Liputan6.com, Teheran - Badai debu melanda Iran dan dilaporkan menewaskan sejumlah orang.
"Setidaknya tiga orang tewas dan lebih dari 1.300 lainnya memerlukan perawatan medis ketika badai debu menyapu Provinsi Sistan-Baluchistan di tenggara Iran," media pemerintah melaporkan pada Jumat 22 September 2022.
Badai seperti ini semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir di selatan Iran karena lahan basah semakin mengering dan memicu kelangkaan air di kawasan.
Advertisement
Kantor berita resmi IRNA mengutip kepala manajemen krisis provinsi tersebut, Majid Mohebi, mengatakan "tiga orang meninggal dalam kecelakaan yang disebabkan oleh berkurangnya jarak pandang pekan ini."
Selama tiga hari terakhir "1.346 orang… telah mencari bantuan medis dari rumah sakit dan pusat kesehatan," tambah Mohebi.
Mereka adalah penduduk lima kota yang berdekatan di Sistan-Baluchistan dekat perbatasan dengan Afghanistan, menurut Mohebi.
Mohebi mengatakan masalah yang paling umum adalah penyakit pernafasan, jantung dan mata.
Perkiraan yang dikeluarkan oleh pusat meteorologi regional memperkirakan bahwa angin kencang dan badai debu Iran terbaru ini akan terus berlanjut selama beberapa hari.
Debu dan badai pasir selalu melanda Timur Tengah, namun menjadi lebih intens dan lebih sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Para ahli mengaitkan tren ini dengan penggembalaan berlebihan dan penggundulan hutan, serta penggunaan air sungai secara berlebihan.
Berkurangnya aliran air di Sungai Helmand telah menyebabkan ketegangan diplomatik antara Iran dan negara tetangga Afghanistan, yang berbagi jalur air tersebut.
Teheran menuduh bendungan hulu yang dibangun oleh Afghanistan membatasi aliran ke danau yang melintasi perbatasan bersama mereka, sementara Kabul menyalahkan faktor iklim sebagai penyebab berkurangnya volume sungai.
Â
Provinsi Sistan-Baluchistan Telah Lama Kekurangan Air
Â
Provinsi Sistan-Baluchistan, yang dilanda gelombang panas parah pada akhir Juli dan awal Agustus, telah lama mengalami kekurangan air.
Media pemerintah IRNA melaporkan bulan lalu bahwa sekitar 1.000 orang telah menerima perawatan di rumah sakit selama beberapa hari karena kenaikan suhu dan badai debu.
Iran, dengan populasi lebih dari 85 juta jiwa, merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan kenaikan suhu global. Negara ini juga mengalami kekeringan yang berulang-ulang serta banjir yang sering terjadi, sebuah fenomena yang menjadi lebih buruk ketika hujan lebat turun di Bumi yang terkena sinar matahari.
Advertisement
Badai Pasir Picu Awan Debu Oranye Selimuti Beijing dan China Utara, Polusi Udara Kian Bahaya
Sebelumnya, badai pasir telah mengakibatkan polusi udara di Beijing, China dilaporkan kian memburuk.
"Badai pasir yang parah telah melanda Beijing dan beberapa provinsi utara di China, menyelimuti wilayah itu dengan awan tebal debu oranye dan menjadikan polusi udara melonjak ke tingkat berbahaya," kata otoritas cuaca negara bagian pada Rabu (22/3/2023) seperti dikutip dari CNN.
Awan tebal menyelimuti ibu kota China di mana indeks kualitas udara PM10 – partikel polusi yang berdiameter kurang dari 10 mikrometer dan dapat masuk melalui hidung lalu masuk ke paru-paru – telah melampaui grafik pemantauan, menurut Beijing Ecological Environment Monitoring Center (Pusat Pemantauan Lingkungan Ekologi Beijing).
Otoritas cuaca di Beijing memperingatkan orang-orang untuk tidak keluar rumah untuk berolahraga dan aktivitas lainnya, dan meminta pengemudi untuk tetap waspada serta mengurangi kecepatan karena jarak pandang yang rendah.
Konsentrasi partikel PM10 mencapai 1.667 mikrogram per meter kubik pada pukul 6 pagi waktu setempat, menurut pusat pemantauan Beijing pada hari Rabu, dengan badan tersebut menyebutnya "badai pasir paling parah hingga saat ini tahun ini."
Angka itu lebih dari 37 kali pedoman rata-rata harian 45 mikrogram per meter kubik yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Beijing secara teratur dilanda badai pasir di musim semi dengan kabut asap yang diperburuk oleh meningkatnya aktivitas industri dan penggundulan hutan yang cepat di seluruh China utara.
Hampir selusin provinsi mengeluarkan sinyal peringatan level kuning dari Rabu 22 Maret hingga Kamis 23 Maret dini hari, termasuk Shaanxi, Shanxi, Hebei, Heilongjiang, Jilin, Liaoning, Shandong, Henan, Jiangsu, Anhui dan Hubei, menurut Administrasi Meteorologi China.
China menggunakan sistem peringatan cuaca empat tingkat, dengan warna merah mewakili peringatan paling parah, di bawahnya ada level oranye, kuning, dan biru.
Badai pasir saat ini berasal dari Mongolia pada Selasa 21 Maret, dan secara bertahap bergerak menuju China tengah dan timur, menurut badan perkiraan cuaca China. Kurangnya curah hujan dan angin bertekanan rendah juga berarti partikel pasir juga menyelimuti negara itu.
Separuh Wilayah Timur Tengah Diselimuti Badai Pasir Ekstrem, Ribuan Orang Dilarikan ke RS
Sebelumnya lagi, Timur Tengah diselimuti Badai pasir ekstrem. Fenomena itu melumpuhkan kehidupan publik di Irak, Suriah dan Iran, pada Senin 23 Mei 2022.
Mengutip DW Indonesia, Rabu (25/5/2022), kondisi tersebut membuat ribuan orang dilarikan ke rumah sakit. Sebab debu pekat menyusup ke rumah-rumah warga.
Badai pasir, yang menggumpal di langit Timur Tengah pada Senin 23 Mei, merupakan badai kesembilan sejak kurang dari dua bulan terakhir. Anomali cuaca ekstrem ini turut menyibukkan ilmuwan iklim karena melihat adanya peningkatan intensitas kekeringan di luar batas normal.
Langit berpendar oranye berbalut debu tebal dari Riyadh hingga Teheran. Angin berhembus dari arah barat dan membawa serta badai pasir yang biasanya tiba di musim semi dan panas. Tapi tahun ini, intensitas badai meningkat di setiap pekan sejak awal Maret silam.
Sejumlah video yang beredar di kanal media sosial Irak menampilkan warga mengenakan penutup wajah di dalam rumah lantaran udara yang pekat. Kementerian Kesehatan di Baghdad mengaku sudah mengirimkan tabung oksigen tambahan ke wilayah-wilayah yang paling terdampak.Â
"Fenomena ini menimpa seluruh wilayah Timur Tengah," kata Jaafar Jotheri dari Universitas al-Qadisiyah di Baghdad. "Tapi setiap negara punya tingkat kerentanan dan kelemahannya masing-masing," imbuhnya.
Advertisement