakhir ini," kata Macron melalui sebuah video, seperti dilansir The Guardian beberapa hari lalu. "Ada kemungkinan untuk memasok bantuan kemanusiaan secara langsung. Ini jelas tergantung pada Yang Mulia Raja dan pemerintah Maroko, dengan cara yang sepenuhnya sesuai dengan kedaulatan mereka, untuk mengatur bantuan internasional."
"Saya berharap semua kontroversi yang memecah belah dan memperumit masalah pada momen tragis ini dapat mereda demi menghormati semua pihak yang terlibat."
Reaksi Macron tersebut menimbulkan kontroversi di Prancis. Ada yang menilai bahwa dia merindukan masa kolonial di Maroko.
Angka kematian akibat gempa Maroko mencapai 2.946 orang, dengan korban luka melampaui 5.600 orang.
Hubungan Maroko-Prancis Disandera Sejumlah Isu
Dilansir Aawsat, hubungan antara Maroko dan Rabat mencapai titik terendah baru dalam beberapa bulan terakhir meskipun Colonna sempat berkunjung ke Rabat pada Desember 2022.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengatasi perselisihan antar negara.
Ketegangan meletus dua tahun lalu ketika Prancis memutuskan mengurangi jumlah visa yang diberikan kepada warga Maroko, serta kebijakan Prancis terhadap isu Sahara yang kontroversial, dan keberpihakan Prancis pada Aljazair.
Hubungan menjadi semakin tegang setelah Prancis mengkritik kebebasan pers di Maroko.
Â
Advertisement