Sukses

Al-Qur'an Mini Berusia 1.500 Tahun Ditemukan di Sydney Australia

Berawal dari permintaan melihat benda-bena bersejarah dari keluarga Muslim di Sydney Australia, Khaled Sabsabi menemukan banyak koleksi menakjubkan. Salah satunya Al-Qur'an mini kuno.

, Sydney - Berawal dari permintaan melihat benda-bena bersejarah dari keluarga Muslim di Sydney Australia, Khaled Sabsabi menemukan banyak koleksi menakjubkan.

Mengutip ABC Indonesia, Senin (25/9/2023), diketahui bahwa Khaled Sabsabi awalnya meminta komunitas Muslim di Sydney untuk menunjukkan warisan benda-benda berharga dari keluarga mereka kepadanya. Lalu ia tidak mengira akan menemukan koleksi yang menakjubkan, termasuk benda-benda yang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun.

Ada salah satu umat Muslim di Sydney yang mengkoleksi Al-Qur'an selama 20 tahun dengan jumlah melebihi koleksi museum, ujarnya.

"Jumlah manuskrip yang dimiliki orang ini sebagai koleksi pribadi melebihi semua koleksi di Australia," kata Khaled.

Ini merupakan bagian dari proyek "Moments in Waiting" yang sedang dikerjakannya sebagai seorang seniman berdarah Lebanon di Sydney.

Lewat proyek ini, ia mencoba mencari kisah-kisah yang luar biasa dari benda-benda yang mungkin dianggap biasa di rumah-rumah keluarga Muslim di Australia.

Bukan hanya akan menceritakan cerita di balik benda-benda tersebut, proyek seni ini juga ingin menunjukkan keberagaman yang ada di Kota Sydney.

Selain manuskrip-manuskrip tersebut, ia juga melihat koin-koin dari tahun 650, Al-Qur'an dari tahun 1500-an, serta surat-surat tulisan tangan dari seorang tentara yang berjuang untuk Kekaisaran Ottoman.

"[Untuk] bisa mendengar cerita mereka, cara mendapatkannya, serta ide di balik koleksi tersebut… sungguh fenomenal," kata Khaled Sabsabi.

 

 

2 dari 3 halaman

Melawan Rasisme dengan Seni

Pada tahun 1976, Khaled, yang saat itu berusia 11 tahun, beserta keluarganya meninggalkan Tripoli akibat perang saudara di Lebanon yang pecah setahun sebelumnya.

Keluarganya menetap di pinggiran barat Sydney dan mereka sering mendapat perlakuan rasisme.

"Selama tinggal di sana, kami mengalami banyak perlakuan rasis karena ada 'ketakutan dari warga Australia terhadap migran yang jumlahnya terus bertambah'," ujarnya.

"Pengalaman tersebut juga memperkaya pengetahuan tentang siapa saya, dan apa yang saya lakukan, serta semangat dan komitmen saya untuk mencari cara meruntuhkan stereotip."Sebagai seniman, ia ingin menggambarkan seperti apa  "orang yang dianggap berbeda" lewat karya seninya.

Salah satu contoh karyanya dinamakan '70.000 veils', sebuah instalasi video yang menampilkan 10.000 foto yang diputar di 100 layar monitor, serta menggambarkan kehidupan sehari-hari dan perjalanannya di Australia dan negara lain.

Ia juga memproduksi "Wonderland", sebuah video yang menampilkan banyaknya penggemar Western Sydney Wanderers dalam tim A-League.

"Ide-ide hebat lahir ketika kita di ujung tanduk, bukan saat kita merasa nyaman dan puas," kata Khaled.

3 dari 3 halaman

Pelajaran untuk Dunia

Proyek 'Moments in Waiting' merupakan salah satu karya yang masih dalam proses pengerjaan dan akan ditampilkan di Powerhouse Parramatta, yang baru akan dibuka pada tahun 2025.

Tempat ini merupakan lokasi yang cocok untuk karya Khaled, di mana terdapat banyak keberagaman budaya dari kalangan migran di pinggiran Sydney barat.

Kekayaan budaya inilah yang menjadi alasan Khaled ingin tetap tinggal di kawasan tersebut hingga saat ini.

Menurutnya Sydney Barat adalah contoh yang baik bagi komunitas di seluruh dunia soal tempat di mana orang-orang berkumpul.

"Saya sangat percaya pada keragaman budaya dan konstruksi masa depan migrasi dan pengungsian global… baik itu bencana lingkungan atau bencana akibat ulah manusia," kata Khaled."Sydney Barat merupakan perwujudan dari hal tersebut dan memiliki sesuatu yang dapat diajarkan kepada seluruh dunia."