Liputan6.com, Bangkok - Kasus mengejutkan dilaporkan dari Thailand, polisi setempat mendakwa seorang pria yang memukuli hingga tewas putrinya yang berusia dua tahun dan dua bayi laki-lakinya.
Polisi Thailand juga menduga Songsak Songsaeng yang membunuh dua bayi laki-laki lainnya dari pernikahan sebelumnya.
Baca Juga
Mengutip BBC, Selasa (26/9/2023), tuduhan tersebut menyusul penemuan jasad bocah berusia dua tahun yang dikuburkan di bawah lantai dapur pada minggu lalu.
Advertisement
Polisi mengatakan Songsak mengaku mempunyai riwayat penyakit mental - dan dia membunuh anak-anaknya karena dia tidak tahan mendengar suara tangisan mereka.
Istrinya juga didakwa atas kematian putri mereka yang berusia dua tahun. Dan mantan istrinya telah didakwa atas kematian kedua anak laki-laki tersebut. Ketiganya telah ditangkap. Pak Songsak telah menikah empat kali.
Polisi pertama kali diberitahu tentang kemungkinan kasus kekerasan dalam rumah tangga di Distrik Bang Khen di Bangkok awal September ini.
Tetangga Songsak melaporkan bahwa kedua putrinya, berusia 12 dan empat tahun, dianiaya secara fisik. Polisi menyelamatkan kedua putrinya saat mereka berada di rumah tanpa orang tua mereka.
Remaja berusia 12 tahun tersebut mengatakan kepada polisi bahwa orang tua mereka telah memukuli adik perempuannya yang berusia dua tahun, yang menyebabkan kematiannya. Dia juga membantu polisi melacak jenazah hingga dikuburkan di bawah lantai dapur di barat laut Thailand pekan lalu.
Polisi Thailand juga mendakwa Songsak atas pembunuhan dua putra lainnya yang ia miliki bersama istri ketiganya setelah DNA Songsak cocok dengan DNA dua bayi, yang mayatnya ditemukan 10 tahun lalu.
Istri ketiganya mengatakan dia membunuh keempat bayi laki-laki mereka dan memberitahu polisi lokasi di mana dua bayi laki-lakinya dikuburkan.
Polisi yakin dua orang bayi malang lainnya mungkin terkubur di bawah area tempat pompa bensin sekarang berdiri.
Penembakan dan Penikaman di Penitipan Anak Pra-Sekolah Thailand, 31 Orang Tewas
Peristiwa lain di Thailand yang juga menewaskan anak pernah terjadi akibat serangan senjata dan pisau melanda tempat penitipan anak. Sejumlah orang dilaporkan meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
"Sedikitnya 31 orang tewas dalam serangan senjata dan pisau, oleh seorang mantan polisi di pusat penitipan anak prasekolah di Thailand," kata polisi seperti dikutip dari BBC, Kamis (6/10/2022).
Perburuan diluncurkan setelah serangan di Provinsi Nong Bua Lamphu, di timur laut negara itu.
Polisi mengatakan anak-anak dan orang dewasa termasuk di antara korban tewas.
"Penyerang menembak dan menikam anak-anak serta orang dewasa dan sekarang dalam pelarian," kata polisi.
Sejauh ini belum diketahui motif penyerangan tersebut.
Laporan di Thailand mengatakan petugas itu baru-baru ini diberhentikan.
Polisi mengatakan dia terakhir terlihat mengendarai truk pikap Toyota empat pintu putih dengan plat nomor Bangkok.
Seorang perwira polisi senior di Provinsi Nong Bua Lamphu mengatakan 23 anak-anak termasuk di antara korban, lapor kantor berita AFP.
Penembakan massal di Thailand jarang terjadi. Pada tahun 2020 seorang tentara membunuh 21 orang dan melukai puluhan lainnya di kota Nakhon Ratchasima.
Advertisement
Kejam, Ayah Siarkan Pembunuhan Putrinya di Facebook Live
Sementara itu, seorang pria Thailand membunuh anak perempuannya yang baru berusia 11 tahun. Parahnya, pembunuhan itu ditayangkan secara langsung melalui dua video di Facebook Live. Setelah melakukan aksi mengerikan itu, pelaku kemudian bunuh diri.
Mengutip laporan Reuters, Rabu (26/4/2017), kepolisian menyebutkan, orang masih bisa mengakses video pembunuhan balita itu melalui Facebook sang ayah, setidaknya 24 jam setelah tayangan live.
Meski begitu, video dengan konten tak pantas itu telah dihapus sekitar pukul 5 sore waktu Bangkok, pada Selasa 25Â April 2017. Proses penghapusan video oleh Facebook dilakukan 24 jam setelah diunggah.
Sekadar informasi, sebelum dihapus dari Facebook, video pertama telah ditonton 112 ribu kali, sedangkan video kedua telah disaksikan lebih dari 258 kali.
Rekaman mengerikan itu memperlihatkan sang ayah bernama Wuttisan Wongtalay mengikatkan tali ke leher putrinya sebelum menjatuhkannya dari atap sebuah bangunan kosong di Kota Phuket, Thailand.
Sementara itu, upaya bunuh diri Wongtalay tak disiarkan langsung, namun jasadnya ditemukan di samping putrinya.
"Dia memiliki paranoia terkait dengan sang istri yang meninggalkannya dan tak mencintainya," kata Jullaus Suvannin, petugas polisi yang menangani kasus tersebut.
Komentar Facebook
Pihak Reuters tak berhasil menghubungi sang ibu. Namun, dalam rekaman sebuah televisi, sang ibu tampak menangis sembari menggendong putrinya yang telah meninggal dunia.
Sebelumnya, Facebook menyebut bakal meninjau pendekatan yang dipakai untuk mengawasi berbagai unggahan yang tak pantas atau sadistik. Hal ini dilakukan setelah sebuah unggahan penembakan sadis terhadap lansia di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, bisa ditonton oleh publik setidaknya dua jam.
Istri Polisi di Thailand Diduga Bunuh 9 Wanita dengan Racun Sianida, Bermotif Finansial?
Kasus lainnya di Thailand yang juga jadi sorotan adalah perihal dugaan pembunuhan dengan racun. Pasalnya pelaku disebut-sebut seorang istri polisi.
"Polisi Thailand telah menangkap istri seorang perwira senior atas dugaan pembunuhan sembilan orang dengan meracuni mereka dengan sianida," kata para pejabat Rabu 26 April 2023 seperti dikutip dari AFP.
Wanita berusia 30-an itu ditangkap di Bangkok pada Selasa 25 April atas pembunuhan yang terjadi selama beberapa tahun.
"Penyelidik meyakini uang adalah motif pembunuhan itu," kata juru bicara Kepolisian Kerajaan Thailand Archayon Kraithong kepada AFP.
Surachate Hakparn, wakil kepala polisi nasional mengatakan kepada wartawan bahwa korban ke-10 selamat setelah muntah.
"Tersangka pergi makan malam dengan (seorang wanita), yang muntah tapi selamat. Dia juga istri seorang polisi," kata Surachate.
Polisi mengatakan wanita yang merupakan istri polisi telah menyangkal semua tuduhan terhadap dirinya.
"Otopsi menemukan bahwa ada racun sianida di dalam jasad," kata Surachate kepada wartawan.
"Jadi artinya para korban telah meminum racun melalui mulut."
Polisi awalnya mencurigai wanita itu membunuh temannya di Provinsi Ratchaburi, sebelah barat Bangkok, sekitar dua minggu lalu.
Media Thailand mengatakan, korban ambruk di tepi Sungai Mae Klong setelah melepaskan ikan sebagai bagian dari ritual Buddha.
Setelah menanyai tersangka, penyelidik mengaitkannya dengan kasus keracunan sianida lainnya di Provinsi Kanchanaburi dan Nakhon Pathom.
Advertisement